Bank, WIR Group dan Demam Metaverse
Salah password dan harus mengurus ke kantor cabang. Itu kondisi yang saya alami dengan aplikasi mobile banking salah satu bank daerah.
Sejujurnya saya punya rekening
di beberapa bank. Bukan karena saya crazy rich, tetapi karena beberapa kegiatan
membutuhkan layanan bank yang berbeda.
So isi rekening saya di bank jauh
di bawah batas penjaminan LPS. Dananya pun hanya keluar masuk di kisaran tanggal
25-27.
Ada tiga layanan mobile
banking yang diunduh di ponsel saya. Dua milik bank pemerintah, satunya bank
milik pemda. Yang terakhir ini yang error. Password salah. Saya lupa memang.
Namun, yang bikin saya malas
untuk mengurusnya adalah kewajiban harus datang ke kantor kas/cabang bank
tersebut hanya untuk mengatur ulang passwordnya.
Di dua bank pelat merah,
sejauh ini, beberapa kali memang sempat ribet mengisi data kembali ketika reset
ponsel ataupun update aplikasi. Namun, itu tidak masalah karena semuanya bisa saya lakukan tanpa harus datang
dan hadir secara fisik ke kantor banknya.
Di era digital yang penuh
crazy rich ini, kehadiran fisik menjadi tidak relevan untuk mendapatkan layanan
yang tidak urgent.
Kita sudah mendengar konsep
Metaverse. Bahkan itu bukan lagi konsep karena sudah diterapkan di dunia nyata.
Di dunia Metaverse, manusia
akan masuk ke dalam dunia baru. Panca indranya akan merasakan sebuah pengalaman
unik yang berbeda dari dunia fisik.
Dunia baru bukan hanya dalam 2
dimensi tetapi sudah berbentuk 3 dimensi. Replika dunia nyata yang dapat
membawa manusia mendatangi berbagai tempat tanpa harus bepergian secara fisik
dan tanpa terbatas dengan waktu.
Di Indonesia, pada 2021 lalu,
sempat ada demam bank digital. Semuanya mengaku sebagai bank digital. Ada yang produknya
yang digital, ada yang memang fully digital bank.
Inovasi IT bagi bank memang
tak mudah. Tantangan terbesar adalah penyediaan dana dan SDM yang kontinyu.
Tahun ini, rasanya ada demam
metaverse. Bank-bank mulai menapaki langkah ke dunia metaverse. Visinya indah,
layanan baru ini dinilai akan membuat nasabah mendapatkan layanan unik di ruang
virtual dari mana saja dan kapan saja.
Saya dan Anda pasti tertarik.
Kapan saja, di mana saja bisa terlayani loh.
Nah, bank yang pertama yang
hadir ke dalam ekosistem metaverse adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk. BRI boleh berbangga sebagai bank nasional pertama soal metaverse.
Bank yang tak hanya untuk wong
cilik ini, sudah nota kesepahaman bersama dengan WIR Group, perusahaan berbasis
teknologi Augmented Reality.
Inovasi BRI ini mengutamakan kenyamanan
dan keamanan nasabah. Dengan memperkuat dua aspek itu, virtual branch BRI di
Metaverse diklaim akan membawa nasabah pada pengalaman layanan yang unik.
BRI memang semakin canggih. Kinerja
sektor digital BRI mencatat pertumbuhan yang menjanjikan, salah satunya ialah
mobile banking BRImo.
Sampai dengan akhir 2021,
BRImo itu telah digunakan oleh lebih dari 14 juta pengguna dengan laju
transaksi tumbuh sebesar 66,24 persen year on year (yoy) menjadi 1,27 miliar
transaksi.
Bank lain juga tak mau kalah
dengan BRI. Selain BRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank
Mandiri Tbk juga menggandeng WIR Group
untuk mengembangkan layanan perbankan Metaverse.
Bagi Y.B. Hariantono, Direktur
IT & Operasi BNI, tren digital baru ini bukan sekadar untuk mengembangkan
konsep mobile banking. Metaverse justru merupakan dunia virtual yang akan
memberikan layanan yang berbeda dari konsep digital banking akhir-akhir ini.
“Kami akan membentuk ekosistem
bisnis yang baru di dalamnya, seperti digital branch, produk digital, layanan
baru, dan engagement kepada pelanggan yang attached dengan Metaverse,”
kata Harianto.
