Ketika Danamon andalkan Adira
Kendati mencetak ekspansi kredit hingga 30%, laba bersih PT Bank Danamon Indonesia Tbk pada semester I/2011 hanya meningkat 2,7% menjadi Rp1,47 triliun dibandingkan dengan Rp1,43 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Kendati demikian, prospek bisnis bank yang didirikan 55 tahun silam dengan nama Bank Kopra Indonesia ini masih potensial dipandang oleh sejumlah analis. Alasannya, emiten dengan kode saham BDMN ini cukup agresif di tengah persaingan ketat perbankan Tanah Air.
Tim Riset PT Batavia Prosperindo Sekuritas dalam riset yang dipublikasikan per 14 September 2011 menilai meski laba pada paruh pertama tahun ini hanya mencapai 41,5% dari ekspektasi tim analis, Batavia Sekuritas percaya Danamon masih potensial mengejar ketertinggalan.
Hal itu terlihat dari kinerja perseroan pada semester I/2011, di mana dana deposito berjangka tumbuh 26% dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun lalu (yoy), dana murah termasuk giro dan tabungan (current account saving account/CASA) tumbuh 18% secara yoy.
Sayangnya, seiring dengan ketatnya kompetisi perbankan di hampir semua segmen, mengerek imbal hasil kredit bank ini berkurang. "Konsekuensinya, margin bunga bersih atau NIM mereka turun dari 11,6% menjadi 10% pada periode tersebut," ungkap riset yang ditulis oleh lima analis Batavia Sekuritas tersebut.
Batavia Sekuritas memandang penurunan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bisa diimbangi karena pertumbuhan kredit Danamon agresif sebesar 30%. Angka pertumbuhan ini di atas pertumbuhan industri 23%.
Selain itu, bank yang dibeli oleh Asia Financial Pte Ltd pada 2003 dari pemerintah ini pun masih unggul mengingat tingkat kredit bermasalah (non performing loan/NPL) berada dalam tren penurunan dari 3,4% menjadi 2,9% pada semester 1/2011.
"Kompetisi perbankan yang cukup ketat tahun ini memang menyebabkan beban dana [cost of fund] tinggi bagi bank, tapi kami percaya mereka potensial mengejar ketertinggalan," tulis Tim Riset Batavia.
Bagi Batavia Sekuritas, penekanan saat ini adalah tingkat inflasi yang relatif terkendali ditambah dengan potensi penurunan tingkat suku bunga jangka pendek (overnight) yang memungkinkan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga dan berdampak pada beban dana.
Danamon dinilai tetap fokus pada dua segmen prospektif yakni kredit konsumen dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berkontribusi masing-masing 57% dan 25% dari total kredit.
Apalagi emiten dengan total aset Rp125,92 triliun per Juni 2011 ini tengah memproses penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue) dengan target dana Rp5 triliun guna meningkatkan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR).
Direktur Keuangan Bank Danamon Vera Eve Lim, dalam kesempatan sebelumnya, mengatakan rights issue kelima itu akan meningkatkan CAR dari 12,05% menjadi 16,98% untuk bank dan 14,75% menjadi 19,16% untuk konsolidasi. Pada awal 2009, Danamon tercatat melakukan aksi serupa dan meraih dana Rp3,9 triliun.
"Mereka dapat melanjutkan penetrasi pada kedua segmen tersebut dan menguatkan total penyaluran kredit. Meski demikian, rasio kredit dan dana pihak ketiga atau LDR menjadi perhatian sehingga mereka perlu meningkatkan lebih depositonya," tulis Batavia Sekuritas.
Masih andalkan Adira
Di sisi lain, analis PT Trimegah Securities Tbk Hanel Topada Era Tania menilai pertumbuhan Danamon pada tahun ini cenderung memperkuat segmen kredit mobil yang menyumbang hingga 38% total kredit.
"Ekspektasi kami segmen ini akan dipompa meskipun saat ini mereka berinisiatif menyeimbangkan portofolio kredit, terutama dalam hal mendukung kebutuhan pendanaan," tulis Hanel dalam risetnya yang dirilis bulan lalu.
Hanel menilai pertumbuhan industri otomotif yang tinggi pada tahun lalu akan sejalan dengan tahun ini, di mana asosiasi industri otomotif memperkirakan target penjualan sepeda motor sebanyak 8 juta unit dan 840.000 mobil.
Trimegah mencatat pada 2006, kontribusi kredit mobil baru Danamon 26%, lalu turun menjadi 25% dari total kredit pada 2007. Namun, pada 2009 sumbangan kredit mobil naik menjadi 30% dan tahun lalu 37%. Anak usaha perseroan yakni PT Adira Dinamika Multifinance Tbk (Adira Finance) juga membukukan total pembiayaan yang tumbuh tiga kali lipat dalam 5 tahun terakhir.
Adira saat ini memegang 15% pangsa pasar pembiayaan sepeda motor baru dan 5,2% pangsa pasar pembiayaan mobil baru. "Ke depan, kami prediksi Adira Finance akan membiayai 1,9 juta kendaraan sejalan dengan pertumbuhan penjualan motor 8,2% dan 10% penjualan mobil tahun ini," katanya.
Hanya saja, Hanel mencatat ancaman datang dari tekanan margin bunga yang bisa saja terus tertekan, apalagi persaingan bank menjual kredit dan kompetisi di bisnis mikro dan kredit konsumen makin ketat. Hal tersebut akan berpengaruh pada tingkat imbal hasil aset dan dari sisi beban dana.
Tingginya kompetisi akan menurunkan imbal hasil aset dan sejumlah pengetatan akan mendorong beban dana naik. Namun, perseroan diuntungkan dengan naiknya modal dengan adanya rights issue.
Menurut dia, aksi korporasi yang ditargetkan rampung akhir 2011 ini bagaimanapun juga harus bisa mengurangi tekanan dalam jangka menengah. Hanel merekomendasikan netral untuk Danamon dengan prediksi target harga Rp6.600 per saham, sementara Batavia Sekuritas merekomendasikan beli dengan target harga Rp6.100 per saham berdasarkan rasio harga saham terhadap nilai buku 2,3x. Dengan harga ketika riset Batavia dilakukan yakni Rp5.100 per saham, ada potensi naik 19,6%.
"Meskipun NIM dalam tren rendah, bank mampu sukses mengimbangi dengan pertumbuhan kredit di atas industri. Dengan track record demikian dan adanya proses rights issue untuk tambahan modal, kami percaya mereka bisa menang di tengah intensifnya persaingan," tulis Batavia Sekuritas.
(please read Bisnis Indonesia daily)
Comments