Nasib klub di antara utang dan kepercayaan bank
Tom Hicks dan George Gillett, pemilik Liverpool telah menunjuk Barclays Capital untuk mengatur penjualan kepemilikan mereka di salah satu klub sepak bola besar asal Inggris itu.
Dua pengusaha asal Negeri Paman Sam itu memang lagi terbelit pembayaran utang 100 juta pound dari 237 juta pound kepada Royal Bank of Scotland dan Wachovia Bank dari Amerika Serikat.
Sang pemilik telah diberi batas waktu hingga Juli. Barclays akan berperan sebagai penyokong 300 juta pound sebagai refinancing utang Liverpool tersebut.
Ketika membeli Liverpool pada 2007, Hicks dan Gillet hanya mengeluarkan dana 219 juta pound. Kini mereka berharap kepemilikannya bisa dijual 500 juta pound atau menyamai APBD 2010 Provinsi Jawa Barat yang Rp7,7 triliun.
Utang klub-klub bola Eropa kepada perbankan kini menjadi per-hatian dari UEFA (Union of European Football Associations). Otoritas sepak bola Benua Biru ini malah menyebutkan 56% dari keseluruhan utang klub seluruh Eropa berada di Liga Premier Inggris dengan nilai 3,8 miliar Euro.
BBC bahkan melaporkan Manchester United memiliki utang 716,5 juta pound atau sekitar Rp10,8 triliun dalam laporan keuangan publikasi Juni 2009. Nilai itu meningkat 17 juta pound karena klub milik pengusaha AS Malcom Glazer ini dikenakan kenaikan bunga pinjaman dari 14,25% menjadi 16,25%.
Tahun lalu, MU mengeluarkan lebih dari 68 juta poundsterling untuk membayar bunga utang-utangnya. Namun, majalah Forbes menempatkan klub berjuluk Setan Merah ini sebagai klub bola terkaya 2009 dengan aset mencapai US$1,84 miliar atau sekitar Rp16,6 triliun (kurs US$ = Rp 9.025).
Laporan Football Money League 2010 yang dirilis Deloitte awal April ini justru menempatkan Real Madrid sebagai klub olah-raga terkaya di dunia dengan penghasilan 401 juta euro atau 342 juta pound. Nama Barcelona dan MU menguntit di bawah Madrid.
Klub terbesar Spanyol berjuluk Los Galaticos ini sebenarnya juga memiliki utang besar dengan nilai 510 juta euro. Bos Madrid Florentino Perez musim ini mengeluarkan dana 300 juta euro hanya untuk membeli pemain.
Hebatnya, perbankan justru percaya kepada Madrid. Bank seperti Banco Santander SA dan Caja Madrid rela meminjamkan 151 juta euro untuk pembelian Kaka, Ronaldo, Karim Benzema, Xabi Alonso dan Raul Albiol.
Madrid juga mendapatkan fasilitas standby loan 56 juta euro dari bank La Caixa Spanyol. Seluruh utang itu akan jatuh tempo Juni 2015. Dengan profil klub dan kepemilikan pemain 'yang menjual', bank seakan tak akan alergi dengan Real Madrid.
Dana perbankan domestik
Kalau klub Eropa begitu beruntung, di dalam negeri lain lagi. Dana perbankan di Indonesia seakan begitu sulit mengalir sebagai kredit kepada klub sepak bola.
Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan pihak bank sulit melakukan analisis kelayakan kredit karena mayoritas klub sepak bola tak berbentuk badan usaha.
"Kecuali kalau pengurus klubnya mau berkorban menjaminkan aset rumahnya ke bank untuk KPR refinancing dan dananya untuk membiayai klub. Barang-kali cara ini bisa dilakukan," saran Sigit.
Aspek kehati-hatian penyaluran dana membuat bank mematok syarat 5 C berupa character (karakter), capital (modal), collateral (jaminan), capacity (kapasitas usaha), dan condition (kondisi usaha).
Bankir, kata Sigit, akan memilih sektor usaha lain yang dinilai lebih prospektif dan kepastian berusahanya lebih baik. "Kalau mau membiayai klub sepak bola, sebaiknya yaa dari donasi, spon-sor atau dana CSR [corporate soci-al responsibility] saja," ujarnya.
Mungkin itu pula alasan kena-pa banyak bank hanya jadi spon-sor dan bukan kreditur. (fahmi.achmad@bisnis.co.id)
Oleh FAHMI ACHMAD
Wartawan Bisnis Indonesia
(http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A09&cdate=01-MAY-2010&inw_id=730578)
Dua pengusaha asal Negeri Paman Sam itu memang lagi terbelit pembayaran utang 100 juta pound dari 237 juta pound kepada Royal Bank of Scotland dan Wachovia Bank dari Amerika Serikat.
Sang pemilik telah diberi batas waktu hingga Juli. Barclays akan berperan sebagai penyokong 300 juta pound sebagai refinancing utang Liverpool tersebut.
Ketika membeli Liverpool pada 2007, Hicks dan Gillet hanya mengeluarkan dana 219 juta pound. Kini mereka berharap kepemilikannya bisa dijual 500 juta pound atau menyamai APBD 2010 Provinsi Jawa Barat yang Rp7,7 triliun.
Utang klub-klub bola Eropa kepada perbankan kini menjadi per-hatian dari UEFA (Union of European Football Associations). Otoritas sepak bola Benua Biru ini malah menyebutkan 56% dari keseluruhan utang klub seluruh Eropa berada di Liga Premier Inggris dengan nilai 3,8 miliar Euro.
BBC bahkan melaporkan Manchester United memiliki utang 716,5 juta pound atau sekitar Rp10,8 triliun dalam laporan keuangan publikasi Juni 2009. Nilai itu meningkat 17 juta pound karena klub milik pengusaha AS Malcom Glazer ini dikenakan kenaikan bunga pinjaman dari 14,25% menjadi 16,25%.
Tahun lalu, MU mengeluarkan lebih dari 68 juta poundsterling untuk membayar bunga utang-utangnya. Namun, majalah Forbes menempatkan klub berjuluk Setan Merah ini sebagai klub bola terkaya 2009 dengan aset mencapai US$1,84 miliar atau sekitar Rp16,6 triliun (kurs US$ = Rp 9.025).
Laporan Football Money League 2010 yang dirilis Deloitte awal April ini justru menempatkan Real Madrid sebagai klub olah-raga terkaya di dunia dengan penghasilan 401 juta euro atau 342 juta pound. Nama Barcelona dan MU menguntit di bawah Madrid.
Klub terbesar Spanyol berjuluk Los Galaticos ini sebenarnya juga memiliki utang besar dengan nilai 510 juta euro. Bos Madrid Florentino Perez musim ini mengeluarkan dana 300 juta euro hanya untuk membeli pemain.
Hebatnya, perbankan justru percaya kepada Madrid. Bank seperti Banco Santander SA dan Caja Madrid rela meminjamkan 151 juta euro untuk pembelian Kaka, Ronaldo, Karim Benzema, Xabi Alonso dan Raul Albiol.
Madrid juga mendapatkan fasilitas standby loan 56 juta euro dari bank La Caixa Spanyol. Seluruh utang itu akan jatuh tempo Juni 2015. Dengan profil klub dan kepemilikan pemain 'yang menjual', bank seakan tak akan alergi dengan Real Madrid.
Dana perbankan domestik
Kalau klub Eropa begitu beruntung, di dalam negeri lain lagi. Dana perbankan di Indonesia seakan begitu sulit mengalir sebagai kredit kepada klub sepak bola.
Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan pihak bank sulit melakukan analisis kelayakan kredit karena mayoritas klub sepak bola tak berbentuk badan usaha.
"Kecuali kalau pengurus klubnya mau berkorban menjaminkan aset rumahnya ke bank untuk KPR refinancing dan dananya untuk membiayai klub. Barang-kali cara ini bisa dilakukan," saran Sigit.
Aspek kehati-hatian penyaluran dana membuat bank mematok syarat 5 C berupa character (karakter), capital (modal), collateral (jaminan), capacity (kapasitas usaha), dan condition (kondisi usaha).
Bankir, kata Sigit, akan memilih sektor usaha lain yang dinilai lebih prospektif dan kepastian berusahanya lebih baik. "Kalau mau membiayai klub sepak bola, sebaiknya yaa dari donasi, spon-sor atau dana CSR [corporate soci-al responsibility] saja," ujarnya.
Mungkin itu pula alasan kena-pa banyak bank hanya jadi spon-sor dan bukan kreditur. (fahmi.achmad@bisnis.co.id)
Oleh FAHMI ACHMAD
Wartawan Bisnis Indonesia
(http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A09&cdate=01-MAY-2010&inw_id=730578)
Comments