Uang, prestasi & Tetangga yang Berisik
Dahulu mereka lebih sering disebut dalam percakapan para penggemar sepak bola sebagai Tetangga yang Berisik. Mereka menjadi fans kelas dua, terutama di kala ada pertandingan derby di kota Manchester-Inggris.
Julukan Noisy Neighbor diberikan kepada para pendukung klub Manchester City. Panggilan itu pertama kali diucapkan oleh Sir Alex Ferguson (pelatih Manchester United) kala kedua tim bertemu dalam laga derby 20 September 2009 di Old Trafford.
Di kandang Setan Merah tersebut, Manchester City seperti ingin melumat sang tuan rumah melalui agresivitas Carlos Tevez dan Craig Bellamy. Skor 90 menit malam itu 3-3, tetapi pada injury time, striker MU Michael Owen membuat penonton histeris dengan golnya.
Manchester United menang dengan skor 4-3 dan pendukung Manchester City yang disebut the Citizens pun bungkam.
Sir Alex Ferguson dengan senyum kecil pun berucap, "Sometimes you've got a noisy neighbor and you have to live with it. You can't do anything about them and they keep on making noise."
Namun, itu cerita 2 tahun silam. Cerita berganti pada 23 Oktober 2011. Old Trafford seperti menjadi taman bermain bagi pemain Citizens. Giliran Man United dibantai 1-6 oleh City dan muka Sir Alex Ferguson pun merah padam.
Tetangga yang Berisik itu kini menjadi tamu terhormat dan semua itu berkat uang-uang minyak Timur Tengah. Abu Dhabi United Group Investment and Development Limited dan Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan menggelontorkan 200 juta poundsterling hanya untuk meraih kejayaan.
Hasilnya? Musim lalu mereka langsung di peringkat ketiga, di bawah MU dan Chelsea dan menggeser Arsenal dan Liverpool. Tak hanya itu, Piala FA 2010 pun digondol sang Tetangga setelah mengalahkan Setan Merah di partai final. Trofi perdana Manchester City sejak 35 tahun lampau.
Kini, tim asuhan Roberto Mancini itu berada di puncak klasemen liga Inggris dengan rekor 12 pertandingan tanpa kalah! Sebagian orang pun percaya "prestasi dapat diraih, asal banyak uang".
Man City tak malu mengikuti kisah sukses Chelsea. Sejak dimiliki miliarder asal Rusia, Roman Abramovich, Chelsea menjadi salah satu kekuatan sepakbola di Inggris. Tahun perdananya, Chelsea menembus posisi runner-up.
Di bawah Roman Emperor, the Blues meraih delapan piala bergengsi berupa tiga gelar Liga Premier, tiga gelar Piala FA dan dua gelar Piala Liga. Chelsea menjadi klub tersukses kedua setelah Man United dalam 7 tahun terakhir. Faktor uang memang adalah katalisator.
Noel Gallagher, vokalis grup musik Oasis, punya komentar sendiri soal kehebatan klub idolanya Manchester City. Bagi dia, Roberto Mancini adalah manajer yang jenius dan pintar menghabiskan uang 100 juta poundsterling dalam beberapa bulan terakhir.
Pemain-pemain hebat seperti Samir Nasri (Prancis) dan Kun Sergio Aguero (Argentina) dibeli untuk menambah kegarangan permainan David Silva (Spanyol), Edin Dzeko (Bosnia), Mario Balotelli (Italia), Yaya Toure (Pantai Gading), Vincent Kompany (Belgia), dan Joe Hart (kiper utama Inggris).
Namun, bola itu memang bulat, hasil akhir sulit ditebak. Di Liga Champions 2011-2012, Man City bagai tim semenjana dan kemenangan sulit diraih. Pertengahan pekan ini, Napoli (Italia) menekuk Citizens dengan skor 2-1 dan berada di atas angin untuk lolos dari fase grup menemani Bayern Muenchen.
Napoli, klub yang pernah diangkat Diego Maradona merebut 5 piala termasuk dua gelar juara Serie-A dan satu piala UEFA, bisa membuktikan bahwa meski kalah dari sisi finansial, tetap dapat melumat klub kaya.
"Sukses malam ini membuktikan dua hal. Yang pertama adalah mungkin uang bukan segalanya, karena dengan pembukuan yang seimbang pun anda tetap bisa melaju jauh," kata Aurelio De Laurentiis, Presiden Napoli, seperti dikuti Football Italia.
Situasi itu bisa jadi pembelajaran pula untuk Paris Saint Germain. Klub itu sejak Mei 2011 dibeli Qatar Investment Authority dan hop lah! terjadilah revolusi besar-besaran di klub kebanggaan kota Paris tersebut.
Mantan bintang PSG tempo dulu, Leonardo diboyong dari AC Milan untuk menjadi direktur sport klub dan hanya butuh 2,5 bulan, dia telah menghabiskan nyaris 100 juta euro. Leonardo membeli tujuh pemain dengan total harga 43 juta euro.
Tak hanya itu, juragan minyak Qatar juga menginjeksi Leonardo hingga 43 juta euro dan berhasil memboyong Javier Pastore, bintang muda liga Italia, ke Stadion Parc de Princes.
Hasilnya juga lumayan mantap. Setidaknya hingga pekan 14, pangeran-pangeran Paris itu bercokol di puncak klasemen Ligue-1 Prancis. Namun, Paris St Germain tetap membutuhkan waktu untuk membuktikan diri bisa menyamai Marseille dan Lyon yang punya nama besar di kancah Eropa.
Sukses memang bisa diraih secara instan, tetapi toh kekuatan uang ada batasnya dan tak semua berlangsung terus menerus. Pembinaan dan komitmen kuat diramu gairah untuk menang membuat sepak bola selalu berujung kepada kemenangan dan tak sekedar kalah terhormat.
Karena itu, kata teman saya, jangan sampai Indonesia dianggap tetangga yang berisik oleh negeri jiran. (fahmi.achmad@bisnis.co.id)
Comments