Nafsu Belanja Kian Mantab (Makan Tabungan)?

Muka Roy begitu serius. Di depannya ada dua handphone Huawei seri canggih. Hari itu, 14 Desember 2023, kawan saya ini ternyata lagi mengikuti ticket war untuk membeli tiket Pocari Sweat Run 2024 yang akan diadakan di Bandung Jabar pada 20-21 Juli 2024.


Roy memilih tiket full marathon seharga Rp950.000,-. Setelah setiap 25 detik me-refresh aplikasi pembelian ticket Pocari Sweat Run 2024, dia tak beruntung. Tiketnya sold out, untuk semua kategori dari full marathon (FM), half marathon (HM), 10K hingga 5K.

Dia kecewa, itu jelas. Maklum, Roy merupakan running enthusiast, seorang yang menyukai dan sangat berhasrat untuk mengikuti race lari. Selama Januari hingga Desember 2023 ini, Roni telah mengikuti lebih dari 12 race lari dan 10 di antaranya merupakan ajang half marathon (21 KM).

Rata-rata harga tiket race lari kategori HM dijual minimal Rp750.000-. Anda bisa kalkulasi sendiri biaya yang dikeluarkan Roy untuk mengikuti ajang lari yang 80% diadakan di luar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Biaya yang begitu besar yang dikeluarkan oleh Roy untuk transportasi dan akomodasi tentu tidaklah murah. Belum lagi, ajang lari kini tak sekadar olah raga. Lari kini menjadi gaya hidup. Aksesoris lari kian mahal.

Sepatu lari berpelat carbon paling murah di atas Rp2,75 juta. Harga jersey, topi, kaos kaki, lotion, minuman dan makanan jelly berenergi pun tak lagi murah meriah. Menebus foto pelari di aplikasi fotoyu—hasil jepretan fotografer partikelir— membutuhkan biaya paling murah Rp60.000 per satu foto.

Gaya hidup yang berubah sejak pandemi Covid memang menjadi tren di masyarakat saat ini. Tak hanya race lari yang mewabah tiap pekan, magnet wisata juga kian kuat. Tiket konser musik yang mahal ludes tandas. Banyak pula kegiatan konsumsi lain yang menguras uang di kantong.

Ini jelas kondisi yang berbeda dengan era Covid-19 dan pembatasan kegiatan yang menekan nafsu belanja masyarakat. Saat itu 2020-2022, masyarakat lebih banyak menabung. Dana pihak ketiga di bank pun melonjak. Bahkan kredit bank jadi seret. Loan to deposit ratio perbankan nasional pun jomplang.

Namun, mulai paruh kedua 2022, pembatasan aktivitas masyarakat kian longgar. Seiring dengan itu demand konsumsi masyarakat pun pelan tapi pasti semakin tinggi.

Survei Konsumen November 2023 yang dilansir Bank Indonesia menyebutkan berdasarkan kelompok pengeluaran, rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terpantau menurun untuk semua tingkat pengeluaran, kecuali responden dengan pengeluaran di atas Rp5 juta per bulan.

Sementara itu, porsi tabungan terhadap pendapatan terindikasi meningkat pada responden dengan tingkat pengeluaran antara Rp2,1 juta sampai dengan 5 juta per bulan.

Di pemberitaan CNBC Indonesia, tertulis kelompok masyarakat dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan mulai mengurangi porsi tabungannya di akhir tahun 2023. Porsi tabungan mereka berkurang karena tergerus untuk liburan dan membeli barang elektronik, seperti ponsel.

Pemberitaan itu merujuk Survei Konsumen November 2023 Bank Indonesia yang menunjukkan porsi menabung kelompok menengah ke atas ini merosot dari 18% pada Oktober menjadi hanya 16,3% di November 2023.

Sebaliknya, rasio konsumsi golongan kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta juga melonjak. Pada Oktober 2023, kelompok masyarakat ini menghabiskan 68,4% penghasilannya untuk berbelanja. Di November 2023, pengeluaran untuk konsumsi mencapai 72,6%. Ini merupakan angka tertinggi sejak Oktober 2021.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, rata-rata porsi konsumsi terhadap pendapatan terpantau menurun untuk semua tingkat pengeluaran, kecuali responden dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan.

Porsi tabungan masyarakat golongan pengeluaran di atas Rp 5 juta sebetulnya terus merosot apabila dihitung sejak Agustus 2023. Pada bulan tersebut tercatat porsi tabungan kelompok ini berkisar di angka 18,6% dan menurun pada September menjadi 18,3%.

Besarnya porsi tabungan itu sejalan dengan masih relatif rendahnya porsi konsumsi mereka yang ada di bawah 70% dari pendapatan. Pada bulan Agustus, kelompok pengeluaran Rp 5 juta ke atas menyisihkan 69,5% dari pendapatannya untuk konsumsi dan pada September 2023 porsi konsumsi tersebut juga masih 68,3%.

Data Mandiri Spending Index (MSI) seiring selaras dengan data BI. MSI November 2023 memperlihatkan  semua kelompok belanja tumbuh positif dibandingkan awal Oktober 2023. Peningkatan kelompok belanja itu terutama ada pada barang elektronik dan handphone sebesar 25,9%, kebutuhan sehari-hari 6,3%, dan mobilitas 5,3%.

Pada kelompok elektronik dan handphone, handphone tumbuh 32,5% (mom), sementara barang-barang elektronik tumbuh 20,9% (mom).

Pengeluaran untuk membeli barang elektronik kalangan atas berada di peringkat kedua dengan proporsi 12%. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak Maret 2022.

Sementara di urutan ketiga terbesar pengeluaran kelompok ini adalah leisures (liburan) dengan proporsi 10,8%. Mandiri Spending Index mencatat belanja hobbies memang meningkat signifikan pada November dan juga hotel terus meningkat sejak Agustus 2023.

Namun, data pengeluaran yang meningkat dan tingkat simpanan tabungan yang menurun—sering disebut dengan istilah Makan Tabungan (mantab)—bisa jadi merupakan isu yang wajar.

Memang ada tren simpanan kelompok masyarakat dengan tingkat pengeluaran antara Rp2,1 juta sampai dengan Rp5 juta per bulan berkurang drastic karena konsumsi atau spending mereka juga tinggi  pasca era Covid.

Namun kondisi Mantab ini tidak akan akan sebenarnya sudah mulai melandai. Apalagi kini kelompok dengan pengeluaran di atas Rp5 juta yang terlihat mulai aktif spending. So ini boleh jadi distribusi keseimbangan tren savings dan spending masyarakat.

Sebagai bagian dari masyarakat dan mampu ticket war ajang lari, kawan saya Roni merupakan bagian dari mereka yang pengeluarannya di atas Rp5 juta per bulan. Boleh jadi dia juga menabung untuk ikut race lari. So makan tabungan adalah keniscayaan baginya, meski kecil dampaknya.

Apapun, selama harga-harga tidak melonjak dan sumber pendapatan masih aman, tren Mantab pasti akan memudar.

Dan pastinya, Roy akan kembali bertarung di ticket war race marathon bergengsi lain seperti Jakarta Marathon, Borobudur Marathon, Singapura Marathon ataupun Six Major World Marathon.

Yuuk lari yuk....

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh