Lippo Karawaci terbitkan obligasi global
BI/bursa
6 april 2010
faa
Lippo Karawaci emisi obligasi US$350 juta
Pengembangan rumah sakit jadi bisnis inti
Oleh Fahmi Achmad
Bisnis Indonesia
Kinerja Lippo Karawaci (Rp triliun)
2009 2008
Aset 12,13 11,79
Pendapatan 2,56 2,55
Laba bersih 0,48 0,46
EBITDA 0,58 0,56
Sumber: Bloomberg
Keterangan: EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi, EPS (laba bersih per saham)
JAKARTA: PT Lippo Karawaci Tbk akan menerbitkan obligasi global senilai US$350 juta yang akan jatuh tempo pada 2015 dan sepertiga hasilnya digunakan untuk belanja modal perseroan.
Eddy Handoko, Presiden Direktur Lippo Karawaci, mengatakan hasil dari obligasi global tersebut dipakai untuk mengkonversi pinjaman obligasi US$250 juta yang akan jatuh tempo pada awal 2011.
“Sisanya antara lain akan digunakan untuk pengembangan rumah sakit yang menjadi salah satu core business perseroan. Underwriter penerbitan obligasi global ini adalah Deutsche Bank dan Citibank,” katanya dalam siaran pers, kemarin.
Dia menjelaskan pihaknya kini memiliki empat rumah sakit dan pada tahun ini diharapkan akan dioperasikan The Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) – Siloam Hospitals yang berlokasi di kawasan Semanggi Jakarta.
Eddymenuturkan perseroan akan terus mengembangkan secara agresif ke beberapa lokasi yang saat ini sedang diproses perijinannya, antara lain di Tanjung Bunga Makassar, Bali dan beberapa kota lain di Indonesia.
Lebih jauh, Eddy menjelaskan emisi obligasi dilakukan seiring dengan kepercayaan investor global kepada pemerintah dan negara Indonesia yang saat ini terus membaik.
Hal itu, ujarnya, ditandai dengan naiknya rating Indonesia dan diikuti dengan aliran dana global ke Indonesia yang masuk dengan deras melalui pasar modal dan pasar uang.
“Namun aliran dana global yang saat ini mengalir tersebut masih bersifat jangka pendek dan dalam bentuk investasi dan portofolio, sehingga berisiko cepat keluar berdasarkan sentimen pasar. Belum pada tingkatan untuk keperluan investasi jangka panjang dan untuk keperluan sektor riil,” jelas Eddy.
Analis obligasi korporasi PT Trimegah Securities Tbk Octavianus Bramantya menilai rencana manajemen Lippo melepas surat utang dolar berpotensi sukses, mengingat besarnya selera investor asing ke pasar modal Indonesia.
Meski pendapatan perseroan berbasis rupiah, tetapi Octavianus menilai perseroan memiliki kapasitas untuk memenuhi kewajibannya ke depan, terutama melihat rekam jejak surat utang mereka yang belum pernah gagal bayar (default). “Dari sisi pembiayaan, emisi dolar itu mengurangi risiko ketidaksesuaian pembiayaan ulang [refinancing mismatch],” ujarnya.
Lembaga pemeringkat Standard & Poor's baru-baru ini menetapkan peringkat B untuk obligasi senior tanpa jaminan Lippo Karawaci. Prospek emiten itu direvisi dari negatif menjadi stabil.
Pada saat yang bersamaan, S&P juga menetapkan peringkat B untuk kredit korporasi jangka panjang.
“Kami berharap bahwa kondisi operasional pada 2010 akan terus membaik, ini didukung oleh strategi perusahaan untuk menaikkan pendapatan dan aliran dana tunai dari beberapa segmen bisnis yang stabil seperti kesehatan, infrastruktur, dan bisnis berbasis biaya,"ujar analis kredit S&P Wee Khim Loy.
