Mahal sedikit tak apa asal jaminan mutu
Keterkenalan Justin Bieber ternyata menjadi magnet yang dahsyat untuk menarik dana. Pekan lalu, ribuan anak muda rela mengantri sejak subuh hanya untuk membeli 4.000 tiket konsernya di Indonesia.
Oleh Fahmi Achmad
Si penyanyi remaja itu memang baru manggung pada 23 April di Sentul dan ada 10.500 tiket yang dijual dengan harga termurah Rp500.000. Setidaknya Rp5 miliar- Rp10 miliar didapat panitia dari sekedar penjualan tiket.
Nama besar juga menjadi andalan panitia konser musik untuk menjual Iron Maiden. Tak tanggung-tanggung grup musik cadas itu akan manggung dua kali pada 17 Februari dan 20 Februari di Ancol dan Bali.
Tiketnya pun tak lebih mahal dengan konser Justin Bieber. Mungkin saja panitia berharap dengan rerata harga Rp550.000 setidaknya ada pemasukan di atas Rp10 miliar dari konser Bruce Dickinson dan kawan-kawan itu.
Lalu apa hubungannya konser Justin Bieber dan Iron Maiden dengan dunia sepak menyepak si kulit bundar?
Di sepak bola, pertandingan besar atau sering disebut big match selalu menarik perhatian dan harga tiketnya relatif tak murah bagi kantong masyarakat Indonesia. Tiket stadion di British Premiere League atau liga Inggris merupakan satu yang termahal di dunia.
Anda akan menemukan tiket sepak bola Inggris paling mahal di Stadion Emirates atau kandang Arsenal. Per 4 Januari tahun ini, kenaikan PPN menjadi 20% membuat harga tiket termurah Arsenal 49 pounds atau sekitar Rp735.000 dengan kurs 1 pounds= Rp15.000.
Harga itu pun hanya untuk tempat duduk di kelas goal lower. Tiket termahal pertandingan reguler Arsenal seharga 96 pounds atau Rp1,44 juta di deretan duduk centre upper.
Faktor nama besar juga berpengaruh. Tiket pertandingan Chelsea misalnya, tercatat sold out untuk kelas reguler saat The Blues menghadapi klub-klub besar semacam Manchester United dan Liverpool di Stamford Bridge.
Tiket Chelsea menjamu Liverpool pada 6 Februari telah ludes dan hanya tersisa tiket paket dengan harga 495 pounds tanpa PPN. Itu belum seberapa kalau dibandingkan dengan tiket paket 595 pounds kala Chelsea kontra MU pada 1 Maret.
Di Eropa, sepak bola memang sudah menjadi industri yang bertemu dengan kebutuhan psikologis masyarakat untuk mendapatkan hiburan. Tak pelak, setiap pekan, bangku penonton stadion jarang kosong meskipun musim salju.
Kenaikan harga tiket pun menjadi hal yang sensitif. Oktober tahun lalu, Federasi Sepakbola Jeman (DFB) dan Liga Jerman (DFL) diprotes banyak pihak karena dituding melakukan kebijakan komersialisasi.
Karcis menonton di stadion di Liga Jerman memang yang termurah di Eropa. Rata-rata harga tiket Liga Jerman 20,79 euro atau di bawah Inggris 43 euro dan Spanyol sebesar 40 euro.
Di Indonesia, harga tiket memang masih jadi faktor penentu minat menonton masyarakat. Namun, manajemen distribusi tiket bukanlah hal mudah dan banyak persoalan tak beres yang menjadi sorotan banyak pihak yang secara psikologis tengah haus hiburan.
Kasus balada tiket Piala Asia 2007 maupun Piala AFF 2010 memperlihatkan kebobrokan manajemen yang kalau dipertahankan justru bisa menjadi racun pembunuh kehidupan klub-klub sepak bola di Tanah Air.
Sejauh ini, klub dan pengelola stadion seakan hanya bergantung dari pemasukan tiket. Padahal harga tiket di Indonesia Super League dan Liga Primer Indonesia hanya berkisar Rp10.000 hingga Rp25.000 dengan jumlah rerata penonton 15.000 orang. Terlalu sedikit untuk menutupi kebutuhan klub.
Operasionalisasi klub di Indonesia yang semusim bisa menghabiskan minimal Rp15 miliar seharusnya mendorong manajemen untuk pintar-pintar putar otak menarik minat menonton masyarakat dan tentunya sponsor.
(fahmi.achmad@bisnis.co.id)
Oleh Fahmi Achmad
Si penyanyi remaja itu memang baru manggung pada 23 April di Sentul dan ada 10.500 tiket yang dijual dengan harga termurah Rp500.000. Setidaknya Rp5 miliar- Rp10 miliar didapat panitia dari sekedar penjualan tiket.
Nama besar juga menjadi andalan panitia konser musik untuk menjual Iron Maiden. Tak tanggung-tanggung grup musik cadas itu akan manggung dua kali pada 17 Februari dan 20 Februari di Ancol dan Bali.
Tiketnya pun tak lebih mahal dengan konser Justin Bieber. Mungkin saja panitia berharap dengan rerata harga Rp550.000 setidaknya ada pemasukan di atas Rp10 miliar dari konser Bruce Dickinson dan kawan-kawan itu.
Lalu apa hubungannya konser Justin Bieber dan Iron Maiden dengan dunia sepak menyepak si kulit bundar?
Di sepak bola, pertandingan besar atau sering disebut big match selalu menarik perhatian dan harga tiketnya relatif tak murah bagi kantong masyarakat Indonesia. Tiket stadion di British Premiere League atau liga Inggris merupakan satu yang termahal di dunia.
Anda akan menemukan tiket sepak bola Inggris paling mahal di Stadion Emirates atau kandang Arsenal. Per 4 Januari tahun ini, kenaikan PPN menjadi 20% membuat harga tiket termurah Arsenal 49 pounds atau sekitar Rp735.000 dengan kurs 1 pounds= Rp15.000.
Harga itu pun hanya untuk tempat duduk di kelas goal lower. Tiket termahal pertandingan reguler Arsenal seharga 96 pounds atau Rp1,44 juta di deretan duduk centre upper.
Faktor nama besar juga berpengaruh. Tiket pertandingan Chelsea misalnya, tercatat sold out untuk kelas reguler saat The Blues menghadapi klub-klub besar semacam Manchester United dan Liverpool di Stamford Bridge.
Tiket Chelsea menjamu Liverpool pada 6 Februari telah ludes dan hanya tersisa tiket paket dengan harga 495 pounds tanpa PPN. Itu belum seberapa kalau dibandingkan dengan tiket paket 595 pounds kala Chelsea kontra MU pada 1 Maret.
Di Eropa, sepak bola memang sudah menjadi industri yang bertemu dengan kebutuhan psikologis masyarakat untuk mendapatkan hiburan. Tak pelak, setiap pekan, bangku penonton stadion jarang kosong meskipun musim salju.
Kenaikan harga tiket pun menjadi hal yang sensitif. Oktober tahun lalu, Federasi Sepakbola Jeman (DFB) dan Liga Jerman (DFL) diprotes banyak pihak karena dituding melakukan kebijakan komersialisasi.
Karcis menonton di stadion di Liga Jerman memang yang termurah di Eropa. Rata-rata harga tiket Liga Jerman 20,79 euro atau di bawah Inggris 43 euro dan Spanyol sebesar 40 euro.
Di Indonesia, harga tiket memang masih jadi faktor penentu minat menonton masyarakat. Namun, manajemen distribusi tiket bukanlah hal mudah dan banyak persoalan tak beres yang menjadi sorotan banyak pihak yang secara psikologis tengah haus hiburan.
Kasus balada tiket Piala Asia 2007 maupun Piala AFF 2010 memperlihatkan kebobrokan manajemen yang kalau dipertahankan justru bisa menjadi racun pembunuh kehidupan klub-klub sepak bola di Tanah Air.
Sejauh ini, klub dan pengelola stadion seakan hanya bergantung dari pemasukan tiket. Padahal harga tiket di Indonesia Super League dan Liga Primer Indonesia hanya berkisar Rp10.000 hingga Rp25.000 dengan jumlah rerata penonton 15.000 orang. Terlalu sedikit untuk menutupi kebutuhan klub.
Operasionalisasi klub di Indonesia yang semusim bisa menghabiskan minimal Rp15 miliar seharusnya mendorong manajemen untuk pintar-pintar putar otak menarik minat menonton masyarakat dan tentunya sponsor.
(fahmi.achmad@bisnis.co.id)
Comments
-