Bankir Serba Salah, Waktunya Salurkan Kredit?


Sebagai salah satu sumber pendanaan untuk menopang perekonomian, industri perbankan saat ini dalam posisi serba salah. Ruang gerak bagi para bankir tak lagi luas.

Setidaknya dalam 4 bulan terakhir, prospek industri perbankan yang awalnya begitu meyakinkan, berubah menjadi penuh ketidakpastian seiring dengan terjangan wabah Covid-19.



Bankir pun melakukan kebijakan-kebijakan konservatif sekaligus antisipatif agar operasional dan pendapatan bank tak tergerus apalagi terkuras modalnya.

Data Bank Indonesia yang disampaikan dalam Rapat Dewan Gubernur 17-18 Juni 2020 memperlihatkan sebenarnya stabilitas sistem keuangan di dalam negeri masih terjaga dengan baik.

Hal itu tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan per April 2020 yang tinggi yakni 22,03%. Dari indikator itu memang terlihat perbankan kita cukup solid dibandingkan dengan rasio permodalan di negara tetangga di Asia Tenggara.

Vietnam misalnya, rasio permodalan industri perbankannya sebesar 11,95%. Begitupula dengan Filipina yang 12,85%, Malaysia 18,40%, dan Thailand sebesar 19,14%.

CAR yang tinggi menunjukkan perbankan Indonesia memiliki ketahanan terhadap guncangan. Selain itu, perbankan Indonesia juga sangat dibatasi terhadap produk-produk derivatif yang berisiko sehingga selamat saat terjadi krisis global.

Namun harus diakui penurunan kondisi ekonomi yang mempengaruhi perbankan tentu begitu terasa pada kuartal II/2020. Kolektibilitas dan kualitas kredit yang disalurkan perbankan terpapar Covid-19.

Jika melihat data BI, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) relatif rendah yakni 2,89% (bruto) dan 1,13% (neto).
Namun, rasio NPL perbankan di Indonesia juga relatif tinggi melebihi NPL perbankan sejumlah negara di Asean,

Indikator NPL bank kita jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia yang sebesar 1,57%, Vietnam 1,63%, dan Filipina 2,21%. NPL Indonesia hanya berada di bawah Thailand yang mencapai 2,99%.

Karena itu, kita melihat ada upaya konservatif bankir untuk melakukan restrukturisasi kredit guna mengamankan aset mereka. Hingga 2 Juni 2020 telah dilakukan restrukturisasi pada 5,94 juta debitur dengan nilai Rp609,07 triliun. 

Realisasi restrukturisasi tersebut dilakukan oleh 99 bank umum konvensional maupun syariah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4,96 juta debitur merupakan sektor UMKM dengan nilai restrukturisasi Rp282,64 triliun. 

Sejalan dengan itu, salah satu hal yang menjadi sorotan dalam pemberitaan harian ini adalah peran fungsi intermediasi yang belum optimal.

Hal itu tercermin dari pertumbuhan kredit pada April 2020 yang tetap lemah, yaitu tercatat sebesar 5,73 (yoy). Sementara itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit yakni sebesar 8,08% (yoy).

Kita paham fungsi intermediasi tak maksimal sejalan dengan permintaan domestik yang melemah akibat meluasnya dampak Covid-19
dan sikap perbankan yang terlalu berhati-hati dalam menyalurkan kredit.

Bank memang secara natural mengikuti ekonomi. Jika ekonomi loyo, bank pun lesu.

Namun, seiring dengan transisi menuju new normal dan sepanjang mengikuti protokol kesehatan, ekonomi diharapkan kembali mencapai pertumbuhan seperti yang diharapkan pada kuartal III dan IV.

Hanya saja, ini masih bergantung pada ada tidaknya gelombang kedua pandemi Covid-19.

Dan untuk itu, agar tidak terjebak perdebatan telur dan ayam, kita berharap ada upaya bankir untuk tetap mendukung penyaluran kredit yang optimum. Bankir perlu lebih mengambil inisiatif. Selera risiko bankir pun harusnya menuju normal baru.

Hal itu tak lepas dari kondisi perbankan di Indonesia yang masih tergolong bisa bertahan dengan likuiditas yang memadai. Apalagi dengan posisi CAR yang relatif kuat, perbankan masih punya bantalan yang tinggi.

Apalagi suku bunga acuan juga telah diturunkan Bank Indonesia sebanyak tiga kali selama tahun ini hingga mencapai 4,25% saat ini.

Tentu jika bankir nantinya membuka keran kredit yang lebih longgar, pemerintah juga punya tanggung jawab agar permintaan domestik kembali pulih.

Kita berharap koordinasi bauran kebijakan yang diterapkan otoritas baik fiskal dan moneter juga menambah keyakinan bankir untuk terus mendukung upaya memulihkan perekonomian negara ini.



(baca Bisnis Indonesia: https://koran.bisnis.com/read/20200620/251/1255254/editorial-menggugah-selera-bankir)

Comments

Yaudah said…
JACKPOT ynag besar hanya di AJOQQ :D
WA : +855969190856
michelle said…
Numpang promo ya Admin^^
ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
dengan minimal deposit hanya 20.000 rupiah :)
Kami Juga Menerima Deposit Via Pulsa & E-Money
- Telkomsel
- XL axiata
- OVO
- DANA
segera DAFTAR di WWW.IONPK.ME :-*
add Whatshapp : +85515373217 ^_~

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi