Astra Punya Belanja Modal Rp19 Triliun, Buat Apa?
PT Astra International Tbk. (ASII), perusahaan induk dari grup konglomerasi Astra, pada tahun 2022 ini ternyata memiliki dana kas yang cukup tebal untuk mendanai kegiatan usaha perseroan.
Astra menyiapkan dana belanja modal alias capital expenditure jumbo sebesar Rp19 triliun. Rencana belanja modal ini jauh lebih tinggi dari realisasi belanja modal konsolidasi pada 2021 yang sebesar Rp9 triliun.
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi antara lain belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, aset tak berwujud.
Bagi masyarakat banyak, Astra tak lepas dari merek atau jenama yang puluhan tahun identic dengan otomotif.
Jenama mobil Toyota seperti
kijang yang terus berevolusi menjadi Avanza. Bahkan ada pameo bahwa Avanza
merupakan mobil sejuta umat. Sakingnya larisnya.
Namun, apakah dana Rp19 triliun itu akan dihabiskan untuk memperkuat lini bisnis otomotif?
Nah menurut, Tira Ardianti Head of Corporate Investor Relations Astra International, penggunaan belanja modal ini merupakan kebutuhan investasi rutin setiap tahun dari Astra.
Mayoritas dana digunakan membeli alat-alat berat kebutuhan grup PT United Tractors Tbk. (UNTR), khususnya kontraktor pertambangan miliknya, PT Pama Persada Nusantara.
Selain itu, belanja modal juga memenuhi kebutuhan sektor agribisnis yang dijalankan oleh PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dan sisanya dibelanjakan untuk inisiatif-inisiatif dan proyek-proyek digitalisasi di grup Astra secara keseluruhan.
"Angka Rp19 triliun ini belum termasuk jika nantinya ada investasi yang cukup besar yang dapat direalisasikan oleh perusahaan, sebagaimana diketahui memang posisi kas dan setara kas pada akhir tahun lalu masih solid angkanya sekitar Rp63,9 triliun," kata Tira.
(https://market.bisnis.com/read/20220309/192/1508718/siapkan-capex-jumbo-grup-astra-asii-akan-investasi-ke-sektor-ini)
Posisi kas yang kuat ini memberikan fleksibilitas perusahaan melakukan belanja modal berinvestasi di bisnis-bisnis yang bisa memberikan potensi pertumbuhan pendapatan dan profit bagi grup dalam jangka panjang.
Astra juga memperhatikan, mempelajari, dan mengeksplorasi sektor-sektor yang masih memiliki ruang pertumbuhan yang tinggi di Indonesia dengan penetrasi yang masih rendah dan masih dapat bertumbuh seperti renewable energy dan investasi new economy.
Tentu dengan modal yang begitu
kuat, Astra dan hampir semua perusahaan menginginkan adanya pertumbuhan usaha
dan pendapatan yang berkelanjutan.
Pendapatan bersih Grup Astra secara konsolidasi Grup pada 2021 sebesar Rp233,5 triliun, meningkat 33 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pendapatan tersebut hanya terpaut 1,6 persen lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2019.
Menurut manajemen Astra, kinerja 2021 yang baik didorong oleh peningkatan penjualan di divisi otomotif, yang didukung oleh insentif pajak barang mewah sementara dari Pemerintah, dan harga komoditas yang lebih tinggi.
Laba bersih Grup Astra pada 2021 mencapai Rp20,2 triliun atau 25 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2020.
Sebagai catatan, Astra memperoleh keuntungan dari penjualan sahamnya di Bank Permata pada 2020, dan jika tidak memperhitungkan keuntungan dari penjualan saham Bank Permata tersebut, laba bersih Grup pada tahun 2021 meningkat 96 persen.
Laba bersih divisi otomotif Astra meningkat 170 persen menjadi Rp7,3 triliun, terutama karena pemulihan dari dampak buruk pandemi yang signifikan dan langkah-langkah penanggulangannya terhadap kinerja divisi ini pada kuartal kedua tahun lalu.
Telah terjadi peningkatan volume penjualan pada 2021, terutama pada segmen kendaraan roda empat yang didukung oleh insentif sementara pajak penjualan barang mewah.
Walaupun Astra menunjukkan pemulihan yang signifikan pada 2021, volume penjualan masih di bawah volume penjualan sebelum pandemi, laba bersih pada 2021 adalah 13 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2019.
Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil nasional meningkat 67 persen menjadi 887.000 unit pada 2021. Penjualan mobil Astra pada periode tersebut meningkat 81 persen menjadi 489.000 unit, dengan pangsa pasar yang meningkat menjadi 55 persen dari 51 persen pada 2020 dan 52 persen pada 2019.
Sebanyak 17 model baru dan 20 model revamped telah diluncurkan pada tahun 2021.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, penjualan sepeda motor secara nasional meningkat 38 persen menjadi 5,1 juta unit pada 2021.
Penjualan sepeda motor Honda Astra meningkat 36 persen menjadi 3,9 juta unit, dengan sedikit penurunan pangsa pasar. Sebanyak lima model baru dan 16 model revamped telah diluncurkan pada 2021.
Bisnis komponen otomotif yang 80 persen sahamnya dimiliki oleh Grup, PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO), mencatatkan peningkatan laba bersih dari Rp2 miliar pada 2020 menjadi Rp611 miliar, terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari segmen pabrikan, pasar suku cadang pengganti dan ekspor.
Selain itu, laba bersih juga melonjak pada divisi agribisnis Astra yang naik 137 persen menjadi Rp1,6 triliun, terutama disebabkan oleh peningkatan harga minyak kelapa sawit.
PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), yang 79,7 persen sahamnya dimiliki oleh ASII melaporkan peningkatan laba bersih sebesar 137 persen menjadi Rp2,0 triliun.
Hal ini imbas juga dari harga minyak kelapa sawit meningkat 32 persen menjadi Rp11.294/kg. Volume penjualan minyak kelapa sawit dan produk turunannya sebesar 1,9 juta ton, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
Laba bersih pada 2021 hanya 7 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2019. Nilai aset bersih per saham pada 31 Desember 2021 sebesar Rp4.250, meningkat 11 persen dibandingkan posisi pada 31 Desember 2020.
So, punya dana tebal memang
bikin iri ya?
Comments