Skip to main content

Crazy Rich Indonesia & Lonjakan Simpanan di Bank

Kata orang, beberapa teori ekonomi sulit dipakai untuk menjelaskan kondisi di Indonesia. Boleh jadi benar, boleh jadi tak begitu juga.

Salah satu yang menarik adalah ketika kita melihat jumlah simpanan yang terus menumpuk di perbankan di Tanah Air. Kenaikan ini terus terjadi tiap tahun loh! Seriussss…

https://ekonomi.bisnis.com/read/20180202/9/733521/wow-30-duit-program-dana-desa-bisa-dongkrak-daya-beli-500

Teorinya, jika harga barang tinggi dan mahal, acuan suku bunga dinaikkan. Bunga yang tinggi akan menarik minat orang untuk menaruh uangnya di bank, ketimbang belanja. Uang masuk ke system perbankan, tak ada yang belanja, harga barang pun harusnya turun.

Itu sih teorinya. Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, inflasi relative bisa dijinakkan. Suku bunga pun terus melandai. Suku bunga acuan dari Bank Indonesia yaitu BI 7-DRR pun konsisten turun sehingga rezim suku bunga rendah pun bertahta.

Di 2018—2019, suku bunga acuan masih 6%--5%. Mulai Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, bank sentral pun memangkas bunga acuan jadi 4,75%. Pemangkasan ini terus berlanjut, meski tidak terjadi setiap bulannya.

Sejak RDG BI 18 Februari 2021, suku bunga acuan pun tersisa 3,50% dan bertahan hingga pekan kedua April 2022 ini.

Logikanya, suku bunga bank yang rendah membuat orang ogah menyimpan dana di bank. Gak dapat apa-apa bro! Dana elu bisa kemakan biaya administrasi loh. Gitu kata mereka.

Faktanya, tak begitu juga.

Pandemi Covid-19 membuat banyak masalah. Banyak bisnis dan perusahaan tutup, banyak terjadi pengangguran. Tidak banyak pula yang jalan-jalan, berwisata, belanja-belanji.

Dampaknya, uang-uang pun ikutan menganggur.

Ada sih yang memang dipakai untuk belanja saham, belanja uang kripto, belanja emas. Ada juga yang uangnya terjebak investasi robot trading 378 alias pasal penipuan KUHAP.

Tapi, porsi mereka ini sebenarnya tidaklah terlalu besar. Masih banyak uang yang ngetem di perbankan. Ngendon aja di sana, dapat bunga kecil pun tak apa.

Gak percaya? Mari kita lihat angka-angkanya.

Data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat jumlah simpanan di perbankan per Februari 2022 mencapai Rp7.446 triliun. Tujuh ribu triliun bos….

Angka per Februari itu naik 0,1% dibandingkan dengan per Januari 2022. Kelihatannya naiknya tipis ya?

Gak juga sih. Secara tahunan (year-on-year/yoy), jumlah simpanan di bank mengalami pertumbuhan sebesar 10,7 persen per 28 Februari 2022.

Jika dirinci berdasarkan jenis usaha, bank konvensional tercatat paling banyak dengan nominal Rp6.913 triliun, sedangkan pada jenis usaha syariah (termasuk UUS) tercatat sebesar Rp533 triliun.

Bank syariah (termasuk UUS) ternyata cukup diminati karena simpanannya tumbuh 2,6% secara bulanan.

Yang menarik dari data LPS tersebut adalah jumlah simpanan dengan nominal di atas Rp5 miliar melesat 16,3% secara tahunan. Artinya yang punya dana di atas Rp5 miliar itu kalau gak crazy rich, yaa dana kas pemda.

Secara porsi, nominal simpanan di atas Rp5 miliar mencakup 51,3 persen dari total simpanan.

Secara bulanan, kenaikan nominal simpanan terbesar terdapat pada tiering simpanan Rp100 juta— Rp200 juta yang naik sebesar 0,3%. Ini mungkin simpanan masyarakat kelas menengah lah.

Tapi nominal simpanan tiering Rp500 juta— Rp1 miliar justru turun sebesar -0,6% secara bulanan. Duitnya mulai dipakai belanja kali ya?

Herannya nih, dengan begitu mudahnya dana masyarakat terkumpul di bank di tengah suku bunga rendah, masih ada pula yang tetap memberikan promo hadiah jor-joran untuk menjaga loyalitas nasabah penyimpan dana.

Strategi untuk meningkatkan simpanan masyarakat dilakukan oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Bank itu menghadirkan hadiah dua unit mobil Tesla Model 3 untuk nasabah loyal melalui Program Undian Rejeki BNI yang berakhir pada Januari lalu.

