Geliat Bhakti Investama di pertambangan
Bisnis media tentunya masih menjadi ladang utama Grup Bhakti untuk mengeruk dana. Namun, bagi Hary Tanoesoedibjo, pengusaha nasional yang memiliki grup bisnis ini melalui PT Bhakti Investama Tbk sebagai induk usaha, geliat bisnis nonmedia, terutama pertambangan, tidak kalah menarik untuk dijajaki.
Sejak berdiri di Surabaya pada 2 November 1989, Bhakti Inves tama hanya bergerak terbatas di pasar modal sebelum melirik jasa keuangan, bisnis media, dan yang terbaru adalah bisnis pertambangan.
Hingga akhirnya kantor pusat perseroan pindah ke Jakarta 3 bulan setelah berdiri. Pada 1997, perseroan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (yang kini digabung menjadi Bursa Efek Indonesia).
Sejak itu, Bhakti melaju pesat menjadi salah satu perusahaan dengan sokongan empat pilar bisnis dengan dua lini investasi strategis. Sektor media `dipayungi' oleh PT Global Mediacom Tbk dan sektor jasa keuangan dimotori oleh PT Bhakti Capital Indonesia Tbk. Global Mediacom membawahi perusahaan dengan label Media Nusantara Citra (MNC).
Dua pilar lain adalah portofolio investasi yang dijalankan oleh PT MNC Sky Vision dan tambang yang dimotori oleh PT Bhakti Coal Resources. Bhakti Coal, si anak bawang ini yang mulai diharapkan menjadi kontributor penting bagi grup bisnis mulai tahun ini.
Asa itu berpendar mengingat pergerakan harga batu bara dunia begitu sensitif terhadap pergerakan harga minyak mentah dunia yang sudah menembus US$100 per barel dan energi lain seiring dengan makin meningkatnya peran komoditas sebagai sumber energi.
Permintaan batu bara cukup tinggi, sehingga dapat menunjang kinerja bisnis perusahaan pertambangan. Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI) memperkirakan produksi batu bara Indonesia pada 2015 dapat mencapai 456 juta ton, lebih tinggi dibandingkan dengan target pemerintah sebanyak 398 juta ton.
Kontribusi terbesar Dengan asumsi ini, wajar jika Bhakti Group berani berharap pada kontribusi Bhakti Coal, lini usaha yang menjalankan bisnis batu bara.
Pada tahun lalu, kontribusi terbesar masih disumbang oleh bisnis media, disusul bisnis jasa keuangan.
Dalam rapat umum pemegang saham beberapa waktu lalu, Hary, sebagai direktur utama Bhakti Investama, mengatakan bisnis paling terakhir yang dibentuk dan dalam masa persiapan memulai produksi serta finalisasi pemetaan adalah areal pertambangan.
Akhir tahun lalu, Bhakti Coal sudah mengantongi sembilan izin usaha pertambangan (IUP) batu bara.
Seluruhnya terbagi atas satu IUP di Sumatra Selatan yang dalam tahap produksi, satu IUP di Kalimantan Timur dalam tahap produksi, dan tujuh IUP di Sumatra Selatan dalam tahap eksplorasi.
Selain itu juga terdapat dua blok minyak & gas yang terletak di Sumatra Selatan dan Papua.
Analis PT e-Trading Securities Budhi Siallagan dan Utfi Humaya mengatakan target laba bersih resmi Grup Bhakti pada tahun ini dipatok meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu Rp258 miliar.
Dengan pencapaian pada kuartal I/2011 yang baru mencapai Rp170 miliar, kedua analis ini memperkirakan laba Bhakti dalam tiga kuartal berikutnya mencapai Rp861,63 miliar atau jika dirata-ratakan per kuartal adalah sebesar Rp287,21 miliar.
“Apabila dilihat dari hasi kuartal pertama yang mencapai Rp170 miliar, diharapkan pada tiga kuartal ke depan bisa mencapai Rp861,63 miliar,“ tulis Budhi dan Utfi dalam riset mereka yang dipublikasikan pada 10 Mei 2011.
Keduanya menilai anak usaha Bhakti Investama yang bergerak di sektor energi dan pertambangan yakni Bhakti Coal Resources, memiliki potensi yang besar.
“Nantinya Bhakti Coal akan menjadi faktor penentu untuk pencapaian target laba bersih Grup Bhakti pada tahun ini,“ tambah mereka.
Apabila target kinerja 2011 bisa tercapai, lanjut mereka, harga saham Bhakti Investama yang ditransaksikan dengan kode saham BHIT itu bisa mencapai Rp414 per saham dengan rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (PER) mencapai 12 kali.
Jika laba kuartal pertama disetahunkan, harga saham perseroan bisa mencapai Rp273 dengan PER 12 kali. Pada perdagangan kemarin, harga saham perseroan yang ditutup Rp245 per saham.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Achmad Kurniawan Sujatmiko menilai pilihan Bhakti Investama untuk masuk ke bisnis batu bara merupakan hal yang tepat, mengingat pamor komoditas tersebut saat ini.
(please read Bisnis Indonesia daily)
Comments