Federer, Sampras, dan Tenis Indonesia
Roger Federer kembali unjuk keperkasaan dengan memenangi trofi Grand Slam ke-16 dengan menjuarai Australia Terbuka, Minggu (31/1/2010).
Petenis unggulan utama dan nomor satu dunia asal Swiss itu hanya menghadapi perlawanan ketat di set ketiga dari petenis Inggris Andy Murray untuk unggul 6-3, 6-4, 7-6 di laga pamungkas.
Sebaliknya bagi Murray, kekalahan itu membuat petenis kelahiran Glasgow, Skotlandia itu masih harus bermimpi mengenai trofi Grand Slam pertamanya. Sedangkan masyarakat pecinta tenis Inggris, kembali harus menunggu setelah 74 tahun tidak pernah satu pun petenis negeri itu memenangi trofi Grand Slam.
Sebenarnya saya tak terlalu suka dengan tenis. Alasan utama karena tenis bukanlah olahraga full body contact kayak sepakbola. Namun saya punya 2 nama petenis putra yang saya kagumi Pete Sampras dan tentu saja si Federer, keduanya sama-sama tinggi 185 cm.
Bedanya Pete Sampras dengan Roger Federer bagi saya adalah faktor gelar. Sampras tak bisa menjuarai French Open atau tak pernah berkutik di Roland Garros. Prestasi terbaik Sampras di tanah liat Roland Garros hanya sampai semi final 1996.
Federer juga sama-sama selalu kesulitan di lapangan tanah liat. Federer pun hanya bisa juara 1 kali Prancis Terbuka pada 2009.
Sampras adalah orang yang membuat saya mau menyempatkan diri (meski sesaat) untuk menonton pertandingan tenis dengan poin kelipatan 15 tersebut. Pelajaran utama dari Sampras adalah rajin makan pisang saat break.
Pete Sampras (lahir di Washington, DC, 12 Agustus 1971; umur 38 tahun) adalah mantan petenis nomor satu dunia asal Amerika Serikat. Ia dianggap sebagai salah seorang petenis putra terbaik dunia sepanjang sejarah. Tinggi badannya adalah 185 cm.
Sepanjang karirnya, ia mencetak sejarah dengan menjuarai 14 gelar Grand Slam dan mengakhiri tahun di peringkat pertama dunia selama enam tahun berturut-turut (1993-1998) (jumlah minggu di mana ia berperingkat pertama dunia adalah 286 minggu, yang juga merupakan rekor baru).
Dia tujuh kali juara di Wimbledon, sebuah hasil yang juga merupakan rekor. Selain Wimbledon, Sampras juga juara AS Terbuka lima kali dan Australia Terbuka selama dua kali (1994, 1997). Satu-satunya gelar kejuaraan besar yang tak pernah diraihnya adalah Perancis Terbuka.
Sampras mulai menjadi pemain profesional pada tahun 1988. Gelar tunggal pertamanya diraih dua tahun kemudian, di Philadelphia. Pada bulan Agustus tahun yang sama, ia merebut gelar Grand Slam pertamanya di AS Terbuka, dalam perjalanannya mengalahkan Lendl dan McEnroe. Di final, ia mengalahkan Andre Agassi yang saat itu juga masih muda.
Pada April 1993, ia menempati peringkat pertama dunia untuk pertama kalinya. Tiga bulan kemudian, ia mengalahkan mantan petenis nomor satu dunia, Jim Courier di final Wimbledon. Gelar AS Terbuka lalu diraihnya pada tahun yang sama dan ia mengakhiri tahun sebagai pemain pertama yang mencetak lebih dari 1.000 pukulan ace dalam satu musim.
Sampras mendominasi Wimbledon selama sepanjang dekade tersebut. Ia juara di sana pada tahun 1993-1995, 1997-2000. Sampras memang dikenal bermain paling baik di lapangan rumput. Selain itu, ia juga mempunyai kemampuan yang merata di seluruh bidang permainan dan insting kompetitif yang kuat. Kelemahannya terletak pada lapangan tanah liat, di mana permainan menjadi lebih lambat.
Setelah menjuarai Wimbledon pada tahun 2000, ia tidak meraih gelar apapun selama dua tahun berikutnya. Oleh banyak orang, karirnya dianggap sudah berakhir. Ternyata ia menyimpan satu kejutan terakhir. Pada pertandingan terakhirnya di AS Terbuka 2002, ia mencapai babak final dan berhadapan dengan Agassi. Dalam pertandingan selama empat set, Sampras menjadi pemenang dan meraih gelar Grand Slam keempat belasnya. Selanjutnya hingga Agustus 2003 saat ia mengumumkan pengunduran dirinya, ia tidak bermain sekalipun.
Pada tahun 2005, oleh majalah Tennis, Sampras dinyatakan sebagai pemain terbaik di dunia selama 40 tahun terakhir.
Andre Agassi adalah lawan paling tangguh di rimba tenis dunia. Nyaris semua turnamen utama, Sampras harus bertarung melawan Agassi. Sebanyak 4 titel Sampras merupakan hasil kemenangan atas Agassi di final.
Sampras menang straight set atas Agassi di US Open 1990, tetapi harus menguras keringat main 4 set saat juara di US Open 1995 dan 2002. Di Wimbledon 1999, Sampras tak kesulitan menjadi juara dengan mengalahkan Agassi.
Selain Agassi, lawan utama Sampras adalah Jim Courier saat juara Wimbledon 1993, lalu melawan Cedric Pioline saat Sampras juara US Open 1993 dan Wimbledon 1997.
Sampras juga harus menekuk Todd Martin pada final Australia Open 1994, Goran Ivanisevic pada Wimbledon 1994 dan 1998, lalu menang atas Boris Becker pada Wimbledon 1995, lalu Michael Chang pada US Open 1996, lalu Carlos Moya pada Australia Open 1997 dan Patric Rafter pada Wimbledon 2000.
Era Sampras berakhir 2002 dan digantikan Federer. Tapi nama Andre Agassi masih menghantui dan menjadi lawan serius bagi Federer di final ketika menjadi juara US Open 2005.
Roger Federer (lahir di Binningen (dekat Basel), Swiss, 8 Agustus 1981; umur 28 tahun) adalah seorang petenis asal Swiss. Ia adalah salah satu petenis terbaik di dunia saat ini, dan menempati peringkat pertama dunia dari 2 Februari 2004 hingga 18 Agustus 2008 dan kemudian dari 6 Juli 2009 hingga kini.
Dia adalah pemegang rekor gelar Grand Slam tunggal putra terbanyak sepanjang sejarah dengan 15 gelar. Banyak dari kalangan komentator, analis, petenis aktif, dan mantan petenis menganggapnya sebagai petenis terbaik sepanjang masa.
Dia mulai bermain tenis pada usia 6 tahun.[6] Pada usia 14 tahun, ia menjadi juara junior Swiss. Tahun 1998, tahun terakhirnya dalam dunia tenis junior, ia menjadi juara turnamen junior di Wimbledon. Pada bulan Juli tahun yang sama, ia bergabung dengan tur Asosiasi Profesional Tenis (ATP). Dua tahun kemudian pada Olimpiade Sydney 2000, ia berhasil mencapai babak semifinal, namun kalah dalam perebutan medali perunggu. Tinggi badannya adalah 185 cm.
Turnamen ATP pertama yang dimenanginya adalah turnamen di Milan pada tahun 2001. Pada tahun tersebut, ia berhasil mencapai babak perempat final di Perancis Terbuka dan Wimbledon. Dalam perjalanannya menuju babak perempat final dalam Wimbledon tersebut, dia mengalahkan juara bertahan Pete Sampras.
Tahun berikutnya, dia gagal total dalam kedua turnamen tersebut, namun berhasil mencapai babak final Tennis Masters Series pertamanya dan juga berhasil lolos kualifikasi Tennis Masters Cup.
Pada 2003, Federer menjadi orang Swiss pertama yang menjuarai Wimbledon, mengalahkan Mark Philippoussis di final dan hanya kehilangan satu set sepanjang turnamen. Dia menang empat kali dalam Piala Davis dan membawa tim Swiss hingga semifinal. Tahun itu juga dia berhasil memenangi Tennis Masters Cup di Houston.
Pada 2004, ia mencetak prestasi yang luar biasa dengan meraih tiga dari keempat turnamen Grand Slam, masing-masing AS Terbuka, Australia Terbuka dan Wimbledon. Selain itu, ia juga menjuarai tiga turnamen Masters Series. Majalah Tennis menganugerahkan Federergelar "Petenis Terbaik" pada tahun tersebut.
Dia kembali meraih gelar Wimbledon pada 2005, mengalahkan Andy Roddick di final. Dalam pertandingan tersebut, ia mencetak 49 winner dan hanya 12 unforced error. Dalam pertandingan empat set di final AS Terbuka pada September, ia mengalahkan Agassi dan meraih gelar AS Terbuka untuk kedua kalinya.