Program undian rejeki BNI ini terdiri dari dua jenis yaitu program undian reguler yang diikuti oleh seluruh nasabah Tabungan BNI dengan hadiah utama dua unit Mobil Tesla Model 3.

Selain itu, ada juga Undian Wirausaha yang diikuti nasabah BNI Taplus Bisnis dengan hadiah dua unit Mobil Toyota Hilux Double Cabin, 17 unit mobil Toyota Raize Turbo dan 100 unit sepeda motor All New Honda PCX.

Ya gak apa juga sih, namanya juga usaha. Semua pihak boleh dong berusaha….. ya kan?

Tentu saja semua orang kini rasanya sudah mulai paham jika menabung di bank itu jauh lebih aman. Kok aman? Ya karena dijamin oleh LPS.

Nasabah tidak perlu ragu untuk menabung di bank, karena sudah ada LPS yang menjamin simpanan hingga Rp2 miliar per-nasabah per-bank.

Meski begitu salah satu pertimbangan seseorang dalam memilih jenis rekening atau tabungan di bank ialah biaya administrasi.

Dalam hal ini, tak sedikit calon nasabah yang mencari dan memilih jenis tabungan dengan biaya administrasi per bulan yang rendah.

Untuk mengakomodasi hal tersebut, sejumlah bank pun pada akhirnya menyediakan produk tabungan dengan biaya administrasi yang kecil dan bahkan gratis.

Berikut ini daftar lengkap biaya administrasi bulanan rekening individu di BCA, BNI, Bank Mandiri, BRI, dan BSI.

Biaya administrasi BCA per bulan

Tahapan (Kartu Paspor BCA Mastercard Blue): Rp15.000

Tahapan (Kartu Paspor BCA Mastercard Gold): Rp17.000

Tahapan (Kartu Paspor BCA Mastercard Platinum): Rp20.000

Tahapan (Kartu Paspor BCA GPN Blue): Rp14.000

Tahapan (Kartu Paspor BCA GPN Gold): Rp16.000

Tahapan (Kartu Paspor BCA GPN Platinum): Rp19.000

Tahapan Xpresi: Rp7.500

Tahapan Berjangka: Rp0

Tahapan Berjangka SiMuda: Rp0

Simpanan Pelajar: Rp0

TabunganKu: Rp0

Tapres: Rp17.000

Laku: Rp0

 

Biaya administrasi BNI per bulan

BNI Taplus: Rp11.000

BNI Taplus Bisnis: Rp10.000

BNI Taplus Muda: Rp5.000

BNI Simpanan Pelajar: Rp0

BNI Taplus Anak: Rp0

BNI Pandai: Rp0

TabunganKu: Rp0

BNI Tapenas: Rp18.000 atau US$3 per rekening/tahun (dikenakan di akhir tahun)


Selain itu, nasabah juga harus paham bahwa ada aturan saldo minimum yang harus terdapat di rekening tabungan. Berikut ini contoh penerapan aturan saldo minimum di Bank Mandiri, BCA, BNI, BRI, dan BSI.

Saldo minimal Bank Mandiri per bulan

Tabungan Rupiah: Rp100.000

Mandiri Tabungan NOW: Rp10.000

Mandiri Tabungan Payroll: Rp10.000

Mandiri Tabungan TKI: Rp10.000

TabunganKu: Rp20.000

Tabungan Mitra Usaha: Rp1.000.000

Tabungan SiMakmur: Rp0

Tabungan Simpanan Pelajar: Rp5.000


Saldo minimal BCA per bulan

Tahapan BCA: Rp100.000

Tahapan Xpresi: Rp10.000

Tapres BCA: Rp5.000.000

  

Saldo minimal BNI per bulan

BNI Taplus: Rp150.000

BNI Taplus Bisnis: Rp1.000.000

BNI Taplus Muda: Rp50.000

BNI Simpanan Pelajar: Rp5.000

 

Saldo minimal BRI per bulan

Simpedes: Rp50.000

BritAma Bisnis: Rp50.000

Simpedes TKI: Rp10.000

TabunganKu: Rp20.000


Saldo minimal BSI per bulan

BSI Tabungan Easy Mudharabah: Rp50.000

BSI Tabungan Easy Wadiah: Rp50.000

BSI Tabungan Bisnis: 10.000.000

BSI TabunganKu: Rp20.000

BSI Tabungan Pensiun: Rp50.000

BSI Tabungan Efek Syariah: Rp0

BSI Tabungan Junior: Rp25.000

BSI Tabungan Simpanan Pelajar: Rp1.000

BSI Tabungan Valas: US$50


Fahmi Achmad

11 April 2022

 

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...