Harga Bensin Satu Harga, Kenapa Harga Mobil Beda Provinsi Beda Harga?

Industri otomotif Indonesia seakan-akan masih digelayuti mendung tebal. Penjualan kendaraan bermotor, baik roda empat maupun roda dua, belumlah sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar dan pemerintah.



Kinerja penjualan mobil secara nasional tak bisa melebihi angka keramat 1 juta unit. Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mencatat dalam kurun sekitar 10 tahun terakhir, angka penjualan mobil tertinggi terjadi pada 2018 dengan jumlah 1,15 juta unit.

Sementara itu, penjualan terendah tercatat pada 2020 di angka sekitar 530.000 unit. Kinerja penjualan mobil pada awal 2024 ini pun tak mulus.

Dalam 2 bulan pertama tahun ini, penjualan mobil secara wholesales mencapai 140.274 unit atau turun 22,6% year-on-year (YoY). Demikian halnya dengan penjualan ritel yang turun 15%.

Penjualan mobil secara domestik mengalami penurunan pada awal 2024 sejalan dengan sikap masyarakat yang cenderung menahan pembelian. Pemilihan umum (pemilu) membuat pelanggan kerap bersikap wait and see.

Di bidang sepeda motor pun sami mawon. Penjualan kendaraan roda dua pada tahun lalu memang menembus 6,2 juta, tetapi belumlah sekinclong 2018 dan 2019 yang di atas 6,4 juta. Pada 2024 ini, penjualan diharapkan mencapai 6,5 juta unit.

Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatatkan sejumlah tantangan besar terkait dengan penjualan motor yang lesu, seperti kondisi perekonomian yang belumlah meyakinkan.

Harga komoditas yang relatif rendah mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama konsumen yang berada di luar Pulau Jawa. Dampaknya, kelebihan uang hasil panen yang bisa dibelanjakan untuk membeli sepeda motor baru, pun menjadi berkurang.

Belum lagi naiknya harga kebutuhan pokok, terutama beras, yang berpengaruh bagi masyarakat segmen menengah ke bawah. Mereka pun berhemat dalam pengeluaran dan lebih memprioritaskan belanja bahan kebutuhan pokok ketimbang membeli motor.

Hal lain, rencana pemerintah membatasi pembelian bahan bakar minyak jenis Pertalite. Hal itu dikhawatirkan membawa sentimen negatif, baik kepada pengguna sepeda motor maupun terhadap internal industri.

Kinerja penjualan otomotif yang lesu tersebut juga berdampak pada kinerja industry terkait seperti perbankan dan jasa pembiayaan multifinance yang mengalami kontraksi.

Padahal, pasar otomotif Indonesia sejatinya masih memiliki potensi untuk tumbuh lebih besar. Hal ini sejalan dengan struktur demografi Indonesia yang terus bertambah dan pada tahun lalu tercatat sebanyak 278,8 juta penduduk.

Selain itu, rasio kepemilikan mobil yang terbilang masih rendah juga menjadi peluang tersendiri. Meski perkembangan pasar otomotif memang tak bisa dipisahkan dari berbagai faktor mulai dari pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, pembangunan infrastruktur, hingga harga jual mobil sendiri.

Gaikindo kini mengkaji beragam strategi memacu penjualan, seperti menghapus ketimpangan dan berupaya membuat pemerataan harga produk dari masing-masing provinsi maupun wilayah di Tanah Air.

Saat ini harga mobil di Jakarta relatif lebih murah bila dibandingkan dengan Papua, padahal upah minimum provinsi (UMP) di Jakarta jauh lebih tinggi dari Papua.

Harga kendaraan yang mahal juga ditenggarai tak lepas dari beban pajak yang tinggi. Boleh jadi dibutuhkan semacam diskon pajak untuk kendaraan supaya penjualan mobil domestik bisa melampaui level 1 juta unit.

Insentif fiskal berdampak positif pada pembelian mobil. Hal itu terlihat dari dampak perluasan relaksasi pajak penjualan atas barang mewah ditanggung pemerintah (PPnBM-DTP) yang diberlakukan 2021-2023.

Meski begitu harus disadari bahwa penurunan penjualan kendaraan berimbas pada turunnya penerimaan pajak bagi pemerintah.

Industri otomotif menyediakan jutaan lapangan kerja, tidak hanya dalam produksi kendaraan itu sendiri tetapi juga dalam rantai pasokan, seperti pemasok komponen, distribusi, dan layanan purna jual.

Merosotnya penjualan otomotif menimbulkan tantangan serius bagi ekonomi nasional, mempengaruhi pendapatan pemerintah, lapangan kerja, sektor terkait, investasi, neraca perdagangan, dan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB).

Karena itu kita mendorong pemerintah dan pelaku industri untuk menyiapkan strategi komprehensif dengan mempromosikan inovasi, diversifikasi pasar, adopsi kendaraan listrik, serta menyediakan insentif untuk mendukung pertumbuhan industri otomotif yang berkelanjutan.

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi