SPAC & Rencana IPO Perusahaan Cangkang
John Riady tampak bersemangat menjelaskan visinya. John, cucu dari konglmerat Mochtar Riady kini merupakan CEO yang menjalankankan usaha properti, rumah sakit, dan bisnis teknologi informasi grup Lippo.
Bagi John, personalize medicine akan menjadi tren yang
menarik di masa depan. Siloam Hospitals, jaringan rumah sakit lippo, bahkan
sudah melakukan investasi di perusahaan yang melayani personalized medicine.
"Ada satu perusahaan namanya Prenatics dia lagi mau
listing di Amerika Serikat, menggunakan SPAC," ungkap John sambil makan
siang bersama di Imperial Klub Golf Karawaci-Tangerang, medio Oktober 2021.
Sekarang sudah Maret 2022. Entah seberapa jauh rencana untuk penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) Prenatics itu dijalankan? Yang pasti terbayang di benak saya adalah perusahaan SPAC yang digunakan Lippo.
Kok SPAC semakin ngetrend ya?
Special Purpose Aquisition Company atau SPAC merupakan
perusahaan cangkang yang didirikan secara khusus untuk melakukan akuisisi atau
merger dengan perusahaan lain yang statusnya belum terbuka (sahamnya belum dipegang
oleh publik). SPAC juga biasa disebut sebagai perusahaan cek kosong.
SPAC tidak memiliki operasional bisnis, melainkan
memiliki dana yang tersedia untuk melakukan akuisisi atau merger. Setelah aksi
merger atau akuisisi selesai, maka perusahaan target akan langsung menjadi
perusahaan terbuka dan tercatat di bursa tempat SPAC tercatat.
Kehadiran SPAC ternyata memang memikat banyak perusahaan
asal Indonesia untuk meniru perusahaan-perusahaan internasional untuk
mencatatkan sahamnya di bursa efek internasional.
Bagi mereka, mekanisme menggandeng SPAC menjadi salah
satu cara paling cepat untuk masuk ke bursa saham di luar negeri.
Apalagi saat ini banyak perusahaan rintisan (startup)
berencana mencari dana di bursa saham. Amerika Serikat dengan New York Stock Exchange
(NYSE) menjadi tujuan korporasi ini untuk mencari dana dan reputasi global.
Salah satu contoh praktik SPAC bisa terlihat dari transaksi IPO SPAC Social Capital Hedosophia
(IPOA) pada 2017.
IPOA merger dengan perusahaan tertutup yang menjadi
targetnya pada 2019, yaitu Virgin Galactic. Sekarang Virgin Galactic telah
menjadi perusahaan tercatat di NYSE dengan kode saham SPCE.
Cara simple yang elegan bagi Virgin Galactic—milik
Richard Branson, konglomerat Crazy Rich beneran—untuk terdaftar sebagai
perusahaan publik.
Jika mengacu pada data Bloomberg, pada 2021 ada 279
transaksi SPAC dan menghasilkan US$93 miliar. Namun pada tahun ini, hanya 46
SPAC baru yang masih diminati investor pada tahun ini dan berhasil mengumpulkan
dana senilai US$8,9 miliar.
Profesor bidang keuangan University of Florida Jay Ritter
mengatakan dinamika SPAC sama seperti demam emiten baru yang melanda Negeri
Paman Sam pada periode 1980-1990.
Namun, apakah memang semudah itu? Tidak begitu juga
Fergusoo…..
Ternyata tak semua skema SPAC akan berbuah manis. Hal itu
terefleksi di dalam Indeks De-SPAC, kinerja 25 korporasi yang bergabung dengan
perusahaan cek kosong, telah turun sekitar 49% dalam 12 bulan terakhir.
Tidak sedikit investor yang terjebak di dalam perusahaan
yang berkinerja buruk setelah melakukan merger dan akuisisi dengan SPAC.
Banyak perusahaan yang gagal memenuhi ketentuan atau persyaratan untuk melakukan merger. Risiko perusahaan cangkang juga besar. Salah pilih perusahaan yang akan dicaplok, yaa dapatnya zonk.
Contohnya Lucid Group Inc. dan ChargePoint Holdings Inc.
yang mengincar cuan bisnis kendaraan listrik.
Lucid, yang membawa dana senilai US$38,6 miliar, hanya mampu
mencatatkan kinerja pendapatan US$26,4
juta pada kuartal IV/2021, dan memangkas target produksi pada tahun ini dengan
alasan gangguan rantai pasok global.
Perusahaan platform data terkait metaverse, Matterport
Inc. serta raksasa layanan transportasi dan pengiriman di Asia Tenggara, Grab
Holdings Inc. termasuk di antara sekian banyak korporasi yang tengah disorot
oleh pelaku pasar.
