Jokowi, Alim Markus, dan Cinta Produk Indonesia
Semua tampak diam. Menyimak. Sesekali ada yang mencatat di notes. Suasana tegang menyelimuti raut muka para hadirin yang hadir. Di atas panggung, suara Presiden Joko Widodo tenang tetapi tegas. Khas beliau, jika sedang kesal.
Suasana itu terlihat ketika Presiden
Joko Widodo saat memberikan pengarahan kepada para menteri, kepala lembaga,
kepala daerah, dan BUMN tentang Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia, yang
digelar di Hotel Grand Hyatt, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, pada Jumat, 25
Maret 2022.
Turut hadir mendampingi
Presiden dalam acara tersebut antara lain Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara
Pratikno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Menteri
Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Koperasi dan UKM Teten
Masduki, dan Gubernur Bali Wayan Koster.
Bahkan di sela-sela pidato,
pak Jokowi sampai 2 kali menyetop tepuk tangan yang dilakukan para hadirin. Hal
itu terlihat jelas di tayangan YouTube Sekretariat Presiden dan juga
ditayangkan salah satu tv nasional.
(https://www.youtube.com/watch?v=dcHlIPHzq9I)
Di salah satu media online
nasional, Jokowi lagi menerangkan tentang kondisi dunia saat ini yang menghadapi
kelangkaan energi, pangan hingga kontainer. Dampaknya, harga-harga pun melonjak
mahal.
Di tengah kondisi itu, Jokowi
mengatakan salah satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah
memaksimalkan APBN-APBD. Dia ingin masyarakat bangga membeli produk dalam
negeri
"Oleh sebab itu, yang
paling gampang kita lakukan adalah bagaimana APBN, bagaimana APBD, bagaimana
anggaran BUMN itu bisa mentrigger pertumbuhan ekonomi kita sendiri. Caranya? ya
kita harus memiliki keinginan yang sama untuk membeli, untuk bangga pada buatan
kita sendiri. bangga buatan Indonesia," ujar Jokowi
Pada momen inilah para peserta
yang hadir bertepuk tangan. Jokowi langsung meminta mereka untuk tidak bertepuk
tangan.
"Jangan tepuk tangan
dulu!" ujar Jokowi.
Jokowi meminta tidak usah
tepuk tangan dulu sebab dirinya merasa sedih melihat banyak barang-barang impor
di Indonesia. Padahal, kata Jokowi, anggaran di pusat dan daerah sangat besar.
"Begitu saya lihat, ini
pengadaan barang dan jasa seperti apa, detil sekarang ini. kerja nggak bisa,
makro saja nggak bisa, hilang pasti. Target kita pasti lari ke mana-mana.
Sekarang makro dilihat, mikronya dikejar. Cek yang terjadi, sedih saya. belinya
barang-barang impor semuanya, padahal kita memiliki untuk pengadaan barang dan
jasa, anggaran modal, pusat itu Rp526 triliun," kata Jokowi.
"Daerah, Pak
Gub/wali/bupati, Rp535 triliun, lebih gede daerah. Sekali lagi saya ulang,
pusat Rp526 triliun, daerah Rp535 triliun. BUMN, jangan lupa, saya detailkan
lagi, Rp420 triliun, ini duit gede banget, besar sekali," ungkap Jokowi.
Jokowi mengatakan jika
Indonesia terus-terusan membeli barang impor, negara lain yang mendapat
keuntungan pekerjaan. Uang keluar tetapi pekerjaan ada di luar negeri.
"Coba kita belokkan semua
ke sini. Barang yang kita beli barang dalam negeri, berarti akan ada investasi,
berarti membuka lapangan pekerjaan. tadi sudah diitung bisa membuka 2 juta
lapangan pekerjaan. kalau ini tidak dilakukan, sekali lagi bodoh banget kita
ini," ujar Jokowi diikuti tepuk tangan peserta yang hadir.
Pada momen inilah Jokowi juga
kembali meminta para peserta yang hadir untuk tidak tepuk tangan. Dia meminta
anggaran digunakan untuk membeli produk dalam negeri.
"Jangan tepuk tangan,
karena kita belum melakukan. Kalau kita melakukan dan itu Rp 400 T lebih nanti
betul2 kita kerjakan, silakan kita semuanya tepuk tangan. Kita hanya minta 40
persen dulu, udah targetnya nggak banyak-banyak sampai nanti Mei. Tadi pagi saya
cek, sudah berapa sekarang? baru Rp214 triliun. Gimana mau kita
terus-teruskan?" ujar Jokowi.
Apa saja sih barang impor yang
bikin pak Jokowi sampai geregetan banget?
"Coba, CCTV beli impor.
