Investasi Saham dan Portofolio Lo Kheng Hong Maret 2022
Ingin kaya. Itu mungkin keinginan nyaris semua orang, termasuk saya dan Anda. Berdiam diri tak akan menghasilkan kekayaan.
Bekerja adalah pilihan untuk mendapatkan upah. Jika ingin
kaya, janganlah cuma menabung, tetapi berinvestasilah.
Investasi bisa di mana saja, di produk apa saja, dan kapan
saja. Emas, tanah, property, saham hingga uang kripto, NFT (non-fungible token)
boleh jadi pilihan.
Uang kripto mungkin terlalu canggih. NFT lagi digandrungi
banyak orang. Namun, saham memiliki inner beauty yang bikin kepincut.
Banyak yang mengatakan investasi saham membutuhkan modal
yang tinggi. Belum lagi, investasi saham memiliki risiko tinggi. Tidak salah
tapi tak sepenuhnya benar juga.
Saat ini banyak saham yang bisa dibeli dengan harga yang
murah. Benar-benar murah, tetapi bukan murahan.
Satuan pembelian saham adalah 1 lot dan setiap 1 lot terdiri
dari 100 lembar saham. Anda tinggal memilih saham apa yang hendak dibeli.
Ambil contoh saham PT Bank Central Asia Tbk, dengan kode
saham BBCA.
Pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia Rabu 9 Maret
2022, saham BBCA berada di level Rp7.850, naik 200 rupiah atau 2,61% dari
penutupan hari sebelumnya.
Nah, Anda sudah bisa disebut jadi pemilik saham BCA jika membeli
minimal 1 lot saham BBCA. Berapa total duitnya? 1 Lot = 100 lembar, dikalikan
7.850 maka Anda hanya mengeluarkan Rp785.000 untuk 1 lot BBCA.
Dengan modal tak sampai 1 juta rupiah, Anda sudah memiliki
saham BCA, bank swasta terbesar di Indonesia!!!
Meski cuma 1 lot, Anda akan tetap diundang dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) BCA.
Dalam pengumuman resminya, BCA akan menghelat RUPS Tahunan
pada 17 Maret 2022, jam 09 pagi di Menara BCA, Grand Indonesia, Jl. M.H.
Thamrin No. 1, DKI Jakarta.
Jika punya dana berlebih, Anda bisa saja membeli banyak
saham, banyak lot, banyak perusahaan.
Di Bursa Efek Indonesia ada lebih dari 773 saham dan mayoritas
harganya Rp10.000 per lembar. Dan jika investor memilih saham yang harganya
dibawah 10.000 maka ada peluang membeli lebih dari 1 lot saham dan lebih dari
satu emiten.
Soal pilihan saham, saya menempatkan Lo Kheng Hong. Saya
memanggil beliau dengan sapaan Pak Lo, orang lain menyebut dia dengan sebutan
LKH.
Pak Lo (lahir 20 Februari 1959) merupakan seorang investor
value Indonesia jenis individu. Dia dijuluki sebagai investor saham
disebut-sebut sebagai Warren Buffett-nya Indonesia. Ini merupakan apresiasi
karena dia sukses. Cuan selalu.
Pak Lo berpendapat bahwa menjadi seorang investor saham itu bisa membuat kaya, meskipun dia tidur saja, karena dia punya perusahaan publik yang harga sahamnya selalu meningkat dan menghasilkan laba besar.
Data yang tak resmi menyebutkan, LKH pernah memiliki
portofolio saham hingga Rp2,5 triliun.
Tahun 1979: mulai kuliah malam jurusan Sastra Inggris di
Universitas Nasional, Jakarta sambil tetap bekerja sebagai pegawai tata usaha
di PT Overseas Express Bank (OEB).
Tahun 1989: mulai menjadi investor saham dengan usia sudah
tidak muda lagi, 30 tahun, berbeda dengan Warren Buffett yang pertama kali
membeli saham pada usia 11 tahun. Saham yang pertama dibeli olehnya adalah
saham milik PT. Gajah Surya Multi Finance pada saat penawaran umum perdana.
Tahun 1990: pindah bekerja di Bank Ekonomi pada bagian
pemasaran.
