Proyeksi CIMB Niaga 2010
Dari sisi kinerja keuangan, PT Bank CIMB Niaga Tbk melaporkan kenaikan laba sebesar 131% per Desember 2009. Agresivitas pesaing diduga menjadi ancaman kinerja positif tersebut pada tahun ini.
Pertumbuhan pendapatan operasional sebesar 28% menjadi kunci kenaikan kinerja bank milik Lippo dan grup CIMB tersebut. Secara bersamaan, efisiensi membuat biaya operasional hanya naik 7%.
Analis PT AAA Securities Henry S. Pranoto mencatat kredit bank tersebut sepanjang tahun hanya naik 11%, yang disumbang kredit korporasi, konsumer dan bisnis masing–masing sebesar 18%, 10% dan 9%.
Pada segmen konsumer, kredit kendaraan bermotor tumbuh tertinggi sebesar 38%, yang diikuti kartu kredit sebesar 7%. Sebaliknya, kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit tanpa agunan (KTA) justru turun masing–masing 1% dan 6%.
Penurunan sektor KPR menjadi perhatian, mengingat sebelum merger Niaga sempat menjadi salah satu ikon KPR kalangan menengah ke atas. Di sisi lain, agresifnya bank pesaing menggarap sektor tersebut menjadi tantangan baru.
“Kami melihat tantangan Bank Niaga tahun ini akan lebih berat, terutama pada segmen konsumer. Meski pangsa pasar KPR perseroan terlihat stabil, namun pesaingnya seperti PT Bank Central Asia (BCA), PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) berhasil meningkatkan pangsa pasarnya selama 2009,” tuturnya dalam laporan riset per 22 Februari.
Pangsa pasar BCA, lanjutnya, naik drastis dari 7,9% pada Mei 2009 menjadi 10,8% pada Desember 2009. Di sisi lain, pangsa pasar Bank Mandiri naik dari 6,5% pada Mei 2009 menjadi 7,9% pada Desember 2009.
Kenaikan itu terjadi di tengah agresivitas BCA dan BNI meningkatkan penyaluran kredit pada sektor konsumer. BCA agresif menggarap sektor KPR dan otomotif, sedangkan BNI menggarap sektor KPR.
Henry melihat ada hubungan antara tren kenaikan pangsa pasar pesaing CIMB Niaga itu dengan merger CIMB Niaga pada 2008 lalu. Di tengah konsolidasi, bank kompetitor mereka seperti BCA, Mandiri, dan BNI justru menggenjot KPR.
Di sisi lain Bank Panin dan Bank NISP juga berupaya mengambil celah keuntungan meraup kredit UMKM di tengah lika-liku merger bank Lippo dan Bank Niaga tersebut. Kondisi itu membuat persaingan pada kredit yang mengandalkan bunga rendah makin sengit tahun ini.
“Kami melihat proses merger yang dimulai pada triwulan III/2008 membuat perseroan kehilangan beberapa kesempatan yang menjadi keunggulan kompetitifnya yakni KPR (Niaga) dan kredit UMKM (Bank Lippo),” papar Henry.
//Kualitas aset//
AAA Securities menilai kualitas aset CIMB Niaga pada 2009 menurun, dengan kredit seret (non performing loan/ NPL) akhir 2009 pada level 3,06% atau lebih tinggi dibandingkan dengan posisi triwulan III/2009 sebesar 2,8%.
Penurunan tersebut dipicu melemahnya kualitas aset pada segmen bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan korporasi dengan kenaikan NPL masing-masing 20 basis poin (bp) dan 50 bp.
Merespon itu, manajemen CIMB Niaga menurunkan peringkat beberapa pinjaman korporasi yang prospeknya kurang baik, meski memiliki kolektabilitas baik pascarestrukturisasi. Rasio kecukupan provisi pun dinaikkan dari 96,3% pada triwulan III/2009 menjadi 108,1% pada triwulan IV.
“Hal ini membuat kenaikan NPL pada triwulan IV/2009 dapat diimbangi dengan kenaikan pencadangannya,” ujar Henry.
Dia menilai saham BNGA sekarang diperdagangkan pada 1,58 kali PBV 2010, atau lebih murah dibandingkan dengan saham Bank Panin, BII, dan Bank Danamon yang diperdagangkan pada kisaran 1,69 kali, 2, 28 kali, da n 2,3 kali.
Meski demikian, level itu masih lebih mahal dibandingkan dengan saham BNI dan Bukopin yang masing-masing diperdagangkan pada 1,3 kali d an 0,83 kali PBV 2010. Melihat tantangan ke depan, Henry memilih tidak memeringkat saham tersebut.
