Seperti apa prospek Agung Podomoro


Sebagai pendatang baru di lantai bursa, sepak terjang PT Agung Podomoro Land Tbk patut diwaspadai oleh para pesaingnya karena perseroan terus mencetak kinerja positif setelah go public.

Agung Podomoro Land memulai debutnya di papan bursa pada 11 November 2010 dengan melepas 30% saham atau setara 6,15 miliar saham.

Dengan harga perdana Rp365 per saham, perseroan meraup Rp2,17 triliun dari penawaran umum perdana (IPO)itu.

Setelah resmi menjadi perusahaan terbuka, anak usaha Agung Podomoro Group itu bergerak cepat meningkatkan fundamental perseroan.

Pada tahun lalu, perseroan mengantongi pendapatan Rp1,93 triliun atau melonjak 126,5% dibandingkan dengan Rp855,95 miliar pada tahun sebelumnya.

Dari sisi pendapatan tahun lalu, Agung Podomoro berada di urutan ketiga setelah PT Lippo Karawaci Tbk dan PT Bumi Serpong Damai Tbk.

Seiring dengan lonjakan pendapatan, laba bersih perseroan naik 588,79% menjadi Rp241,88 miliar dibandingkan Rp35,11 miliar pada 2009.

Dengan pencapaian tersebut, Agung Podomoro Land masuk dalam 10 besar emiten properti peraih laba terbesar tahun lalu.

Analis PT e-Trading Securities Wisnu Karto, dalam risetnya beberapa waktu lalu, menyebutkan lonjakan pendapatan dan laba bersih perseroan pada 2010 disebabkan mulai adanya pemasukan dari penjualan gedung perkantoran dan ruko yang totalnya mencapai Rp367 miliar.

“Selain itu, penjualan apartemen perseroan juga meningkat 71,5% menjadi Rp1,46 triliun dari sebelumnya Rp855,09 miliar,“ papar Wisnu dalam risetnya tersebut.

Pada kuartal I/2011, emiten dengan kode saham APLN ini membukukan pendapatan yang tumbuh 155,55% menjadi Rp691,24 miliar dibandingkan dengan Rp270,49 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Laba bersih melonjak 388,11% menjadi Rp147,9 miliar dari sebelumnya Rp30,3 miliar. Sekretaris Perusahaan Agung Podomoro Prisca Batubara beberapa waktu lalu menyebutkan dari penjualan dan pendapatan sewa yang diakui, 72% berasal apartemen, 22% dari perkantoran dan 6% berasal dari sewa.

“Untuk marketing sales kontrak direalisasikan pada kuartal pertama sebesar lebih dari Rp 1,1 triliun yang jauh melebihi anggaran sebesar 20%,“ tuturnya.

Analis PT J. P. Morgan Securities Indonesia Liliana Bambang, dalam risetnya yang dipublikasikan beberapa waktu lalu, mengatakan pencapaian Agung Podomoro Land selama kuartal pertama tahun ini berada di atas estimasi J.P. Morgan dan konsensus analis.

“Pencapaian itu di atas estimasi kami sebesar 26% dan konsensus analis sebesar 28%,“ tulisnya dalam riset itu.

Liliana menambahkan seluruh lini bisnis perseroan, yakni apartemen, perkantoran, dan sewa mengalami peningkatan margin sebesar 37% dibandingkan dengan 33% pada kuartal pertama tahun lalu.

Lebih murah Wisnu menilai saat ini saham perseroan diperdagangkan relatif lebih murah dibandingkan dengan saham sektor properti lainnya. Hal ini terlihat dari rasio harga saham (price earning ratio/PER) perseroan yang sebesar 16,75 kali, di bawah rata-rata PER industri yang saat ini sebesar 25,37 kali.

Jika dilihat dari rasio tingkat pengembalian aset dan ekuitas, Wisnu mengatakan perseroan memiliki tingkat return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) yang lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata industri. ROA dan ROE perseroan masing-masing sebesar 9,42% dan 4,04%, sedangkan ROA dan ROE ratarata industri 7,70% dan 3,69%.

Dia juga menilai kinerja bisnis perseroan masih sangat prospektif dalam beberapa waktu ke depan. Hal itu didukung dengan prediksi perekonomian nasional yang masih akan terus bertumbuh dan berkembang.

“Pertumbuhan ekonomi tentunya akan berkorelasi positif dengan bertumbuhnya masyarakat golongan ekonomi menengah dan golongan atas di Indonesia,“ ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah golongan menengah tercatat sebanyak 25,08 juta jiwa yang memiliki pendapatan sebesar US$5.356 per tahun, sementara golongan atas sebanyak 8,36 juta jiwa dengan rata-rata penghasilan sebesar US$14.198 per tahun.

Besarnya jumlah golongan menengah dan golongan atas tersebut, tutur Wisnu, secara otomatis akan meningkatkan permintaan rumah hunian dan menara hunian yang menjadi bisnis utama perseroan.

Pada tahun ini, perseroan menargetkan pendapatan dari penjualan sebesar Rp3,5 triliun-Rp4 triliun, di mana sebagian besar pendapatan tersebut akan dikontribusikan dari empat proyek yakni Green Bay, Green Lake, Central Park, dan Kuningan City.

Sementara itu, proyek terbaru perseroan Grand Taruma diproyeksikan juga akan mulai memberikan kontribusi bagi penjualan perseroan pada tahun ini.

Perseroan juga mulai fokus mengembangkan bisnis perhotelan pada tahun ini. Pada 30 Mei, perseroan mengakuisisi 75% saham PT Griya Pancaloka senilai Rp240 miliar guna membangun hotel berbintang lima di Nusa Dua, Bali.

Prisca menuturkan dengan pembangunan hotel itu, diharapkan dapat menambah kontribusi pendapatan sewa berulang (recurring income) terhadap total pendapatan perseroan yang saat ini masih sekitar 6%.

“Selama tahun lalu, perseroan membukukan kontribusi pendapatan dari apartemen sebesar 76%, perkantoran 15%, komersial 4%, dan recurring income 5%. Pada kuartal I/ 2011, kontribusi apartemen menjadi 72%, perkantoran 22%, dan recurring income 6%,“ ungkapnya.

(please read Bisnis Indonesia daily)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh