Akselerasi Kendaraan Listrik di Indonesia 2023
Rencana Tesla Inc., berinvestasi di Indonesia bukanlah cerita baru. Tesla, produsen mobil listrik milik Elon Musk, dan Pemerintah Indonesia dikabarkan mendekati kata sepakat untuk membangun fasilitas produksi di Indonesia.
Tesla berencana membangun pabrik mobil listrik dengan kapasitas produksi 1 juta unit per tahun. Fasilitas yang akan dibangun juga bakal melayani berbagai fungsi, termasuk produksi dan rantai pasok.
Hubungan dengan Tesla memang dijalin Pemerintah sejak beberapa tahun terakhir. Bahkan, Presiden Joko Widodo sempat menyambangi Elon Musk langsung di markas SpaceX di Boca Chica, Texas, Amerika Serikat.
Indonesia memang menjadi pasar yang cukup menggiurkan bagi industri otomotif, karena bagian dari potensi 675 juta konsumen di Asia Tenggara. Ada jutaan sepeda motor dan ratusan ribu unit mobil yang terjual di Tanah Air.
Bahkan, tren kepemilikan kendaraan listrik pun meningkat dalam 5 tahun terakhir. Karena itu, banyak pemodal asing yang berminat berinvestasi di ekosistem kendaran listrik.
Kondisi pasar Indonesia yang atraktif juga tecermin dari komitmen investasi untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dari LG yang mencapai US$8,9 miliar, dan CATL senilai US$5,2 miliar. Selain itu, ada juga Foxconn yang menyiapkan modal sebanyak US$8 miliar, dan Hyundai Motor senilai US$1,5 miliar.
Namun, dari sederet komitmen dan minat investasi yang telah disampaikan pemerintah selama ini, belum semua yang terealisasi. Padahal, permintaan akan kendaraan listrik akan terus meningkat.
Hal tersebut tentu saja harus menjadi perhatian semua pemangku kepentingan. Kita tahu bahwa pemerintah terus berupaya merayu para pemodal dengan sejumlah kebijakan pemanis yang bertujuan untuk mendukung rantai pasok kendaraan listrik di dalam negeri.
Dari sisi regulasi, kita mengapresiasi keberadaan Peraturan Menteri Perindustrian No. 6/2021 yang memuat peta jalan pengembangan kendaraan listrik. Dengan beleid itu, Indonesia menargetkan produksi sebanyak 400.000 unit mobil listrik secara lokal pada 2025.
Di sector hulu, beragam kebijakan dan insentif diberikan kepada pemodal dengan tujuan untuk terus mendorong pengembangan industri baterai kendaraan listrik.
Di hilir, pemerintah juga terus mengupayakan penambahan fasilitas pengisian daya kendaraan listrik agar masyarakat tidak lagi ragu untuk memanfaatkan kendaraan yang diklaim lebih ramah lingkungan tersebut.
Tidak hanya itu, Kementerian Perindustrian pun sedang menyusun standardisasi kemasan baterai untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) kategori light vehicle.
Bahkan, akan ada insentif potongan harga untuk setiap pembelian kendaraan listrik yang diproduksi di dalam negeri.
Semua kebijakan itu memang menarik, tetapi rasanya belum cukup. Negara kita memang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan negara lain seperti Vietnam yang satu decade terakhir berhasil merayu banyak pemodal.
Ada sejumlah pekerjaan rumah pemerintah untuk memastikan komitmen investasi terealisasi dalam waktu dekat. Mulai dari konsistensi kebijakan pembatasan produksi dan penjualan kendaraan bermotor konvensional berbasis bahan bakar minyak (BBM), hingga keterlibatan pelaku usaha dalam penyediaan charging station.
Belum lagi, penyediaan payung besar regulasi ketenaga kerjaan agar realisasi investasi tersebut secara kualitas turut menyerap tenaga kerja domestic dan menekan pengangguran.
Kita mendukung dan berharap pemerintah melalui beragam cara dapat mengajak para pemodal untuk merealisasikan investasi secara berkelanjutan, agar ekonomi nasional terus meningkat.
(https://bisnisindonesia.id/article/memacu-investasi-kendaraan-listrik)
(https://koran.bisnis.com/m/read/20230116/245/1618338/editorial-memacu-investasi-kendaraan-listrik)
Comments