Nyaris dengan alasan serupa Darmawan
Junaidi, Direktur Utama Bank Mandiri, menilai kolaborasi dengan WIR Group akan
memberikan warna baru khususnya dalam sektor perbankan. Bank Mandiri memandang
metaverse sebagai sebuah dunia yang dirasa tepat untuk merealisasikan
visi beyond banking.
“Metaverse merupakan tempat
yang ideal untuk melakukan ekspansi bisnis digital secara menyeluruh tanpa
dibatasi oleh ruang fisik,” kata Darmawan dalam konferensi virtual, Rabu
(16/3/2022).
Di sana, Bank Mandiri akan
menggali potensi layanan perbankan, mulai dari layanan perbankan dasar seperti
virtual branch hingga layanan yang bersifat beyond banking atau kualitas
layanan yang semakin canggih.
Selain BRI, BNI dan Mandiri,
bank yang saya nantikan kehadirannya di ranah metaverse adalah PT Bank Central
Asia Tbk. BCA memang bank swasta terbesar di Indonesia. Market Capnya udah
tembus Rp1.000 triliun bro.
Hera F. Haryn, Executive Vice
President Secretariat & Corporate Communication BCA menanggapi secara
berhati-hati.
Dia bilang mereka secara
berkala terus melakukan monitoring terkait perkembangan, minat dan kesiapan
dari masyarakat dan pelaku pasar terkait Metaverse, serta mencermati
aturan-aturan yang berlaku.
Fokus BCA saat ini
adalah terus mengembangkan kapabilitas digital dalam melayani nasabah terutama
untuk meningkatkan basis nasabah dan jumlah transaksi.
Pada 2021, BBCA telah
meluncurkan beberapa aplikasi baru, di antaranya myBCA, haloBCA, dan
merchantBCA untuk melengkapi platform digital BCA.
Sepanjang 2021, total
volume transaksi digital naik 42 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pertumbuhan ini terutama didukung oleh transaksi pada mobile banking yang
tumbuh sebesar 60 persen yoy.
Hal ini selaras dengan
kenaikan jumlah rekening nasabah BCA sebesar 16 persen yoy mencapai 29 juta di
akhir 2021, yang sebagian besar berasal dari layanan pembukaan rekening
secara online.
Head of Research &
Development Team sekaligus Chief Innovation Officer WIR Group, Jeffrey Budiman,
mengatakan para nasabah akan merasakan pengalaman layanan perbankan secara
imersif dan lebih nyata melalui metaverse.
Jeffrey yang pernah meraih
penghargaan The Young Achiever of The Year pada tahun 2012 versi majalah CMO
Asia (Singapore) ini mengatakan inovasi digital di dunia perbankan merupakan
keharusan mengingat adanya perubahan perubahan perilaku konsumen yang
signifikan.
“Ke depan, kita dapat memilih
layanan sesuai dengan preferensi kita. Baik layanan fisik, digital, sampai
mataverse sudah hadir untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di era saat ini yang
serba dinamis. Jadi yang sekaligus saya luruskan adalah bahwa metaverse bukan
sekadar jual beli NFT, itu (Metaverse) adalah ruang virtual dengan pengalaman
unik yang bisa menjadi tempat masyarakat mendapatkan kebutuhannya, termasuk
perbankan,” ungkap Jeffrey dalam Webinar Generasi Metaverse baru-baru ini.
Menurutnya, kehadiran
metaverse dinilai dapat menjadi game changer inklusi keuangan di
Indonesia. Pasalnya, ruang virtual telah meruntuhkan batasan ruang dan waktu,
sehingga bisa dijangkau oleh para nasabah.
Inklusi keuangan atau tingkat
kemelekan orang terhadap layanan keuangan memang jadi salah satu perhatian utama
dari pemerintah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan inklusi keuangan bisa
tembus 90 persen pada 2024.
Tentu keberadaan meteverse ini
harus direspons pula oleh OJK ataupun calon dewan komisioner OJK yang
nama-namanya lagi digodok Istana sebelum dibawa ke DPR. Setidaknya regulasi
tentang layanan bank di metaverse harus menjadi prioritas.
So kapan nih kita ketemuan di
dunia metaverse, ngobrolin salah password?
Comments