Skip to main content

Jadi Ini maunya Prancis di Indonesia..

Pemerintah Indonesia membidik investasi baru dari Pemerintah Perancis senilai US$10 miliar dalam pembangunan koridor ekonomi sejalan dengan komitmen peningkatan investasi dan perdagangan kedua negara.

Hari ini, Menteri Ekonomi, Keuangan, dan Industri Perancis Chistine Lagarde memimpin 40 pimpinan perusahaan swasta asal negerinya berkunjung ke Indonesia. Delegasi Perancis tersebut menyempatkan diri bertemu dengan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Keuangan Agus
D.W. Martowadojo.

Hatta Rajasa menuturkan Pemerintah Perancis telah berkomitmen untuk meningkatan hubungan investasi dan perdagangan dengan Indonesia. Dalam konteks koridor ekonomi, Hatta optimistis kontribusi Perancis mencapai US$10 miliar.

"Itu akan melengkapi komitmen yang sudah didapatkan dari Jepang (US$60 miliar) dan Korea Selatan (US$20 miliar)," ujar dia usai menerima delegasi Perancis di kantornya, hari ini.

Namun di sisi perdagangan, lanjut Hatta, hubungan Indonesia-Perancis masih relatif kecil, yakni pada 2010 nilai perdagangan nonmigas kedua negara hanya US$2,5 miliar. Karenanya, dia berharap itu bisa ditingkatkan meski belum bisa naik dua kali lipat.

Di luar harapan tersebut, Hatta mengungkapkan sejumlah komitmen investasi Perancis di Tanah Air, a.l. pengembangan Infrastruktur transportasi, pengadaan air bersih, dan proyek jalur kereta api listrik
Padalarang-Cicalengka atau Bandung Metro Railway.

"Nilai investasi di proyek Bandung Metro Railway tersebut sekitar US$175 juta," tuturnya.

Kemudian, tambahnya, Perancis juga berkomitmen dalam proyek pengembangan Greater Surabaya dan pengembangan energi ramah lingkungan yaitu panas bumi.

Sementara di sisi swasta, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan terdapat beberapa perusahaan Perancis yang sudah menjalin komitmen investasi di Indonesia, a.l. Eramet, perusahaan tambang terbesar di Perancis. Eramet berencana mengembangkan industri peleburan biji besi (smelter) dan pengolahan nikel di Halmahera dengan nilai investasi sekitar US$4 miliar-US$5 miliar.

"Eramet sudah investasi untuk jangka waktu tertentu. mereka mengharapkan kontrak 50 tahun untuk lahan, tapi undang-undang kita hanya mungkin 30 tahun. Ini yang sedang dibicarakan," tuturnya.

Menteri Keuangan mengungkapkan saat ini terdapat 100 perusahaan Perancis di Indonesia. Perusahan-perusahaan tersebut bergerak di bidang industri dirgantara, telekomunikasi, energi,pertambangan, logistik, infrastruktur, dan keuangan.

Mahendra Siregar, Wakil Menteri Perdagangan, menyatakan bahwa Perancis sudah memberi dukungan agar Indonesia tidak lagi mengekspor bahan mentah. Oleh karena itu, perusahaan Perancis seperti Eramet berinvestasi untuk mengembangan industri pengolahan.

"Kami ingin melakukan processing, penambahan nilai. Perancis menyambut baik, dan memberi kesempatan luas kepada berbagai pihak," kata Mahendra.

Selain itu, Mahendra juga berharap Perancis dapat memberikan dukungan terhadap ekspor Indonesia. Selama ini, ekspor Indonesia ke wilayah Uni Eropa seringkali terhambat oleh faktor standar yang ketat. "Akan lebih baik apabila Perancis membantu persoalan terkait standardisasi, akses pasar ke Eropa, atau kebijakan yang ditafsirkan sebagai technical barrier," katanya.

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...