Pada tahun 2006, ia meraih gelar Australia Terbuka setelah mengalahkan Marcos Baghdatis di final. Di final Perancis Terbuka, Federer dikalahkan saingannya yang berperingkat kedua di dunia, Rafael Nadal dengan skor 1-6, 6-1, 6-4, 7-6(4).
Federer kemudian membalas kekalahannya tersebut saat mempertahankan gelar Wimbledonnya pada bulan Juli yang sekaligus menjadi gelar Wimbledon keempatnya berturut-turut. Dia menambah koleksi gelar Grand Slam-nya dengan menjuarai AS Terbuka pada September.
Namun, gagal mempertahankan gelar di Wimbledon 2008 membuatnya cukup kecewa. Namun ia berhasil mengobati kekecewaannya itu dengan memenangkan AS Terbuka 2008 untuk kelima kalinya berturut-turut.
Pada Juni 2009, dia Perancis Terbuka Federer berhasil menambah gelar Grand Slam keempat belas menyamai rekor petenis AS Pete Sampras dengan mengalahkan Robin Soderling dari Swedia dalam laga straight set. Di turnamen Wimbledon pada tahun yang sama Federer mengalahkan Roddick dan memecahkan rekor Sampras.
Rafael Nadal memang selalu membuntuti Federer, terutama di French Open. Namun, Andy Roddick menjadi musuh yang paling sering dihadapi Federer di final.
Federer mengalahan Nadal di final Wimbledon 2006 dan 2007 dengan 5 set ketat, sedangkan Roddick dikalahkan di Wimbledon 2004, 2005 dan 2009 dengan 5 set paling ketat di dunia, serta sekali di US Open 2006.
Entahlah apa ada pemain tenis putra dunia lainnya yang mampu menandingi prestasi Sampras dan Federer, kalaupun ada, saya berharap dia dari Indonesia.
Biar bagaimanapun saya tahu siapa Yustedjo Tarik, Atet Wiyono, Tintus Arianto Wibowo, Hadiman, dan Wailan Walalangi. Tapi saya juga berharap ada pelapis bagi Christopher Rungkat, Nesa Arta, Sunu Wahyu Trijati, Prima Simpatiaji dan Elbert Sie. Ayo Indonesia...
Karet 31 Januari 2010
Fahmi Achmad
Petenis unggulan utama dan nomor satu dunia asal Swiss itu hanya menghadapi perlawanan ketat di set ketiga dari petenis Inggris Andy Murray untuk unggul 6-3, 6-4, 7-6 di laga pamungkas.
Sebaliknya bagi Murray, kekalahan itu membuat petenis kelahiran Glasgow, Skotlandia itu masih harus bermimpi mengenai trofi Grand Slam pertamanya. Sedangkan masyarakat pecinta tenis Inggris, kembali harus menunggu setelah 74 tahun tidak pernah satu pun petenis negeri itu memenangi trofi Grand Slam.
Sebenarnya saya tak terlalu suka dengan tenis. Alasan utama karena tenis bukanlah olahraga full body contact kayak sepakbola. Namun saya punya 2 nama petenis putra yang saya kagumi Pete Sampras dan tentu saja si Federer, keduanya sama-sama tinggi 185 cm.
Bedanya Pete Sampras dengan Roger Federer bagi saya adalah faktor gelar. Sampras tak bisa menjuarai French Open atau tak pernah berkutik di Roland Garros. Prestasi terbaik Sampras di tanah liat Roland Garros hanya sampai semi final 1996.
Federer juga sama-sama selalu kesulitan di lapangan tanah liat. Federer pun hanya bisa juara 1 kali Prancis Terbuka pada 2009.
Sampras adalah orang yang membuat saya mau menyempatkan diri (meski sesaat) untuk menonton pertandingan tenis dengan poin kelipatan 15 tersebut. Pelajaran utama dari Sampras adalah rajin makan pisang saat break.
Pete Sampras (lahir di Washington, DC, 12 Agustus 1971; umur 38 tahun) adalah mantan petenis nomor satu dunia asal Amerika Serikat. Ia dianggap sebagai salah seorang petenis putra terbaik dunia sepanjang sejarah. Tinggi badannya adalah 185 cm.
Sepanjang karirnya, ia mencetak sejarah dengan menjuarai 14 gelar Grand Slam dan mengakhiri tahun di peringkat pertama dunia selama enam tahun berturut-turut (1993-1998) (jumlah minggu di mana ia berperingkat pertama dunia adalah 286 minggu, yang juga merupakan rekor baru).
