Skip to main content

Ada apa BRI dengan Djoko Tjandra ?

“Kami fight pak, kami perangi mereka, mereka betul batu karang teguh dan banyak uang. Mereka pencuri, mereka perompak tapi punya uang banyak. [Mereka] Mulia Grup, Djoko Tjandra,”

Suara Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Sofyan Basir tidak meninggi ketika menyampaikan tudingan itu dihadapan Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI, Senin malam (7/2/2011).
Dia tidak terlihat emosional saat melaporkan kelanjutan kasus sengketa build, operate and transfer (BOT) gedung BRI II dan BRIII dengan bos PT Mulia Persada Pasicific, Djoko Soegiarto Tjandra.

Namun dari kata-katanya terlihat kesungguhan ingin mengalahkan pengusaha yang saat ini masih menjadi buronan internasional atas kasus berbeda, korupsi Bank Bali.

Bukan tanpa sebab, Sofyan marah terhadap Djoko Tjandra. Karena menurut dia, penyandang status koruptor pada kasus lain itu, bukan melakukan wanprestasi belaka, tapi sudah melakukan penzoliman kepada bank pelat merah ini.

“Bayangkan bapak-bapak, dia menjadi DPO [daftar pencarian orang], tapi dia bisa menjadikan Ketua Dana Pensiun kami menjadi tersangka, Itulah hebatnya dia,”ujarnya.

Dia menjelaskan dua orang pengurus Dana Pensiun BRI Purwanto dan Kasi Kirana dilaporkan ke polisi oleh pihak Mulia karena memasang satu patok batas antara gedung BRI II dengan gedung GKBI.Padahal,tuturnya, seharusnya pihak Mulia memasang pagar pembatas itu sesuai dengan perjanjian BOT pada 1992.

Kealpaan memasang pagar itu hanya sebagian dari wanprestasi karena pihak mulia juga tidak membangun beberapa fasilitas lainnya, termasuk tidak membangun gedung BRI III yang direncanakan memiliki 27 lantai dan luas 70 ribu meter persegi.

Menurut gugatan dari jaksa pengacara negara, nilai kerugian atas wanprestasi pembangunan BRI III bernilai Rp887,04 miliar. Pihak Mulia, menurut Sofyan, juga tidak membayar sewa tanah gedung BRI II sebesar Rp347,80 miliar sejak 1998.

Hasil dari persengketaan ini, BRI memenangkan pada tingkat Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada akhir tahun lalu. Majelis Hakim mengabulkan sebagian gugatan BRI melalui Jaksa Pengacara Negara yakni memerintahkan Mulia Persada mengembalikan Gedung BRI II serta membayar kerugian sebesar Rp 347,80 miliar yang berasal dari pembayaran sewa gedung BRI II yang seharusnya diterima Dana Pensiun BRI sejak 1998.

Namun, majelis hakim menolak gugatan ganti rugi kepada Dana Pensiun BRI sebesar Rp887,040 miliar, karena tidak dibangunnya gedung BRI III.

Menurut Sofyan, pihaknya akan terus mengejar gugatan ganti rugi atas tidak dibangunnya gedung BRI III. “Kami akan fight mati-matian melawan mereka, kami mohon dukungan bapak buat itu,” kata dia kepada para anggota DPR.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Harry Azhar Azis menyatakan kasus BOT gedung BRI II dan III ini juga akan dibawa dalam Panitia Kerja Utang dan Piutang negara. “Nanti akan dibahas dalam Panja Piutang Negara, mungkin secara khusus direksi akan kami panggil untuk menjelaskan,” kata Harry menutup RDP.

This special by Donald Banjarnahor.. , tks pal…

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...