Di dalam negeri ada yang bisa produksi. Apa-apaan ini? Dipikir kita bukan
negara yang maju, buat CCTV saja beli impor. Seragam dan sepatu tentara dan
polisi beli dari luar. Kita ini produksi di mana-mana bisa," ungkap
Jokowi.
"Alkes, alkes, Menteri
Kesehatan, tempat tidur untuk rumah sakit, produksi saya lihat di Jogja ada,
Bekasi, Tangerang ada. (Tapi malah) beli impor. Mau kita terus-teruskan
('budaya' impor)?" kata Jokowi.
"Silakan. Nanti mau saya
umumkan, kok. Saya kalau sudah jengkel kayak gini, saya umumin nanti. Ini rumah
sakit daerah beli impor, Kemenkes masih impor, tak (saya) baca nanti. Karena
sekarang gampang banget, detail, (laporan) harian bisa saya pantau betul,"
ucap Jokowi.
"Alsintan, Menteri
Pertanian, apa traktor-traktor kayak gitu, bukan hi tech saja impor. Jengkel
saya. Saya kemarin dari Atambua (NTT), nanem jagung, saya lihat ada traktor,
ada alsintan. Saya lihat, aduh.... Nggak boleh, Pak Menteri, nggak boleh,"
tekan Jokowi.
"Pensil, kertas saya cek,
impor. Bolpoin. Ini apa ini kita? Kadang-kadang saya mikir, ini kita ngerti
ndak sih hal-hal seperti ini? Jangan-jangan kita ndak kerja detail, sehingga
nggak ngerti itu yang dibeli barang impor. Buku tulis impor, gimana? Jangan ini
diteruskan, setop. Sehingga melompat nanti kita semuanya beli produk dalam
negeri, meloncat pertumbuhan ekonomi kita," pungkas Jokowi.
Ternyata banyak juga ya.
Pantesan Presiden Jokowi jengkel benar dengan kondisi itu
Presiden pun menargetkan
hingga Mei 2022, anggaran sebesar Rp400 triliun dapat digunakan untuk pembelian
barang dari dalam negeri. Selain itu, Presiden meminta Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk menyediakan berbagai macam produk
yang dibutuhkan oleh pemerintah dalam platform yang tersedia.
"Saya minta dan saya
enggak mau ditawar-tawar lagi urusan yang Rp400 triliun di Mei. Segera juga
dorong yang namanya UKM-UKM di daerah itu untuk masuk segera ke e-Katalog.
Masukkan sebanyak-banyaknya," tegas Presiden.
Respons para menterinya? Saya
yakin mereka pasti langsung responsive dan boleh jadi reaktif.
Namun, kalau bicara produk Indonesia.
Ada satu nama yang sudah puluhan tahun menggaungkan, mengkampanyekan cintailah
produk-produk dalam negeri.
Beliau adalah Alim Markus, bos
pemilik Maspion Group.
Iklannya ada di mana-mana.
Bintang iklannya pun beragam. Yang paling sering saya lihat ada Titiek Puspa
seniman dari zaman Presiden Soekarno hingga saat ini. Ada juga Prof.Dr.Jimly
Asshiddiqie, S.H., mantan ketua Mahkamah Konstitusi. Dan masih banyak lagi.
Di iklan produk Maspion di
Harian Bisnis Indonesia, di bagian bawah iklannya selalu ada nomor handphone
Alim Markus. Dia siap dihubungi kapan saja.
Anda tahu kata MASPION itu ada
kepanjangannya?
Alim Markus selalu mengatakan
Maspion adalah kependekan dari Mengajak Anda Selalu Percaya Industri Olahan
Nasional. Nah Anda pasti baru tahu kan?
Maspion bermula dari industri
rumahan yang memproduksi lampu teplok. Usaha ini dirintis oleh ayah Alim
Markus, Alim Husin, pada 1957 lewat nama UD Logam Jaya. Dibantu oleh hanya
delapan pekerja, usaha lampu teplok itu pelan tapi pasti terus berkembang.
(http://kanalsatu.com/id/post/120/alim_markus___produk_indonesia___)
Alim Markus muda, dengan
keberanian luar biasa, memutuskan keluar dari pendidikan tingkat SMP pada 1966
dan total membantu pengembangan bisnis sederhana keluarganya.
Pada 1972, usaha yang dirintis
keluarga pekerja keras itu memutuskan diri memakai nama Maspion dengan logo
seperti yang kita kenal saat ini.
Dari lampu teplok sederhana
berkembang menjadi produsen lampu badai untuk nelayan, bisnis Alim Markus kini
mengangkasa dengan produksi berbagai alat kebutuhan rumah tangga, membangun
perkantoran, mengelola kawasan industri, hingga mendirikan bank.
Saudara kandungnya juga
terlibat dalam pengelolaan sejumlah perusahaan, diantaranya Alim Mulia Sastra,
Alim Satria, dan Alim Prakasa.
