Skip to main content

Pilih MESSI atau RONALDO?

Banyak orang bilang kita telah beralih dari era industri ke era masyarakat konsumen dan kemudian kini ke era hiburan. Sepak bola juga mengikuti tren tersebut dan penggemar jelas tertarik dengan para penghibur.

Coba tengok di Spanyol, orang seakan lebih terbius dengan aksi Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Rivalitas Real Madrid dengan Barcelona yang mengusung rivalitas sentimen kedaerahan seakan hanya menjadi hiasan dalam tarian dan gocekan kedua pemain itu.

Ronaldo dan Messi jelas seniman yang menghibur. Bila dua nama itu tak dimasukkan dalam line-up oleh Jose Mourinho dan Pep Guardiola, sepak bola seakan begitu 'garing'. Terlalu mengada-ada? mungkin tidak.

Semua bergembira, semua berteriak melihat gocekan Messi yang mencetak 5 gol dalam satu pertandingan kala Barcelona melibas Bayer Leverkusen dengan skor 7-1 di babak 16 besar Liga Champions Eropa 8 Maret 2012.

Produktivitas Ronaldo dan Messi jelas membuktikan nama besar mereka. Musim ini baru menyelesaikan pekan 26, kedua pemain itu telah mencetak 62 gol dengan Ronaldo menyumbang 32 dan Messi 30 kali membobol gawang lawan.

Jumlah total 62 gol itu bahkan lebih banyak dari pencapaian 'gol memasukkan' oleh 18 klub peserta Primera Division La Liga. Hanya Madrid dan Barcelona yang begitu produktif dengan 88 dan 75 gol.

Publik Spanyol jelas begitu terhibur dan menghamba kepada Ronaldo dan Messi, seakan lupa mereka berdua orang asing. Ironisnya, mereka berdua belum memberikan apa-apa untuk kedua negaranya. Tak ada piala untuk Portugal dan Argentina.

Di Inggris pun demikian. Arsenal mungkin menjadi contoh terbaik tentang bagaimana sekelompok penghibur yang berisi seniman sepak bola membuat publik London begitu menyayangi mereka meski nirgelar.

Arsenal mengusung kecepatan anak-anak muda yang dilatih Arsene Wenger sejak 1996 dengan pola permainan pendek memikat, jauh lebih dahulu dibandingkan tiki-taka a la Spanyol dan Barcelona.

Awalnya, tim Gudang Peluru London itu cukup berhasil dengan meraih gelar Liga Premier Inggris pada musim 1997-1998, 2001-2002 dan 2003-2004 serta tentu saja lima kali menjadi runner-up dalam 15 tahun terakhir.

Wenger juga mampu membuat The Gunners meraih piala FA yang merupakan kompetisi tertua di dunia pada 1998, 2002, 2003 dan 2005 serta sekali menjadi juara dua pada 2001.

Di tingkat Eropa, Arsenal juga nyaris juara piala UEFA pada 1999-2000 dan hanya kalah sial adu penalti melawan Hakan Sukur dan kawan-kawan dari Galatasaray (Turki). Pada 2006, Arsenal maju ke final Liga Champions UEFA, tetapi Barcelona yang juara.

Kini 6 tahun berlalu, Theo Walcott, Mikael Arteta, Robin van Persie (Belanda) dkk belum jua merengkuh juara. Sejumlah kekalahan dengan skor memalukan seperti 2-8 dari MU pada tahun lalu juga mendera mereka.

Namun, Arsenal tetap konsisten tampil menghibur. Kemenangan tak ada artinya jika tampil tak memikat. Pelan tapi pasti, hasil tiga poin selalu diraih belakangan ini.

Publik Inggris yang haus hiburan di tengah kelesuan ekonomi domestik juga setia untuk hadir ke stadion. Arsenal adalah klub dengan harga tiket termahal sebesar 25 pounds hingga 100 pounds, tetapi Emirates Stadium yang memuat 60.355 orang, nyaris selalu penuh penonton.

Laporan keuangan Arsenal per tahun fiskal 31 Mei 2011 memperlihatkan klub mencatatkan pendapatan 255 juta pounds dan laba 50,5 juta pounds. Meskipun masih punya utang bersih 97 juta pounds dari sisa utang lama, Arsenal memiliki kas tunai 115 juta pounds di bank.

Hati Stan Kroenke, sang pemilik baru Arsenal begitu puas. Dia boleh jadi membanggakan ketepatan insting bisnisnya yang mempertaruhkan investasi 721 juta pounds di Arsenal. Sepak bola jadi senda gurau yang menguntungkan. (fahmi.achmad@bisnis.co.id)

Comments

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...