Ini strategi terbaru XL Axiata untuk bersaing
Di industri telekomunikasi, suatu perusahaan pasti membutuhkan dana besar untuk bisa bertahan dalam kompetisi yang kian ketat. Itu membuat PT XL Axiata harus fleksibel dalam menganggarkan belanja modal.
Fleksibilitas itu berarti perseroan bisa menyesuaikan belanja modal sesuai dengan perkembangan dari peta persaingan, sehingga tidak harus mengikuti besaran belanja modal yang telah dipatok pada awal tahun.
Emiten dengan kode saham EXCL itu dalam paruh kedua tahun ini berencana meningkatkan belanja modal untuk tahun ini dari US$550 juta menjadi US$850 juta atau Rp7,28 triliun.
Dalam riset OSK Research Sdn Bhd yang dirilis pada 22 Agustus 2011 disebutkan penambahan belanja modal bertujuan mengembangkan perusahaan secara lebih cepat dari rencana awal, yang tentunya akan bermuara pada naiknya keuntungan.
Analis OSK Group Jeffrey Tan menilai penambahan belanja modal itu sebagai upaya XL Axiata untuk berada satu langkah di depan para pesaingnya dalam menghadapi kompetisi tahun depan.
“Kami menilai belanja modal sepanjang 2012 akan digelontorkan lebih awal pada kuartal III atau IV tahun ini. Manajemen [XL Axiata] akan mengupayakan tingkat pembelanjaan dapat lebih teratur pada 2012,“ katanya dalam riset tersebut.
Dia menyebutkan penambahan belanja modal itu diyakini untuk menambah daya saing XL Axiata di sektor layanan data, yakni akses 3G dan transmisi supaya perseroan siap menangani permintaan pada masa mendatang.
XL Axiata rupanya tidak ingin mendapat keluhan dari pelanggan mengenai lambatnya akses Internet, sehingga mempercepat rencana pengembangan perusahaan. Strategi ini juga bisa menjadi jalan keluar perseroan dalam menghadapi stagnasi di bisnis layanan suara atau pesan singkat.
Apalagi, saat ini juga sudah ada sejumlah aplikasi seperti WhatsApp dan Viber yang memungkinkan pengguna ponsel bisa berkomunikasi melalui pesan singkat sebebasnya dengan tarif data.
Kehadiran aplikasi semacam itu pasti memangkas pendapatan operator dari layanan pesan singkat.
Tantangannya, menurut Jeffrey, adalah mayoritas pelanggan pengguna data di XL Axiata hanya menggunakan GPRS dan EDGE melalui telepon genggam.
Perseroan diharapkan bisa memperkenalkan jenis layanan data lainnya yang lebih canggih kepada konsumen.
“[Positifnya] manajemen XL Axiata tidak melihat adanya perang tarif di segmen layanan data [antaroperator] karena operator fokus pada kualitas jaringan,“ jelas Jeffrey.
Kendati memiliki rencana percepatan pengembangan usaha, OSK Research masih memberi peringkat netral untuk saham XL Axiata.
Rating yang diberikan sejak Mei 2011 itu mengindikasikan saham XL Axiata memiliki kemungkinan turun lebih kurang 10% dalam 12 bulan ke depan.
Adapun, nilai wajar saham perse roan yang diberikan OSK Research adalah Rp6.500.
“Pilihan kami di industri telekomunikasi di Indonesia adalah Telkom. Saham diperkirakan meningkat 15% dalam 3 bulan ke depan, dengan nilai wajar Rp8.500,“ jelas Jeffrey.
Refinancing utang Selain ingin mempercepat pengembangan, XL Axiata juga telah mengumumkan untuk mencari pinjaman minimal Rp1 triliun untuk melakukan pembiayaan kembali utang yang jatuh tempo pada tahun ini. Itu artinya perseroan ingin agar beban bunga tidak begitu berat, sehingga tidak mengganggu rencana pengembangan.
“Tahun ini, total pembayaran utang jatuh tempo Rp2,5 triliun, di mana Rp1,5 triliun berasal dar kas internal dan sisanya di-refinancing. Untuk refinancing itu, dari pinjaman bank senilai Rp1 triliun, tetapi bisa lebih besar lagi jika ingin refinancing tahun depan,“ kata Direktur XL Axiata Wilem Lucas Timmermans.
Sepanjang semester I/2011, XL Axiata membukukan laba bersih Rp1,6 triliun atau meningkat 18% dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu.
J.P. Morgan memprediksi laba bersih XL Axiata pada tahun ini bisa mencapai Rp4,41 triliun, atau meningkat 50% dibandingkan dengan realisasi 2010 sebesar Rp2,94 triliun.
Pendapatan pada tahun ini diperkirakan meningkat 14,66% menjadi Rp20,02 triliun dari 2010 sebesar Rp17,46 triliun.
Adapun, XL Axiata mematok peningkatan jumlah pelanggan pada tahun ini sebesar 10% men jadi 45 juta pelanggan dari 40,1 juta pelanggan pada tahun lalu.
(please read Bisnis Indonesia daily)
Comments