Bukopin menanti pinangan
Bank Bukopin adalah bank dengan kapitalisasi tak terlalu besar di Tanah Air yang dikenal sebagai penyedia layanan pembiayaan untuk usaha kecil dan menengah, koperasi dan Bulog.
Saat ini Bukopin memiliki sejumlah agenda korporasi strategis yang salah satunya adalah rencana kemitraan dengan PT Jamsostek (Persero).
Valuasi terhadap bank tersebut juga terlihat menarik sekaligus mencerminkan tingkat pengembalian optimal. Bank Bukopin dengan kode saham BBKP mungkin menarik bagi investor yang mencari sebuah bank berkapitalisasi tak besar dengan katalis potensial.
Bukopin memiliki 360 cabang di 22 provinsi dan aset sebesar US$4 miliar. Bank tersebut juga dimiliki oleh sejumlah lembaga yang saling terhubung untuk mendukung pinjaman. Bulog merupakan nasabah utama yang memiliki pangsa 30% dari total kredit.
Dana milik Bulog digunakan kembali untuk menyerap hasil panen sembilan bahan pokok yang perannya dianggap sangat signifikan untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia.
Rencana kemitraan strategis dengan Jamsostek tersebut setidaknya akan memberikan nilai tambah kepada Bulog dan rantai pasokannya.
Saat ini, kemampuan pembiayaan Bukopin sedang dibatasi oleh kemampuan untuk menggalang dana. Rasio modal bank (capital adequacy ratio/CAR ) saat ini 16% sedangkan rasio ekuitas terhadap aset di bawah 7%.
Terkait dengan upaya penggalangan dana tersebut, Bukopin setidaknya memiliki tiga opsi yaitu PT Jamsostek menjadi pihak utama untuk menjalin kemitraan strategis dengan bank.
Lalu opsi kedua berupa datangnya tawaran dari PT Bank Rakyat Indonesia untuk mengakuisisi Bukopin untuk mendukung penetrasi BRI di wilayah perkotaan. Opsi terakhir adalah rencana manajemen untuk melakukan emisi obligasi subordinasi.
Bret Ginesky, analis CLSA Asia-Pacific Markets dalam risetnya per 8 Juli 2010 mengatakan kemungkinan opsi rights issue pada tahun ini akan mendukung kemitraan strategis dengan Jamsostek.
Kemitraan tersebut akan sangat membantu dalam membuka ikatan nilai-nilai tradisional perseroan dengan menggunakan Bukopin sebagai institusi finansial dalam bidang pembiayaan.
Jamsostek dinilai potensial karena merupakan badan usaha milik negara di sistem jaminan sosial yang memiliki nilai investasi sebesar lebih dari US$8,5 miliar dan 8,4 juta peserta aktif.
Di sisi lain, Bret menilai keberadaan Jamsostek akan mendorong institusi tersebut menempatkan dana depositonya yang bisa menolong mendapatkan pendanaan murah daripada mencari di pasar modal.
Bret juga menyebutkan meskipun matrik profitabilitas Bukopin tertinggal dibandingkan dengan peer industri, perdagangan sahamnya cukup atraktif dengan proyeksi harga buku (price to book value/PBV) pada 2011 sebesar 1,2 kali.
Sementara itu rasio harga saham terhadap laba (PE) pada 2011 diperkirakan bisa 8 kali, kondisi tersebut tak beda jauh dengan peer industri yang memiliki PBV 2,3 kali dan 11,8 kali untuk PE.
Namun demikian, valuasinya terdiskon karena terkait dengan pembukuan return on asset (ROA) yang relatif rendah dibandingkan dengan pencapaian bank lain.
“Namun, untuk investor yang mencari sebuah bank dengan kapitalisasi kecil maka BBKP merupakan pilihan yang menarik dengan katalis yang potensial,” kata Bret.
Rights issue
Dalam rencana penawaran saham terbatas (rights issue), pemegang saham Bukopin menyatakan akan menggunakan haknya untuk membeli saham baru yang diterbitkan bank tersebut.
Manajemen bank berencana melakukan rights issue pada akhir tahun ini dengan target raihan dana mencapai Rp1 triliun. Bernard Limbong, Ketua Induk Koperasi Angkatan Darat (Inkopad), salah satu pemegang saham Bukopin, mengatakan pihaknya siap menggunakan haknya dalam rights issue.