Tahun 1991: bekerja di Bank Ekonomi sebagai kepala cabang
Tahun 1996: setelah bekerja selama 17 tahun, ia berhenti
bekerja di bank dan berkonsentrasi penuh menjadi seorang investor saham.
Saat ini Pak Lo adalah pemegang saham dengan kepemilikan di
atas 5 persen di 4 perusahaan terbuka (emiten) yakni PT Petrosea Tbk. (PTRO),
PT Global Mediacom Tbk. (BMTR), PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (CFIN), dan PT
Gajah Tunggal Tbk. (GJTL).
Mari kita lihat berapa nilai rupiah portofolionya di 4
emiten tersebut, per Rabu 9 Maret 2022.
Saham PTRO ditutup di level Rp2.750. Kepemilikan LKH ada
151.422.200 lembar, so totalnya harta saham pak Lo di PTRO Rp416,411,050,000. Gaes,
nilainya 416 miliar rupiah bro… jauh di atas crazy rich-crazy rich anak muda
itu.
Di BMTR, harga sahamnya Rp244 x 1,055,530,700 lembar = Rp257,549,490,800.
Dua ratus lima puluh tujuh miliar bro!
Di GJTL, harga penutupan Rp635 x 178,012,400 lembar saham
pak Lo, jadinya Rp113,037,874,000. Seratus tiga belas miliar rupiah Gaessss….
Di CFIN, Rp248 x 205,726,800 = Rp51,020,246,400. Lima puluh
satu miliar rupiah ya.
Jadi dari 4 saham itu saja, LKH punya asset sebesar Rp838,018,661,200….
Delapan Ratus Tiga Puluh Delapan miliar rupiah lebih bro!!!!
Namun, Pak Lo juga punya strategi lain. Dia juga membeli
saham lain dengan porsi kepemilikan di bawah 5 persen. Salah satunya adalah PT
Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) alias PGN.
(https://market.bisnis.com/read/20220217/7/1501462/lo-kheng-hong-belanja-saham-di-2-sektor-raih-capital-gain-miliaran)
Entah berapa yang dibeli Pak Lo, pastinya dia kaya dan bukan
kaya kaleng-kaleng, meskipun sehari-hari dia lebih suka pakai mobil jadul.
Resepnya apa Pak Lo?
1. Baca laporan keuangan
Menurutnya, tidak ada alasan investor atau trader tak
membaca laporan keuangan. Sebab kunci untuk memilih emiten itu justru dari
laporan keuangan. Investor bisa mulai membaca laporan keuangan dari: berapa
laba, penjualan, modalnya berapa, berapa utangnya, utangnya lancar atau macet.
2. Sabar menanti hasil yang terbaik
Tidak ada yang instan untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Ini dibuktikan Lo Kheng Hong ketika pertama kali terjun berinvestasi. Bukannya
untung tapi malah rugi, karena memulainya dengan cara yang salah yakni: membeli
saham IPO dengan harga murah, lalu menjualnya ketika listing dengan harapan
mendapatkan keuntungan. Padahal untuk mendapatkan hasil terbaik, berinvestasi
perlu waktu.
3. Beli saham yang bidang usahanya baik
Memilih emiten sebenarnya tidak sulit, investor hanya perlu
mencari industri yang dapat bertahan dalam berbagai kondisi ekonomi. Setelah
menentukan industrinya, sortir perusahaan yang misalnya masih memiliki price to
book value atau PBV kecil tapi asetnya banyak dan utangnya kecil.
4. Pilih perusahaan yang untung
Dengan gamblang Lo mengatakan, anti membeli perusahaan yang
rugi. Karena dirinya selalu mencari perusahaan yang bisa menjadi mesin uang
buatnya. Sehingga ia sama sekali tidak tertarik pada perusahaan yang dari awal
telah mengalami kerugian.
5. Track record pimpinan perusahaan yang baik
Setiap menentukan saham yang hendak dibeli, selalu cari tahu
pimpinan perusahaan itu, seperti: Direksi dan Komisaris. Pastikan bahwa selama
berkarier di industri, mereka adalah pribadi yang berintegritas, jujur dan
memiliki reputasi yang baik.
Comments