Skip to main content

Asuransi dan karir pemain sepak bola

Rasanya sulit membantah kalau sesuatu yang paling menakutkan dalam karir pesepakbola adalah cedera. Kesehatan nama-nama seperti Cesc Fabregas, Franck Ribery, Wayne Rooney sempat menjadi perhatian utama negaranya menjelang piala dunia di Afrika Selatan tahun lalu.

Kala itu, Llyod’s dan pasar asuransi London ketar-ketir dengan kasus David Beckham yang cedera tendon achilles. Apa pasalnya?

Llyod’s dan pasar asuransi London merupakan kiblat asuransi dunia dan hal itu termasuk pertangungan risiko terhadap organ tubuh pelaku olahraga profesional. Beckham tentu saja menjadi tertanggung mereka.

Cedera Beckham itu membuatnya dipastikan absen di piala dunia. Luke Savage, Direktur Keuangan Lloyd di harian lokal Inggris enggan mengungkapkan nilai pertanggungan Beckham, tetapi dia memastikan pihaknya meng-cover engkel kaki bukan tendon sang pemain.

Hantu cedera juga merugikan pemasukan klub, apalagi kalau sang pemain merupakan pemain bintang yang didatangkan dengan investasi besar dan selalu menjadi andalan tim.

Tak heran, tahun ini, klub terkaya di dunia, Real Madrid sampai berani mengeluarkan 100 juta pounds atau setara US$144 juta untuk asuransi Cristiano Ronaldo.

El Mundo, harian Spanyol, menilai asuransi terhadap si CR9 itu sebagai rekor dari sisi nilai pertanggungan tertinggi di dunia untuk seorang pemain sepak bola. Pemain Portugal ini juga pemegang rekor transfer dunia senilai 80 juta poundsterling saat diboyong dari Old Trafford ke Santiago Barnebeu.

Pemain bergaji 11 juta poundsterling itu diperlakukan istimewa. Real Madrid tak memberikan fasilitas asuransi ketika memboyong Zinedine Zidane pada 2001. Bahkan Beckham dan Ricardo Kaka pun harus mencari pertanggungan risiko sendiri.

Risiko cedera berlaku universal, para pemain sepakbola di Tanah Air pun tak luput dari hantu penamat karir tersebut. Boaz Salossa termasuk beruntung cepat pulih dan kembali bersinar setelah patah kaki.

Namun pemain eks program Primavera seperti Eko Purjianto yang termasuk bintang PSIS Semarang, Bima Sakti (eks PSPS Pekanbaru) dan YeyenTumena (PSM), meredup karena cedera.

Cedera patah kaki membuat mereka lagi bisa bermain seperti Kurniawan Yulianto dengan kompetisi ketat selevel Djarum ISL. Eko juga bisa dikatakan beruntung karena biaya operasi lututnya senilai Rp30 juta ditanggung asuransi yang diberikan klub.

Salah satu manajer klub peserta Djarum ISL 2009-2010 mengatakan semua kontrak pemain dimasukkan fasilitas asuransi. “Setahu saya hanya asuransi kesehatan saja. Asuransi lain, belum sampai ke sana mas, seperti luar negeri,” ujar si manajer.

Entah bagaimana dengan asuransi kematian kasus seperti Jumadi Abdi, pemain PKT yang wafat saat di lapangan 2 tahun lalu, atau musibah pemain Persebaya Eri Erianto yang meninggal dunia kala berhadapan dengan PSIM Yogyakarta pada 2000.

Di luar negeri skema asuransi pemain bola atau asuransi cedera terbagi atas dua skema utama. Pertama, Permanent Total Disablement Cover, ini biasanya dibeli oleh sebuah klub untuk menutupi kerugian karena kecelakaan atau karir pemain berakhir.

Kedua, yaitu Temporary Disablement Cover atau Wage Roll Protection, pertanggungan terhadap risiko cedera pemain yang tak bisa bermain sementara dan klub tetap harus membayar gaji per pekannya.

Setidaknya, pujian harus diberikan terhadap manajemen Liga Pendidikan Indonesia (LPI) yang menggandeng perusahaan asuransi PT Bumi Asih Jaya untuk menutupi risiko cacat tetap dan meninggal kepada para pemain, sejak kompetisi dimulai Oktober 2009.

Apakah premi asuransi pemain bola itu mahal? Julian Noor, Wadirut PT Asuransi Bumiputera Muda 1967 punya jawaban.

“Menurut saya preminya sangat tergantung ketat dan tidak aturan fairplay dan ketegasan wasit atas pelanggaran atau tackling. Makin ketat itu, premi makin rendah. Premi dihitung dalam % dikalikan kontrak musim kompetisi,” paparnya.

Kalau begitu, rasanya sudah waktunya para pemain lokal berburu polis asuransi dan tak sekedar mengandalkan fasilitas dari klub.(fahmi.achmad@bisnis.co.id)

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...