Dia tujuh kali juara di Wimbledon, sebuah hasil yang juga merupakan rekor. Selain Wimbledon, Sampras juga juara AS Terbuka lima kali dan Australia Terbuka selama dua kali (1994, 1997). Satu-satunya gelar kejuaraan besar yang tak pernah diraihnya adalah Perancis Terbuka.
Sampras mulai menjadi pemain profesional pada tahun 1988. Gelar tunggal pertamanya diraih dua tahun kemudian, di Philadelphia. Pada bulan Agustus tahun yang sama, ia merebut gelar Grand Slam pertamanya di AS Terbuka, dalam perjalanannya mengalahkan Lendl dan McEnroe. Di final, ia mengalahkan Andre Agassi yang saat itu juga masih muda.
Pada April 1993, ia menempati peringkat pertama dunia untuk pertama kalinya. Tiga bulan kemudian, ia mengalahkan mantan petenis nomor satu dunia, Jim Courier di final Wimbledon. Gelar AS Terbuka lalu diraihnya pada tahun yang sama dan ia mengakhiri tahun sebagai pemain pertama yang mencetak lebih dari 1.000 pukulan ace dalam satu musim.
Sampras mendominasi Wimbledon selama sepanjang dekade tersebut. Ia juara di sana pada tahun 1993-1995, 1997-2000. Sampras memang dikenal bermain paling baik di lapangan rumput. Selain itu, ia juga mempunyai kemampuan yang merata di seluruh bidang permainan dan insting kompetitif yang kuat. Kelemahannya terletak pada lapangan tanah liat, di mana permainan menjadi lebih lambat.
Setelah menjuarai Wimbledon pada tahun 2000, ia tidak meraih gelar apapun selama dua tahun berikutnya. Oleh banyak orang, karirnya dianggap sudah berakhir. Ternyata ia menyimpan satu kejutan terakhir. Pada pertandingan terakhirnya di AS Terbuka 2002, ia mencapai babak final dan berhadapan dengan Agassi. Dalam pertandingan selama empat set, Sampras menjadi pemenang dan meraih gelar Grand Slam keempat belasnya. Selanjutnya hingga Agustus 2003 saat ia mengumumkan pengunduran dirinya, ia tidak bermain sekalipun.
Pada tahun 2005, oleh majalah Tennis, Sampras dinyatakan sebagai pemain terbaik di dunia selama 40 tahun terakhir.
Andre Agassi adalah lawan paling tangguh di rimba tenis dunia. Nyaris semua turnamen utama, Sampras harus bertarung melawan Agassi. Sebanyak 4 titel Sampras merupakan hasil kemenangan atas Agassi di final.
Sampras menang straight set atas Agassi di US Open 1990, tetapi harus menguras keringat main 4 set saat juara di US Open 1995 dan 2002. Di Wimbledon 1999, Sampras tak kesulitan menjadi juara dengan mengalahkan Agassi.
Selain Agassi, lawan utama Sampras adalah Jim Courier saat juara Wimbledon 1993, lalu melawan Cedric Pioline saat Sampras juara US Open 1993 dan Wimbledon 1997.
Sampras juga harus menekuk Todd Martin pada final Australia Open 1994, Goran Ivanisevic pada Wimbledon 1994 dan 1998, lalu menang atas Boris Becker pada Wimbledon 1995, lalu Michael Chang pada US Open 1996, lalu Carlos Moya pada Australia Open 1997 dan Patric Rafter pada Wimbledon 2000.
Era Sampras berakhir 2002 dan digantikan Federer. Tapi nama Andre Agassi masih menghantui dan menjadi lawan serius bagi Federer di final ketika menjadi juara US Open 2005.
Roger Federer (lahir di Binningen (dekat Basel), Swiss, 8 Agustus 1981; umur 28 tahun) adalah seorang petenis asal Swiss. Ia adalah salah satu petenis terbaik di dunia saat ini, dan menempati peringkat pertama dunia dari 2 Februari 2004 hingga 18 Agustus 2008 dan kemudian dari 6 Juli 2009 hingga kini.
Dia adalah pemegang rekor gelar Grand Slam tunggal putra terbanyak sepanjang sejarah dengan 15 gelar. Banyak dari kalangan komentator, analis, petenis aktif, dan mantan petenis menganggapnya sebagai petenis terbaik sepanjang masa.