Saham Matterport terpantau telah jatuh hampir 80% dari
rekor penutupan 29 November 2021, sedangkan Grab telah kehilangan valuasi
hingga US$21 miliar dari debut pada Desember tahun lalu.
Adapun Clarus Therapeutics Holdings Inc. bernasib lebih
buruk setelah menyatakan tidak memiliki cukup dana untuk bertahan 12 bulan lagi
tanpa lebih banyak modal. Sanksinya Clarus bisa saja di-delisting dari NYSE.
Saham De-SPAC lainnya dengan penurunan valuasi tajam adalah
Skillz Inc. dan Sema4 Holdings Corp. Sementara itu, HighPeak Energy Inc. naik
lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan 2021 di tengah reli komoditas,
sedangkan Holley Inc., produsen suku cadang mobil, naik lebih dari 40% sejak
debutnya pada Juli 2021.
Banyak juga ya ternyata….
Mungkin data-data itu pula yang membuat banyak perusahaan
asal Indonesia yang kembali pikir-pikir, fifty-fifty dan call a friend untuk
melakukan IPO di luar negeri dengan memakai skema SPAC.
Banyak pula yang membatalkan rencana go public-nya. Contohnya
FinAccel Pte Ltd, induk platform penyedia layanan pembiayaan skema bayar tunda
atau paylater Kredivo (PT FinAccel Finance Indonesia).
Sebelumnya, Kredivo berencana merger dengan SPAC bernama
Impact Acquisition Holdings II (VPCB) sejak Agustus 2021.
VPCB merupakan perusahaan investasi asal AS, Victory Park
Capital Advisors LLC (VPC), yang telah lama bermitra dengan Kredivo. VPC sempat
mengguyurkan pendanaan lini kredit kepada Kredivo pada Juli 2020 dan Juli 2021
senilai total US$200 juta.
Kredivo bukan satu-satunya perusahaan Indonesia yang
batal melakukan IPO dengan menggandeng perusahaan SPAC di luar negeri.
Beberapa perusahaan lain yang juga batal menggandeng SPAC
dalam aksi korporasi pada 2021 yakni PT Asia Vision Network (AVN) dan
Traveloka.
Asia Vision Network (AVN), anak usaha PT MNC Vision
Networks Tbk. (IPTV), harus mengubur sementara rencana melantai di bursa AS
setelah membatalkan rencana merger dengan Malacca Straits Acquisition Company
(MLAC) pada medio September 2021.
MLAC adalah SPAC yang sudah terdaftar di bursa Nasdaq,
AS. Sebelumnya, pada Juni 2021, AVN menyerahkan draf laporan registrasi ke
otoritas pasar modal AS, US Securities and Exchange Commission (SEC). Draf itu
berisi rencana merger antara induk Vision+ dan MNC Play dengan MLAC.
Kala itu itu, IPTV berharap aksi korporasi tersebut dapat
rampung pada kuartal III/2021. Nantinya, AVN bakal terdaftar di Nasdaq sebagai
perusahaan induk baru Indonesia yang terdaftar di AS.
Sementara itu, Traveloka memutuskan untuk menghentikan
sementara rencana IPO dengan Bridgetwon Holding Ltd. Berdasarkan pemberitaan
Bloomberg, Bridgetwon Holding adalah perusahaan cek kosong yang didukung oleh
miliarder Richard Li dan Peter Thiel.
Meski begitu, Traveloka masih membuka kemungkinan untuk
tetap go public di NYSE melalui skema IPO tradisional. Jika pasar pulih,
Traveloka dapat meninjau kembali pembicaraan dengan Bridgetown atau SPAC yang
berbeda. Kayak gak yakin gitu ya?
Terus sikap sang pengawas pasar modal Paman Sam gimana?
US Securities and Exchange Commission (SEC) Sang mandor
Wall Street tengah menyusun regulasi yang membatasi perlindungan hukum pada SPAC
sehingga membuka peluang bagi investor untuk mengajukan gugatan.
Musababnya, selama ini banyak investor mengeluhkan
transparansi dan kinerja SPAC sehingga berimplikasi pada tidak maksimalnya
imbal hasil atau return yang diterima. Nah Loh!
Di Indonesia, aturan SPAC seperti apa?
Sepertinya Bursa Efek Indonesia (BEI) masih meraba-raba
seperti apa aturan yang tepat untuk mekanisme IPO memakai SPAC ini.
Ya kita tunggu saja, seperti apa aturan idealnya. Siapa
tahu nanti banyak perusahaan rintisan baru yang go public di dalam negeri
dengan memakai SPAC. Jadi John Riady pun tak perlu repot mencari perbandingan
IPO untuk Prenatics.
Comments