Kapan mereka mampir ke Indonesia?
Sepekan ini, Kuala Lumpur membiru dengan para penggemar klub Chelsea (Inggris) yang bertandang melawan tim Malaysia XI pada Kamis Malam di Stadion Bukit Jalil. Jakarta justru membiru dengan kasus korupsi di partai berkuasa.
Di satu sisi, kondisi di dua kota tersebut boleh dikatakan sebagai ironi. Namun satu hal pasti, Asia terutama Asia Tenggara yang memiliki populasi 601 juta penduduk (2010) menjadi sasaran penetrasi bisnis dari klub-klub sepak bola Eropa.
Tahun ini, penggemar sepak bola di Malaysia bolehlah berbangga. Stadion Bukit Jalil Kuala Lumpur menjadi tuan rumah untuk menjamu Arsenal (13 Juli 2011), Liverpool (16 Juli) dan Chelsea (21 Juli). Jakarta belum seberuntung itu.
Indonesia hanya kedatangan Cesc Fabregas (Arsenal) dan Rio Ferdinand (Manchester United) dan itupun lebih untuk melakukan syuting iklan yang diselipi liburan ke Bali.
Kuala Lumpur tidaklah sendiri di Asia yang menjadi tujuan klub-klub tenar tersebut. Chelsea, tim yang kini dilatih André Villas-Boas juga menuju Bangkok dan menghibur para fan di Thailand (24 Juli), juga Hong Kong pada 27 Juli.
Liverpool sebelum ke Kuala Lumpur juga bertanding di Guangdong-China (13 Juli). Arsenal bersama tim inti Arsene Wenger pun tak ketinggalan menggelar pertandingan di Hangzhou Greentown pada 16 Juli.
Asia dan Amerika merupakan dua benua yang dalam 5 tahun terakhir selalu menjadi sasaran para klub dunia untuk sekedar jualan. Tahun ini, Chelsea menempuh penerbangan 19.061 mil untuk menyambangi fans dan calon konsumennya.
Bandingkan dengan Luiverpool yang menempuh penerbangan 18.938 mil, Arsenal 17.829 mil, Manchester City 14.560 mil, Aston Villa 13.628 mil, Manchester United 12.476 mil, Blackburn Rovers 12.323 mil. Aston Villa dan Blackburn bahkan akan bertanding versus Chelsea di Hong Kong pada 30 Juli.
Secara umum, faktor bisnis memang menjadi alasan bagi klub-klub Eropa itu menempuh perjalanan yang sangat melelahkan dan bertanding di tengah panas tropis 30 derajat celcius serta kelembapan yang bisa 80%.
Sesuatu yang boleh jadi bukan persiapan biasa menghadapi musim dingin awal kompetisi 2011/2012 di Inggris.
Bagi Liverpool dan pihak sponsor Standard Chartered Bank, Asia bisa jadi menjadi magnet pengumpul keuntungan. Boleh saja, pemain Asia akan menjadi pilar the Reds musim mendatang untuk memelihara loyalitas konsumennya.
Sinyalnya cukup jelas ketika Charlie Adams, salah satu pemain baru Liverpool, mendapatkan teriakan histeria dari para fans hanya ketika dia membubuhkan tanda tangan di salah satu pusat perbelanjaan di Guangzhou.
Setan Merah MU telah membuktikan resep tersebut. Alex Ferguson pada 6 tahun lalu membeli Park Ji Sung dari PSV Eindhoven (Belanda) dengan harga 4 juta poundsterling dan hasilnya 1,2 juta orang Korsel membeli kartu kredit Manchester United.
Real Madrid juga demikian untung ketika pada 2005 melakukan tur dunia ke Asia. Tokyo semakin panas ketika Zinedine Zidane dan kawan-kawan pemanasan serta jalan-jalan di pusat kota. Kostum Galacticos laku keras.
Alex Ferguson dan Manchester United, juara Inggris musim lalu, absen menyambangi Asia dan memilih benua Amerika sebagai sasaran memperbesar pangsa konsumennya.
Wayne Rooney dan kawan-kawan bahkan nyaris sebulan berada Negara Obama tersebut untuk melakukan pertandingan persahabatan maupun laga piala kecil melawan tim lokal MLS dan Barcelona (Spanyol) pada 30 Juli.
Tak hanya soal pertandingan, klub bola itupun belajar budaya. Real Madrid pun belajar agar tak lagi menutup satu pusat perbelanjaan hanya karena para pemain mau memborong jam Rolex di satu toko.
Rio Ferdinand pun kini memahami kalau tak sopan mengacungkan dua jari kepada fans yang mencemoohnya di Tokyo ketika mau menghadapi Kashima Antlers.
Apapun, tur pra musim klub-klub dunia itu memang menguntungkan bagi klub, fans, maupun kota tujuan. Jakarta seharusnya bisa mengambil untung dengan mendatangkan mereka.
(please read Bisnis Indonesia daily)
Comments