Skip to main content

Ada apa dengan Saham Tidur ?


Otoritas pasar modal meminta 130 emiten yang masuk katagori saham tidur untuk melakukan aksi korporasi sehingga kinerjanya bisa lebih transparan di mata publik dan menjadi lebih likuid.

Data Bisnis Indonesia Intelegence Unit menyebutkan ke-130 emiten itu selama periode Januari 2010 hingga 31 Maret 2011, atau selama 307 hari hanya melakukan transaksi di bawah 40%.

Bahkan, lanjut laporan itu, sebanyak 19 emiten tercatat tidak melakukan transaksi perdagangan atau 0%. Beberapa emiten itu a.l. PT Bank Mutiara Tbk, PT Centex Tbk, PT Gunung Agung Tbk.

Kepala Divisi Riset PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero mengatakan kinerja perusahaan yang baik dan tercatat di lantai bursa secara tidak langsung memberi efek terhadap pergerakan saham itu.

"Ada berbagai macam alasan mengapa sejumlah saham dikatakan saham tidur. Mereka [emiten] itu biasanya jarang melakukan aksi korporasi sehingga mempengaruhi pergerakan harga saham perseroan," ujarnya, 26 April 2011.

Menurut dia, ada beberapa langkah yang dilakukan emiten yang masuk katagori saham tidur. Salah satunya adalah dengan melakukan aksi korporasi. Dengan aksi itu, lanjutnya, kinerja emiten itu lebih transparan di mata publik sehingga bisa berimbas pada pergerakan sahamnya ke depan.

"Sebenarnya, emiten dengan katagori saham tidur ada juga kinerjanya cukup bagus," ujar Poltak mengingatkan.

Analis pasar saham Ahmad Riyadi menambahkan sebuah emiten bisa dikatakan baik bila mereka mampu mempromosikan atau membuat agenda kerja terhadap perusahaannya itu agar saham yang di lepas di BEI tetap aktif, likuid dan memberikan untung kepada investor.

"Bila perusahaan kurang aktif mempublikasikan kinerjanya, lambat laun sahamnya akan kurang dilirik oleh pelaku pasar."

Sebagai contoh, tiga perusahaan yang baru mencatatkan sahamnya di BEI pada awal 2011 dapat saja ke depan menjadi saham yang kurang likuid karena kinerjanya kurang publikasi.

Berkaitan dengan kondisi itu, Poltak mengemukakan otoritas pasar modal kini tengah mengindentifikasi emiten yang masuk katagori saham tidur berdasarkan sektor usaha dan prospek bisnis ke depan. "Solusi sudah ada. Kami kini tengah indentifikasi dan mencari solusi. Itu tidak mudah dan harus seksama," pungkasnya.

Seperti kasus Bank Century, yang kini berubah nama menjadi Bank Mutiara. Poltak mengatakan mengidentifikasi saham tidur sekelas Bank Mutiara butuh proses.

Untuk membangkitkan pergerakkan saham yang tidur agar dilirik pasar, tambahnya, diharapkan para analis sekuritas atau Pemeringkat Efek Indonesia juga merilis laporan mengenai perusahaan menengah kecil itu. Pasalnya, Poltak menambahkan, emiten itu kerap kali kurang mendapatkan perhatian dari analis pasar modal.

"Tanpa perhatian analis, perhatian investor kepada saham itu pun kecil."

Dengan minimnya pengetahuan terhadap saham tidur membuat investor domestik maupun asing ragu untuk melakukan investasi di saham yang tergolong tidur tersebut, meskipun prospek perusahaan itu sebenarnya mempunyai kinerja yang baik.

"Dengan adanya analisa dari pengamat saham tentang saham yang kurang dilirik itu, diharapkan dapat menghilangkan anggapan bahwa saham tidur itu adalah saham yang tidak likuid," katanya.

Poltak juga tidak memungkiri saham yang kurang likuid ini digerakkan oleh pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan. Entah itu emiten, pemegang saham mayoritas, atau pelaku pasar.

Di sisi lain, tambahnya, berinvestasi pada saham yang tidur akan menyulitkan investor bila ingin mencairkan investasinya ketika mereka memerlukan dananya untuk kepentingan lain.

"Memiliki portofolio saham tidur sangat susah menjualnya. Artinya, dana yang diinvestasikan malah tertahan tidak memperoleh apa-apa kan. Untuk investor diharapkan pelajari dahulu prospektus perusahaan sebelum mengambil langkah investasi," pungkasnya.

(Please read Bisnis Indonesia daily)

Comments

Anonymous said…
pak kalo dikatakan saham tidur itu dia tidak aktif memperdagangkan selama berapa lama?/ trimaksih
Jul said…
Kata Broker saya sih 75 kali dalam 3 bulan..

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...