Di Grup Maspion, Alim Markus
mengembangkan berbagai produk di bidang industri peralatan rumah tangga. Produk
yang dihasilkan sangat beragam, mulai dari panci, penggorengan, kompor gas,
termos, pompa air, kipas angin, kulkas, AC, aluminium foil, lampu neon, tempat
tidur, hingga boks makanan.
Selain itu, produk-produk yang
dihasilkan oleh kelompok perusahaan yang berbasis di Sidoarjo tersebut juga
diekspor ke banyak negara, mulai dari Asia, Eropa, Afrika, hingga Amerika
Serikat.
Maspion juga bermitra, antara
lain, dengan Samsung, Marubeni, Dupont, dan Ishizuka untuk membikin perusahaan
patungan.
Maspion juga menggarap bidang
konstruksi material dan industri, pengelolaan properti, perkantoran, kawasan industri,
dan jasa keuangan.
Grup Maspion mempunyai puluhan
anak usaha, antara lain, PT Royal Chemical, PT Trisula Pack Indah, PT Bank
Maspion, PT Indofibre Mattres Indonesia, PT Maspion Kencana, PT Indal Steel
Pipe, PT Maspion Flatware, PT Alumindo Light Metal Industry, PT Aneka Kabel
Cipta Guna, PT Indalex. PT Maspion Industrial Estate, PT Alumindo Industrial
Estate, PT Altap Prima Industrial Estate, PT Indal Aluminium Industry.
Maspion memiliki sedikitnya 58
unit pabrik yang tersebar di berbagai tempat, mulai dari Waru (Sidoarjo),
Gedangan (Sidoarjo), Romokalisari (Surabaya), Manyar (Gresik), hingga Cibitung
(Jabar).
Ada lebih dari 30.000 karyawan
yang bernaung di grup Maspion.
Di PT Bank Maspion Tbk, Alim
Markus juga menggandeng Kasikornbank Public Company Ltd yang memegang 9,99%
saham BMAS.
Tapi saya salut dengan Alim
Markus. Nasionalisme pria kelahiran Surabaya 24 September 1951 tak
terbantahkan.
Saat kerusuhan Mei 1998, Alim
Markus memilih untuk tetap berkarya di Indonesia.
”Saya tegaskan, apa pun yang
terjadi, saya lahir, tumbuh, besar, dan hidup di Indonesia. Karena itu saya
tetap komitmen membangun industri nasional. Kita jangan import minded dan
minder. Kita harus berani bersaing karena sesungguhnya kita mampu. Saya akan
terus berbisnis di Indonesia, akan terus membangun republik ini.”
Sebagai salah satu pengurus
senior Indonesia China Business Council (ICBC) tak mau produk Indonesia dikangkangi
produk China begitu saja.
Di 2020 saat Amerika Serikat
dan China perang dagang, Alim Markus menebutkan dua dari 90 pabriknya sangat
terkena dampak. Kedua perusahaan tersebut adalah yang memproduksi alumunium
seal serta alumunium foil.
Alim sudah menyampaikan
keberatan soal besarnya produk China yang memasuki Indonesia. Sayang, usulannya
tidak didengarkan, sehingga produknya memiliki saingan berat di dalam negeri
sendiri.
"Saya minta ke pemerintah
safeguard 22%, alumunium seal juga demikian. Pemerintah waktu itu, menteri
Perdagangannya lain, mungkin kena masuk angin jadi hanya disetujui 6%,"
ungkap Alim.
Selain itu, ia juga
menceritakan soal komoditas lain ikut terkena 'hajar' barang impor China,
akibat masuk secara berlebihan. Hal itu tidak lepas dari izin yang berlebihan
dari regulator. "Satu lagi, barang stainless steel. Barang-barang China
juga banyak," sebut Alim.
Alim Markus pun konsisten mengembangkan
bisnisnya di dalam negeri, kendati ada tawaran untuk merelokasi pabriknya ke
luar negeri.
Dia juga tak mau hanya membeli
barang dari China yang lebih murah lantas menempelinya dengan merek Maspion.
Bagi Alim Markus, kepentingan
nasional adalah di atas segalanya. Jika merelokasi pabrik ke luar negeri atau
sekadar kulakan barang dari luar negeri lalu dijual lagi di Indonesia, tentu
dampak negatif ekonominya ke Indonesia ini sangat besar.
Pabrik-pabrik dengan puluhan
ribu karyawan harus ditutup. Pemutusan hubungan kerja masal tidak terelakkan.
Angkat topi untuk beliau!
So pak Jokowi, kita ingin
mayoritas pengusaha kita seperti pak Alim Markus ini.. cintailah produk-produk
Indonesia.
Comments