Merger dan akuisisi di dunia asuransi
Industri asuransi Indonesia saat ini boleh dikatakan "Anak Kecil"... kalah dari dunia perbankan yang profilnya memang gede.. dalam artian benar-benar gedeeee...
Secara aset, dana kelolaan hingga laba, asuransi di Indonesia bak gelagapan di tengah lautan finansial. Mungkin hanya 15 asuransi baik jiwa maupun kerugian yang bisa meraup premi triliunan maupun laba ratusan miliar.
Namun, yang paling menyedihkan, asuransi di Indonesia cekak modal. Padahal, Indonesia dengan 230 juta penduduk, boleh dikatakan masih "blue ocean".. Kalau tak percaya, tanya orang asuransi Jepang, Singapura dan Malaysia, tentu juga Eropa.
Mereka bilang, pasar asuransi Indonesia begitu menarik dengan penuh tantangan. Modal cekak bisa jadi peluang untuk asuransi asing masuk.
Fitch Ratings memprediksi 10 perusahaan asuransi yang kekurangan modal pada 2011 akan memicu aksi merger & akuisisi (M&A) pada tahun ini.
"Perusahaan itu akan mengkaji untuk menerapkan strategi manajemen modal dan mencari modal tambahan dari pemegang sahamnya saat ini atau investor asing," ujar tim analis Fitch yang salah satunya adalah Siew Wai Wan.
Hal itu disampaikan dalam riset Fitch Ratings berjudul '2012 Outlook: Indonesian Insurance' yang disertakan dalam seminar Fitch hari ini, 17 Januari 2012.
Wai Wan mengatakan pada medio 2010--2011, terjadi aktivitas merger akuisisi terhadap lima perusahaan.
Kelimanya adalah Aviva Plc terhadap 60% saham PT Asuransi Winterthur Life dan mengubah namnya menjadi PT Asuransi Aviva Indonesia, Mitsui Sumitomo Insurance terhadap 50% PT Asuransi Jiwa Sinar Mas, dan Nipponkoa Insurance yang meningkatkan kepemilikannya di PT Asuransi Permata Nipponkoa Indonesia dari 49% menjadi 80%.
Dua M&A asuransi lain terjadi pada pembelian 60% saham PT Asuransi Dharma Bangsa oleh PT Bank Mandiri Tbk dan akuisisi PT Transpacific General oleh PT Bank Central Asia Tbk.
Secara umum, Fitch juga menilai prospek peringkat untuk industri asuransi jiwa dan umum domestik diperkirakan masih akan stabil pada tahun ini. Lembaga pemeringkat itu juga memprediksi pertumbuhan premi asuransi akan stabil akibat kondisi ekonomi yang baik, pentingnya kehati-hatian dalam mengelola risiko eksposur bencana alam, kompetisi yang ketat dan akan mengarah ke penurunan tarif.
Faktor lain adalah kurangnya keterbukaan dan transparansi institusional dibandingkan negara lain di Asia, misalnya Singapura.
Fitch baru akan menurunkan prospek asuransi Indonesia ke level negatif jika pertumbuhan ekonomi akan melambat dan eksposur bencana alam yang meningkat.
Comments