Skip to main content

Seperti apa polis standar asuransi syariah?

Biro Perasuransian Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) segera menyetujui dua polis standar asuransi syariah yang diajukan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI).

Dua polis standar asuransi syariah yang telah diajukan kepada regulator AASI tersebut meliputi polis asuransi kendaraan bermotor dan asuransi kebakaran.

"Sudah ada dua polis standar asuransi syariah yang diajukan AASI. Saat ini masih dikaji, tetapi kalau mereka sudah nyaman dengan polis tersebut, regulator tidak akan mempersulit," ujar Kepala Biro Perasuransian Bapepam-LK Isa Rachmatarwata, akhir pekan lalu.

Dia menambahkan dengan kesepakatan dari pelaku usaha melalui AASI, perusahaan asuransi syariah yang akan menjual polis standar tersebut nantinya tidak perlu lagi mengajukan izin kepada regulator.

Dengan polis standar itu harga premi yang ditawarkan tidak akan berbeda jauh antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Namun, izin produk baru tetap diperlukan ketika mereka melakukan modifikasi produk, dengan memberikan penawaran proteksi tambahan.

Isa mengatakan keberadaan polis standar tersebut sekaligus akan memudahkan masyarakat dalam menentukan pilihan produk, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anggaran yang dimilikinya.

Saat ini, masyarakat cenderung masih dibingungkan dengan banyaknya produk modifikasi yang ditawarkan dengan berbagai fitur proteksi dalam penyajiannya, termasuk layanan yang ditawarkan.

"Semakin banyak perusahaan asuransi syariah yang mengeluarkan produk standar, akan semakin baik untuk masyarakat dalam menentukan pilihan produk. Mereka juga makin mudah untuk membandingkan harga untuk mencari yang kompetitif," katanya.

Ketua AASI M. Shaifie Zein menuturkan standarisasi polis asuransi syariah tersebut merupakan satu bentuk dorongan terhadap upaya pengembangan industri ini.

Hal tersebut mengingat keberadaan industri asuransi syariah yang dinilai masih baru, sehingga setiap perusahaan harus memiliki patokan yang jelas dalam penerbitan dan penjualan produk.

Dia menambahkan asosiasi telah mengusulkan keberadaan polis standar tersebut sejak lama dan mendapat tanggapan yang baik oleh regulator. Nantinya, asosiasi juga akan mengajukan polis standar untuk bisnis lain.

"Regulator ternyata juga peduli terhadap perkembangan industri asuransi syariah. Dengan polis standar, masyarakat yang ingin membeli produk syariah lebih mudah membedakan dengan produk konvensional," tuturnya.

Direktur Ritel PT Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo) Soeranto mengungkapkan pihaknya mendukung langkah asosiasi asuransi syariah untuk memberikan standarisasi polis tersebut karena akan memberikan pilihan kepada masyarakat.

"Kami juga memiliki polis seperti ini yang sudah kami pasarkan sejak beberapa waktu lalu. Namun kami juga memiliki produk bundling dengan proteksi tambahan yang disesuaikan dengan keinginan nasabah," terangnya.

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...