Peringkat Lippo ini menunjukkan posisi terdepan emiten itu di industri properti domestik, mempunyai cadangan tanah luas dan berbiaya rendah, dan peningkatan fokus Lippo di segmen bisnis yang lebih stabil.
Prediksi peringkat yang stabil menunjukkan harapan S&P agar Lippo Karawaci terus melanjutkan proyeknya tepat waktu dan terus bersandar pada beberapa kegiatan bisnis baru untuk memitigasi pendapatan dan aliran kas yang sering berubah-ubah, khususnya dalam tradisi bisnis properti.
Prediksi yang stabil juga menunjukkan bahwa perusahaan akan mampu membayar obligasi yang jatuh tempo pada Maret 2011.
"Walaupun kami terus menilai risiko keuangan Lippo yang mempunyai utang dalam jumlah besar [highly leveraged], kami percaya dengan peringkat Lippo yang sekarang B, maka peringkat Lippo sudah membaik," ujar Loy.
Laba naik tipis
Perusahaan properti terintegrasi anak usaha Grup Lippo ini membukukan laba bersih 2009 sebesar Rp388,05 miliar, naik 4,63% dari 2008 yang sebesar Rp370,87 miliar akibat penurunan jumlah kewajiban dan kenaikan pendapatan.
Eddy mengatakan tahun lalu perseroan mencatatkan pendapatan yang stabil yakni sebesar Rp2,56 triliun atau naik tipis 0,39% jika dibandingkan tahun sebelum yang sebesar Rp2,55 triliun.
“Secara umum, total pendapatan perseroan yang mencapai Rp2,56 triliun, sebanyak 46% di antaranya diperoleh dari development revenue dan 54% dari pendapatan berkesinambungan,” ujarnya.
Eddy menjelaskan tahun lalu Lippo Karawaci juga berhasil menekan tipis jumlah kewajiban menjadi Rp6,83 triliun dari periode 2008 yang senilai Rp6,92 triliun. Jumlah beban usaha perseroan pun berkurang dari Rp753,35 miliar pada 2008 menjadi Rp705,86 miliar.
Namun, Lippo mencatat kerugian dari selisih kurs pada 2009 hingga Rp91,16 miliar. Padahal, tahun sebelumnya perseroan meraup keuntungan selisih kurs Rp68,36 miliar. Adapun, laba bersih per saham dasar 2009 naik jadi Rp22,43 miliar dari sebelumnya Rp21,44 miliar.
Divisi layanan kesehatan memberi kontribusi Rp896 miliar atau tumbuh 21% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang Rp743 miliar. Sedangkan divisi pengembangan memberikan kontribusi Rp371 miliar dari tahun sebelumnya Rp209 miliar.
Dia menyebutkan perseroan yang terdiri atas divisi pengembangan urban, pengembangan skala besar, ritel dan mal, layanan kesehatan, pariwisata dan infrastruktur, serta properti dan manajemen portofolio, tetap berupaya untuk memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.
Hal ini tercermin dalam berbagai aktivitas seperti diluncurkannya menara ke lima “The Infinity” di Kemang Village, Jakarta Selatan pada Mei 2009 dan beroperasinya Mal PX Pavilion di The St. Moritz Penthouses & Residences, Jakarta Barat, Agustus 2009.
Kemudian juga kehadiran fly over Lippo Village yang diperkirakan beroperasi Juli 2010. Adapun di Lippo Cikarang, permintaan terhadap klaster residential, dan kavling industri dan komersial tetap memperlihatkan pertumbuhan signifikan.
Di samping itu, San Diego Hills Memorial Park and Funeral Home juga telah meluncurkan sejumlah produk baru.
