Skip to main content

Klub bola di DKI Jakarta tetap dapat APBD

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap akan menggelontorkan dana bantuan untuk klub olahraga di DKI Jakarta yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta 2011.

Hal ini berkaitan dengan rencana peraturan Menteri Dalam Negeri yang menyatakan pada 2012 semua klub sepak bola tidak bisa lagi mendapat dana bantuan dari APBD pemerintah daerah setempat.

“Alokasi dana APBD 2011 untuk klub sepak bola di DKI masih ada karena dalam masa transisi apakah mungkin sepak bola itu bisa berjalan tanpa dukungan financial?” ujar Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Fadjar Panjaitan.

Menurutnya pada anggaran APBD 2009 hingga 2020, Pemprov DKI Jakarta telah mengalokasikan dana bantuan opreasional klub sepakbola Persija senilai Rp25 miliar, dan pada 2011 ini APBD DKI Jakarta akan mengalokasikan dana bantuan sebesar Rp20 miliar untuk operasional Persija dan Persitara.

Dana bantuan itu menurut Fadjar merupakan dana hibah yang nantinya akan diserahkan melalui induk organisasi KONI, dengan alokasi dana paling besar akan diserap Persija.

“Saat ini kami juga masih mengupayakan solusi supaya klub olah raga itu tidak terbelit masalah keuangan,” ujarnya.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ketua DPRD DKI Jakarta Ferrial Sofyan yang mengatakan bahwa klub sepak bola di Jakarta tidak akan dapat melaksanakan kegiatan jika tidak mendapatkan sokongan dana dari Pemprov DKI Jakarta.

“Selama ini kegiatan-kegiatan klub sepakbola memang banyak mendapat anggaran dari daerah karena sponsornya sendiri saja tidak akan cukup,” ujarnya.

Bahkan Ferrial mengatakan bukan hanya Persija, klub sepakbola lainnya juga banyak yang hidup dari dana bantuan dari pemerintah daerah masing-masing.

Meski demikian sikap pemprov DKI Jakarta yang masih akan mengalokasikan dana bantuannya ke klub sepakbola tidak berlebihan, karena Persija misalnya, merupakan klub sepakbola kebanggaan warga Jakarta yang harus tetap dipertahankan keberadaannya.

Bahkan jika pihak esekutif mengabulkan, Ferrial menyatakan tidak keberatan jika anggaran DPRD DKI Jakarta juga ada yang dialokasikan untuk operasional klub sepakbola.

“Masalahnya sepakbola itu sangat populer, kalau sponsor tidak kuat dan daerah tidak ada anggaran, dengan pengelolaan yang baik maka kami atas usulan eksekutif akan anggarkan dana bantuan ke klub olahraga,” ujarnya.

Pernyataan Farrial ini berhubungan dengan pernyataan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi pada Januari lalu yang meminta kepada seluruh pemerintah daerah untuk tidak lagi menganggarkan dana APBD bagi klub sepak bola.

Pernyataan Mendagri ini bahkan akan mulai diefektifkan pada 2012 karena diharapkan dana itu itu dapat dialihkan untuk kegiatan pembangunan sehingga pertumbuhan ekonomi daerah bisa lebih baik.

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...