(Oleh Arif Gunawan S.)
Pertumbuhan pendapatan operasional sebesar 28% menjadi kunci kenaikan kinerja bank milik Lippo dan grup CIMB tersebut. Secara bersamaan, efisiensi membuat biaya operasional hanya naik 7%.
Analis PT AAA Securities Henry S. Pranoto mencatat kredit bank tersebut sepanjang tahun hanya naik 11%, yang disumbang kredit korporasi, konsumer dan bisnis masing–masing sebesar 18%, 10% dan 9%.
Pada segmen konsumer, kredit kendaraan bermotor tumbuh tertinggi sebesar 38%, yang diikuti kartu kredit sebesar 7%. Sebaliknya, kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit tanpa agunan (KTA) justru turun masing–masing 1% dan 6%.
Penurunan sektor KPR menjadi perhatian, mengingat sebelum merger Niaga sempat menjadi salah satu ikon KPR kalangan menengah ke atas. Di sisi lain, agresifnya bank pesaing menggarap sektor tersebut menjadi tantangan baru.
“Kami melihat tantangan Bank Niaga tahun ini akan lebih berat, terutama pada segmen konsumer. Meski pangsa pasar KPR perseroan terlihat stabil, namun pesaingnya seperti PT Bank Central Asia (BCA), PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) berhasil meningkatkan pangsa pasarnya selama 2009,” tuturnya dalam laporan riset per 22 Februari.
Pangsa pasar BCA, lanjutnya, naik drastis dari 7,9% pada Mei 2009 menjadi 10,8% pada Desember 2009. Di sisi lain, pangsa pasar Bank Mandiri naik dari 6,5% pada Mei 2009 menjadi 7,9% pada Desember 2009.
Kenaikan itu terjadi di tengah agresivitas BCA dan BNI meningkatkan penyaluran kredit pada sektor konsumer. BCA agresif menggarap sektor KPR dan otomotif, sedangkan BNI menggarap sektor KPR.
Henry melihat ada hubungan antara tren kenaikan pangsa pasar pesaing CIMB Niaga itu dengan merger CIMB Niaga pada 2008 lalu. Di tengah konsolidasi, bank kompetitor mereka seperti BCA, Mandiri, dan BNI justru menggenjot KPR.
Di sisi lain Bank Panin dan Bank NISP juga berupaya mengambil celah keuntungan meraup kredit UMKM di tengah lika-liku merger bank Lippo dan Bank Niaga tersebut. Kondisi itu membuat persaingan pada kredit yang mengandalkan bunga rendah makin sengit tahun ini.
“Kami melihat proses merger yang dimulai pada triwulan III/2008 membuat perseroan kehilangan beberapa kesempatan yang menjadi keunggulan kompetitifnya yakni KPR (Niaga) dan kredit UMKM (Bank Lippo),” papar Henry.
//Kualitas aset//
AAA Securities menilai kualitas aset CIMB Niaga pada 2009 menurun, dengan kredit seret (non performing loan/ NPL) akhir 2009 pada level 3,06% atau lebih tinggi dibandingkan dengan posisi triwulan III/2009 sebesar 2,8%.
Penurunan tersebut dipicu melemahnya kualitas aset pada segmen bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan korporasi dengan kenaikan NPL masing-masing 20 basis poin (bp) dan 50 bp.
Merespon itu, manajemen CIMB Niaga menurunkan peringkat beberapa pinjaman korporasi yang prospeknya kurang baik, meski memiliki kolektabilitas baik pascarestrukturisasi. Rasio kecukupan provisi pun dinaikkan dari 96,3% pada triwulan III/2009 menjadi 108,1% pada triwulan IV.
“Hal ini membuat kenaikan NPL pada triwulan IV/2009 dapat diimbangi dengan kenaikan pencadangannya,” ujar Henry.
Dia menilai saham BNGA sekarang diperdagangkan pada 1,58 kali PBV 2010, atau lebih murah dibandingkan dengan saham Bank Panin, BII, dan Bank Danamon yang diperdagangkan pada kisaran 1,69 kali, 2, 28 kali, da n 2,3 kali.
Meski demikian, level itu masih lebih mahal dibandingkan dengan saham BNI dan Bukopin yang masing-masing diperdagangkan pada 1,3 kali d an 0,83 kali PBV 2010. Melihat tantangan ke depan, Henry memilih tidak memeringkat saham tersebut.
(Oleh Arif Gunawan S.)
Comments