Menakar bisnis PT PP
Persaingan yang ketat memaksa pelaku bisnis konstruksi untuk menyiapkan strategi guna memenangi pasar. Bagaimana PT Pembangunan Perumahan Tbk (PT PP) menjawab tantangan tersebut?
Berdasarkan survei PT BCI Asia, nilai bisnis konstruksi di Indonesia pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp194,2 triliun atau naik 40,3% dibandingkan dengan nilai tahun lalu. Dari jumlah tersebut, sekitar 60% akan disumbangkan dari sektor swasta dan sisanya dari proyek pemerintah.
Survei tersebut juga mengungkapkan kontributor utama bagi bisnis konstruksi nasional diperkirakan datang dari sektor perumahan yang akan mencapai Rp46,7 triliun atau merepresentasikan 24% dari total konstruksi nasional.
Kontributor kedua adalah sektor infrastruktur, diikuti oleh sektor utilitas yang masingmasing berkontribusi 13,3% dan 11,7%.
Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) menargetkan perolehan kontrak baru pada tahun ini mencapai Rp125 triliun, tumbuh 25% dibandingkan dengan perolehan pada tahun lalu Rp100 triliun.
Analis PT Mandiri Sekuritas Maria Renata, dalam risetnya yang dirilis baru-baru ini, menyebutkan realisasi bisnis konstruksi hingga April tahun ini mencapai Rp63,3 triliun, didominasi oleh pembangunan hunian dan diikuti oleh pembangunan infrastruktur, serta sarana pertambangan minyak dan gas bumi.
“Proyek pemerintah dan BUMN pada 4 bulan pertama tahun ini mencapai Rp12,5 triliun atau 19,8% dari total nilai konstruksi nasional,“ tulisnya dalam riset tersebut.
Bisnis konstruksi yang semakin potensial mendorong para pelaku industri ini berlombalomba menunjukkan keunggulan kinerja. Di antara delapan emiten konstruksi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, Pembangunan Perumahan (PT PP) merupakan emiten konstruksi ketiga terbesar dari sisi pendapatan selama tahun lalu.
PT PP didirikan pada 26 Agustus 1953 dengan nama NV Pembangunan Perumahan.
Pada 1971, perusahaan tersebut berubah menjadi PT Pembangunan Perumahan (Persero) dan bergerak di bidang jasa konstruksi.
Perseroan membagi bisnis konstruksinya dalam dua divisi yakni pembangunan gedung dan infrastruktur. Selain itu, perseroan memiliki pendapatan minoritas dari penjualan dan pengembangan properti.
Seiring dengan bisnis konstruksi yang kian kompetitif, PT PP mulai memasuki bisnis investasi pada tahun ini dengan berinvestasi di PT Citra Waspphutowa, perusahaan patungan dengan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk, PT Waskita Karya, PT Hutama Karya, dan PT Bosowa Trading Internasional. Dalam perusahaan tersebut, PT PP memiliki 12,5% saham.
Dengan strategi baru ini, PT PP berencana memasuki proyek konstruksi dengan menjadi pemegang saham minoritas.
Maria menyebutkan dengan strategi tersebut, perseroan akan menerima pendapatan berulang (recurring income) setelah proyek tersebut beroperasi.
“Beberapa proyek investasi yang diincar perseroan antara lain kawasan komersial, apartemen, gedung perkantoran, hotel, power plant, dan jalan tol,“ ungkapnya.
Dengan ekspansi bisnis tersebut, Maria memprediksi pendapatan PT PP pada 2012 akan mencapai Rp7,2 triliun atau tumbuh 60% dari pendapatan 2010.
Dia meramalkan pertumbuhan pendapatan pada 2011 dan 2012 akan lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan pada 2009 dan 2010, menyusul masuknya perseroan ke bisnis investasi yang berpotensi mendorong perolehan kontrak untuk proyek infrastruktur.
Pada kuartal I/2011, PT PP membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp24,17 miliar atau naik 57,37% dibandingkan dengan Rp15,36 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan laba tersebut seiring dengan peningkatan pendapatan usaha sebesar 12,97% menjadi Rp633,65 miliar dari sebelumnya Rp560,89 miliar.
Maria menyebutan pencapaian laba bersih perseroan selama kuartal I tahun ini setara dengan 9,5% dari estimasi Mandiri Sekuritas dan 8,4% dari proyeksi konsensus analis. Menurut dia, hal itu merupakan hal yang wajar mengingat pembayaran untuk proyek-proyek pemerintah biasanya baru terealisasi pada kuartal IV.
“Biasanya laba bersih pada kuartal pertama berkontribusi 7,5% dari total laba bersih, sedangkan laba bersih pada kuartal IV akan berkontribusi lebih dari 75%,“ paparnya.
Maria memproyeksikan pendapatan perseroan pada tahun ini mencapai Rp6,2 triliun, naik 40,3% dibandingkan dengan pendapatan tahun lalu.
Target tersebut lebih rendah dibandingkan dengan target perseroan yang mematok pendapatan tahun ini sebesar Rp8,5 triliun atau naik 92,4%.
Berdasarkan catatan Bisnis, selama kuartal pertama tahun ini PT PP meraih nilai kontrak baru sebesar Rp3,08 triliun atau melonjak 214% dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun lalu Rp983 miliar.
Sekretaris Perusahaan PT PP Betty Ariana pernah mengatakan pada tahun ini perseroan menargetkan kontrak baru senilai Rp16 triliun atau naik 100% dari perolehan kontrak baru pada 2010 dengan total target order book Rp22 triliun.
Untuk meningkatkan kinerja tahun ini, dia melanjutkan pihaknya mengincar sejumlah proyek pemerintah dan BUMN, seperti dari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo), PT Angkasa Pura (AP), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan proyekproyek EPC dari Perusahaan Listrik Negara (PLN).
(please read Bisnis Indonesia daily)
Comments