Pada penutupan pasar kemarin, saham Lippo Karawaci (LPKR) ditutup Rp640 atau menguat 4,92% dari hari sebelumnya Rp630 sehingga menjadikan nilai kapitalisasi pasarnya Rp11,07 triliun. Sepanjang tahun ini, LPKR sendiri sudah menguat 25,49%.(fahmi.achmad@bisnis.co.id)
6 april 2010
faa
Lippo Karawaci emisi obligasi US$350 juta
Pengembangan rumah sakit jadi bisnis inti
Oleh Fahmi Achmad
Bisnis Indonesia
Kinerja Lippo Karawaci (Rp triliun)
2009 2008
Aset 12,13 11,79
Pendapatan 2,56 2,55
Laba bersih 0,48 0,46
EBITDA 0,58 0,56
Sumber: Bloomberg
Keterangan: EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi, EPS (laba bersih per saham)
JAKARTA: PT Lippo Karawaci Tbk akan menerbitkan obligasi global senilai US$350 juta yang akan jatuh tempo pada 2015 dan sepertiga hasilnya digunakan untuk belanja modal perseroan.
Eddy Handoko, Presiden Direktur Lippo Karawaci, mengatakan hasil dari obligasi global tersebut dipakai untuk mengkonversi pinjaman obligasi US$250 juta yang akan jatuh tempo pada awal 2011.
“Sisanya antara lain akan digunakan untuk pengembangan rumah sakit yang menjadi salah satu core business perseroan. Underwriter penerbitan obligasi global ini adalah Deutsche Bank dan Citibank,” katanya dalam siaran pers, kemarin.
Dia menjelaskan pihaknya kini memiliki empat rumah sakit dan pada tahun ini diharapkan akan dioperasikan The Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) – Siloam Hospitals yang berlokasi di kawasan Semanggi Jakarta.
Eddymenuturkan perseroan akan terus mengembangkan secara agresif ke beberapa lokasi yang saat ini sedang diproses perijinannya, antara lain di Tanjung Bunga Makassar, Bali dan beberapa kota lain di Indonesia.
Lebih jauh, Eddy menjelaskan emisi obligasi dilakukan seiring dengan kepercayaan investor global kepada pemerintah dan negara Indonesia yang saat ini terus membaik.
Hal itu, ujarnya, ditandai dengan naiknya rating Indonesia dan diikuti dengan aliran dana global ke Indonesia yang masuk dengan deras melalui pasar modal dan pasar uang.
“Namun aliran dana global yang saat ini mengalir tersebut masih bersifat jangka pendek dan dalam bentuk investasi dan portofolio, sehingga berisiko cepat keluar berdasarkan sentimen pasar. Belum pada tingkatan untuk keperluan investasi jangka panjang dan untuk keperluan sektor riil,” jelas Eddy.
Analis obligasi korporasi PT Trimegah Securities Tbk Octavianus Bramantya menilai rencana manajemen Lippo melepas surat utang dolar berpotensi sukses, mengingat besarnya selera investor asing ke pasar modal Indonesia.
Meski pendapatan perseroan berbasis rupiah, tetapi Octavianus menilai perseroan memiliki kapasitas untuk memenuhi kewajibannya ke depan, terutama melihat rekam jejak surat utang mereka yang belum pernah gagal bayar (default). “Dari sisi pembiayaan, emisi dolar itu mengurangi risiko ketidaksesuaian pembiayaan ulang [refinancing mismatch],” ujarnya.
Lembaga pemeringkat Standard & Poor's baru-baru ini menetapkan peringkat B untuk obligasi senior tanpa jaminan Lippo Karawaci. Prospek emiten itu direvisi dari negatif menjadi stabil.
Pada saat yang bersamaan, S&P juga menetapkan peringkat B untuk kredit korporasi jangka panjang.
“Kami berharap bahwa kondisi operasional pada 2010 akan terus membaik, ini didukung oleh strategi perusahaan untuk menaikkan pendapatan dan aliran dana tunai dari beberapa segmen bisnis yang stabil seperti kesehatan, infrastruktur, dan bisnis berbasis biaya,"ujar analis kredit S&P Wee Khim Loy.
Peringkat Lippo ini menunjukkan posisi terdepan emiten itu di industri properti domestik, mempunyai cadangan tanah luas dan berbiaya rendah, dan peningkatan fokus Lippo di segmen bisnis yang lebih stabil.
