Harga Batu Bara Meroket, Siapa Untung?
Tulisan ini terbit di Bisnis Indonesia.
Please visit and read https://bisnisindonesia.id/ untuk mendapatkan informasi mendalam, terkini dan terpercaya.
Harga gas alam dan minyak bumi yang meningkat beberapa pekan terakhir telah memicu potensi krisis energy di sejumlah negara-negara yang selama ini memimpin arah perekonomian dunia.
Krisis harga gas alam yang tinggi di Eropa, China dan Korea Selatan mengakibatkan biaya pembangkit listrik menjadi lebih mahal di negara-negara tersebut. Mereka pun beralih menggunakan bahan bakar batu bara yang dinilai lebih murah dibandingkan dengan biaya penggunaan gas alam.
Dampaknya harga batu bara global memanas. Kenaikan harga batu bara Newcastle di pasar spot komoditas global menembus kisaran US$200 per metric ton. Harga komoditas tambang yang dikenal dengan sebutan ‘emas hitam’ itu meroket lebih dari 150% sejak awal tahun ini.
Bagi Indonesia, kenaikan harga batu bara memberikan sentiment positif terhadap banyak hal. Kinerja produsen batu bara terungkit. Saham emiten perusahaan penghasil dan kontraktor yang bergerak di bidang pertambangan batu bara pun melesat.
Dengan tren harga dunia yang tinggi, bisa saja pemerintah menetapkan harga batu bara acuan (HBA) untuk Oktober 2021 di atas US$200 per metric ton, atau di atas harga bulan sebelumnya yang sebesar US$150 per metric ton.
Sayangnya, kenaikan harga batu bara global belum dapat diimbangi dengan pasokan yang memadai. Bahkan, produksi Indonesia menurun sepanjang September 2021, jauh dari hasil bulan sebelumnya.
Realisasi batu bara Indonesia berdasarkan data minerba one data Indonesia (MODI) hanya 35,47 juta ton per 29 September 2021.
Dari jumlah tersebut, hanya 5,16 juta ton telah disalurkan untuk kebutuhan domestic, sedangkan realisasi ekspor sepanjang September 2021 sebanyak 5,62 juta ton.
Pasokan yang belum optimal membuat harga batu bara global terus membara. Negara seperti China—mengalami krisis listrik di tengah ekonominya yang kembali bertumbuh—memerlukan pasokan batu bara dari Indonesia untuk kebutuhan pembangkit listrik tenaga uapnya.
Kondisi China ini merupakan berkah tersendiri yang harus dimanfaatkan oleh kita. Selama ini, kontribusi ekspor batu bara Indonesia lebih utama untuk dipasok ke China. Ekspor RI ke Negeri Tirai Bambu melonjak setelah adanya perang dagang negara itu dengan Australia.
Tahun lalu, asosiasi pertambangan batu bara Indonesia (APBI) dan China Coal Transportation and Distribution (CCTDA) meneken nota kesepahaman untuk memasok hingga 200 juta ton batu bara ke China.
Akan tetapi angka tersebut bisa saja mencatatkan angka realisasi yang tinggi. Hal itu bergantung pada kontrak pembelian hanya dilakukan secara Business to Business (B2B) antar perusahaan penerima dan pemasok batu bara.
Secara umum, kita melihat tren harga batu bara global yang tinggi ini akan sangat mendukung kinerja perdagangan Indonesia.
Hal itu mulai tercermin dari kontribusi batu bara terhadap kinerja total ekspor yang pada Agustus 2021, mencapai US$21,42 miliar. Jumlah total ekspor itu melonjak sebesar 20,95% (bulanan) atau 64,10% (tahunan).
Nilai ekspor itu tercatat sebagai rekor baru bagi Indonesia, menembus rekor tertinggi sepanjang masa yang pernah terjadi pada Agustus 2011 yang sebesar US$18,60 miliar.
Kinerja ekspor yang kinclong tak lain karena meningkatnya volume ekspor dan harga komoditas andalan Indonesia yaitu batu bara sebesar 11,04% dan crude palm oil sebesar 6,85%.
Di sisi lain, ekspor batu bara boleh melejit, tetapi kebutuhan domestic janganlah disepelekan. Produsen batu bara harus memenuhi kewajiban untuk memasok kebutuhan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO).
Batu bara sangat dibutuhkan oleh Perusahaan Listrik Negara untuk mencukupi kebutuhan pembangkit listrik yang didominasi PLTU. Tentu pasokan dan harga batu bara yang terjangkau, akan berdampak pada tariff listrik yang terjangkau pula oleh masyarakat.
Kita berharap pemerintah juga mengoptimalkan regulasi yang ada sehingga penerapan sanksi bagi produsen batu bara yang abai terhadap aturan DMO, dapat terlaksana dengan tegas dan baik.
Please read https://bisnisindonesia.id/?wordfence_lh=1&hid=E85D7986CFC964873BAA2CEA68C42632
Comments