Dia mulai bermain tenis pada usia 6 tahun.[6] Pada usia 14 tahun, ia menjadi juara junior Swiss. Tahun 1998, tahun terakhirnya dalam dunia tenis junior, ia menjadi juara turnamen junior di Wimbledon. Pada bulan Juli tahun yang sama, ia bergabung dengan tur Asosiasi Profesional Tenis (ATP). Dua tahun kemudian pada Olimpiade Sydney 2000, ia berhasil mencapai babak semifinal, namun kalah dalam perebutan medali perunggu. Tinggi badannya adalah 185 cm.
Turnamen ATP pertama yang dimenanginya adalah turnamen di Milan pada tahun 2001. Pada tahun tersebut, ia berhasil mencapai babak perempat final di Perancis Terbuka dan Wimbledon. Dalam perjalanannya menuju babak perempat final dalam Wimbledon tersebut, dia mengalahkan juara bertahan Pete Sampras.
Tahun berikutnya, dia gagal total dalam kedua turnamen tersebut, namun berhasil mencapai babak final Tennis Masters Series pertamanya dan juga berhasil lolos kualifikasi Tennis Masters Cup.
Pada 2003, Federer menjadi orang Swiss pertama yang menjuarai Wimbledon, mengalahkan Mark Philippoussis di final dan hanya kehilangan satu set sepanjang turnamen. Dia menang empat kali dalam Piala Davis dan membawa tim Swiss hingga semifinal. Tahun itu juga dia berhasil memenangi Tennis Masters Cup di Houston.
Pada 2004, ia mencetak prestasi yang luar biasa dengan meraih tiga dari keempat turnamen Grand Slam, masing-masing AS Terbuka, Australia Terbuka dan Wimbledon. Selain itu, ia juga menjuarai tiga turnamen Masters Series. Majalah Tennis menganugerahkan Federergelar "Petenis Terbaik" pada tahun tersebut.
Dia kembali meraih gelar Wimbledon pada 2005, mengalahkan Andy Roddick di final. Dalam pertandingan tersebut, ia mencetak 49 winner dan hanya 12 unforced error. Dalam pertandingan empat set di final AS Terbuka pada September, ia mengalahkan Agassi dan meraih gelar AS Terbuka untuk kedua kalinya.
Pada tahun 2006, ia meraih gelar Australia Terbuka setelah mengalahkan Marcos Baghdatis di final. Di final Perancis Terbuka, Federer dikalahkan saingannya yang berperingkat kedua di dunia, Rafael Nadal dengan skor 1-6, 6-1, 6-4, 7-6(4).
Federer kemudian membalas kekalahannya tersebut saat mempertahankan gelar Wimbledonnya pada bulan Juli yang sekaligus menjadi gelar Wimbledon keempatnya berturut-turut. Dia menambah koleksi gelar Grand Slam-nya dengan menjuarai AS Terbuka pada September.
Namun, gagal mempertahankan gelar di Wimbledon 2008 membuatnya cukup kecewa. Namun ia berhasil mengobati kekecewaannya itu dengan memenangkan AS Terbuka 2008 untuk kelima kalinya berturut-turut.
Pada Juni 2009, dia Perancis Terbuka Federer berhasil menambah gelar Grand Slam keempat belas menyamai rekor petenis AS Pete Sampras dengan mengalahkan Robin Soderling dari Swedia dalam laga straight set. Di turnamen Wimbledon pada tahun yang sama Federer mengalahkan Roddick dan memecahkan rekor Sampras.
Rafael Nadal memang selalu membuntuti Federer, terutama di French Open. Namun, Andy Roddick menjadi musuh yang paling sering dihadapi Federer di final.
Federer mengalahan Nadal di final Wimbledon 2006 dan 2007 dengan 5 set ketat, sedangkan Roddick dikalahkan di Wimbledon 2004, 2005 dan 2009 dengan 5 set paling ketat di dunia, serta sekali di US Open 2006.
Entahlah apa ada pemain tenis putra dunia lainnya yang mampu menandingi prestasi Sampras dan Federer, kalaupun ada, saya berharap dia dari Indonesia.
Biar bagaimanapun saya tahu siapa Yustedjo Tarik, Atet Wiyono, Tintus Arianto Wibowo, Hadiman, dan Wailan Walalangi. Tapi saya juga berharap ada pelapis bagi Christopher Rungkat, Nesa Arta, Sunu Wahyu Trijati, Prima Simpatiaji dan Elbert Sie. Ayo Indonesia...
Karet 31 Januari 2010
Fahmi Achmad
Comments