Prediksi peringkat yang stabil menunjukkan harapan S&P agar Lippo Karawaci terus melanjutkan proyeknya tepat waktu dan terus bersandar pada beberapa kegiatan bisnis baru untuk memitigasi pendapatan dan aliran kas yang sering berubah-ubah, khususnya dalam tradisi bisnis properti.
Prediksi yang stabil juga menunjukkan bahwa perusahaan akan mampu membayar obligasi yang jatuh tempo pada Maret 2011.
"Walaupun kami terus menilai risiko keuangan Lippo yang mempunyai utang dalam jumlah besar [highly leveraged], kami percaya dengan peringkat Lippo yang sekarang B, maka peringkat Lippo sudah membaik," ujar Loy.
Laba naik tipis
Perusahaan properti terintegrasi anak usaha Grup Lippo ini membukukan laba bersih 2009 sebesar Rp388,05 miliar, naik 4,63% dari 2008 yang sebesar Rp370,87 miliar akibat penurunan jumlah kewajiban dan kenaikan pendapatan.
Eddy mengatakan tahun lalu perseroan mencatatkan pendapatan yang stabil yakni sebesar Rp2,56 triliun atau naik tipis 0,39% jika dibandingkan tahun sebelum yang sebesar Rp2,55 triliun.
“Secara umum, total pendapatan perseroan yang mencapai Rp2,56 triliun, sebanyak 46% di antaranya diperoleh dari development revenue dan 54% dari pendapatan berkesinambungan,” ujarnya.
Eddy menjelaskan tahun lalu Lippo Karawaci juga berhasil menekan tipis jumlah kewajiban menjadi Rp6,83 triliun dari periode 2008 yang senilai Rp6,92 triliun. Jumlah beban usaha perseroan pun berkurang dari Rp753,35 miliar pada 2008 menjadi Rp705,86 miliar.
Namun, Lippo mencatat kerugian dari selisih kurs pada 2009 hingga Rp91,16 miliar. Padahal, tahun sebelumnya perseroan meraup keuntungan selisih kurs Rp68,36 miliar. Adapun, laba bersih per saham dasar 2009 naik jadi Rp22,43 miliar dari sebelumnya Rp21,44 miliar.
Divisi layanan kesehatan memberi kontribusi Rp896 miliar atau tumbuh 21% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang Rp743 miliar. Sedangkan divisi pengembangan memberikan kontribusi Rp371 miliar dari tahun sebelumnya Rp209 miliar.
Dia menyebutkan perseroan yang terdiri atas divisi pengembangan urban, pengembangan skala besar, ritel dan mal, layanan kesehatan, pariwisata dan infrastruktur, serta properti dan manajemen portofolio, tetap berupaya untuk memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.
Hal ini tercermin dalam berbagai aktivitas seperti diluncurkannya menara ke lima “The Infinity” di Kemang Village, Jakarta Selatan pada Mei 2009 dan beroperasinya Mal PX Pavilion di The St. Moritz Penthouses & Residences, Jakarta Barat, Agustus 2009.
Kemudian juga kehadiran fly over Lippo Village yang diperkirakan beroperasi Juli 2010. Adapun di Lippo Cikarang, permintaan terhadap klaster residential, dan kavling industri dan komersial tetap memperlihatkan pertumbuhan signifikan.
Di samping itu, San Diego Hills Memorial Park and Funeral Home juga telah meluncurkan sejumlah produk baru.
Pada penutupan pasar kemarin, saham Lippo Karawaci (LPKR) ditutup Rp640 atau menguat 4,92% dari hari sebelumnya Rp630 sehingga menjadikan nilai kapitalisasi pasarnya Rp11,07 triliun. Sepanjang tahun ini, LPKR sendiri sudah menguat 25,49%.(fahmi.achmad@bisnis.co.id)
Comments