“Kami akan menyiapkan dana untuk menyerap rights issue Bank Bukopin. Mengenai jumlah dana yang disediakan tentunya mengacu kepada harga saham yang ditetapkan dalam rights issue,” ujarnya kemarin.
Namun, dia menuturkan terbuka opsi bagi manajemen untuk menunjuk pembeli siaga yang bertugas menyerap saham yang tidak dieksekusi oleh pemegang saham lainnya.
Namun, pemegang saham Bank Bukopin cenderung memilih penawaran dari PT Jamsostek. Bahkan pemegang saham di Bank Bukopin telah menegosiasikan rencana penunjukan Jamsostek sebagai pembeli siaga ketika proses rights issue berlangsung.
Sekretaris Perusahaan Bank Bukopin Tantri Wulandari mengutarakan Inkopad merupakan salah satu koperasi pendiri Bukopin. Menurut dia, ada 12 koperasi yang ikut mendirikan Bukopin, tetapi manajemen tidak bisa memastikan apakah seluruh pemegang saham pendiri itu akan menyerap seluruh haknya.
“Kami kurang tahu apakah mereka akan menyerap semua haknya. Mengenai porsi kepemilikan saham mereka saya lupa. Tapi, sepertinya kurang dari 5%,” ujarnya baru-baru ini.
Selain Inkopad, koperasi pendiri Bukopin adalah Induk Koperasi Angkatan Laut, Angkatan Udara, Kepolisian, koperasi batik, koperasi susu dan lainnya.
Per 31 Agustus 2010, kepemilikan saham pemerintah di Bank Bukopin mencapai 16,93%. Sedangkan Koperasi Pegawai Bulog Seluruh Indonesia (Kopelindo) menguasai 40,37% saham Bukopin. Selain itu, Yayasan Bina Sejahtera Warga Bulog menguasai 11,92% saham Bukopin dan Koperasi Perkayuan Apkindo MPI memiliki 6,7% saham serta sisanya publik.
Di sisi lain, BRI juga tetap memiliki asa untuk mendapatkan Bukopin. Sekretaris Perusahaan BRI Muhammad Ali menegaskan saat ini perseroan sedang mengkaji opsi akuisisi Bukopin.
“Kami masih melakukan kajian tersebut dan memang belum sounding dengan manajemen Bukopin. Secara resmi kami memang belum datang ke sana, menunggu tuntasnya hasil kajian.”
Dia mengatakan hasil kajian akuisisi Bukopin bisa menghasilkan opsi untuk melanjutkan upaya akuisisi atau menghentikan upaya akuisisi. “Hasil kajiannya bisa saja menunjukkan akuisisi dilanjutkan atau tidak. Namun, saat ini kajiannya mengarah kepada opsi akuisisi saham Bank Bukopin yang dimiliki oleh koperasi bukan masuk melalui rights issue. ”
Apalagi pada awal bulan ini, Kementerian BUMN menyatakan tidak akan memaksakan pembelian mayoritas saham Bukopin oleh BRI.
Siapapun mitra strategis Bukopin, manajemen tetap berharap pasokan dana bisa meningkatkan profil perseroan dan upaya mencapai visi misinya.
(fahmi.achmad@bisnis.co.id)
Saat ini Bukopin memiliki sejumlah agenda korporasi strategis yang salah satunya adalah rencana kemitraan dengan PT Jamsostek (Persero).
Valuasi terhadap bank tersebut juga terlihat menarik sekaligus mencerminkan tingkat pengembalian optimal. Bank Bukopin dengan kode saham BBKP mungkin menarik bagi investor yang mencari sebuah bank berkapitalisasi tak besar dengan katalis potensial.
Bukopin memiliki 360 cabang di 22 provinsi dan aset sebesar US$4 miliar. Bank tersebut juga dimiliki oleh sejumlah lembaga yang saling terhubung untuk mendukung pinjaman. Bulog merupakan nasabah utama yang memiliki pangsa 30% dari total kredit.
Dana milik Bulog digunakan kembali untuk menyerap hasil panen sembilan bahan pokok yang perannya dianggap sangat signifikan untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia.
Rencana kemitraan strategis dengan Jamsostek tersebut setidaknya akan memberikan nilai tambah kepada Bulog dan rantai pasokannya.
Saat ini, kemampuan pembiayaan Bukopin sedang dibatasi oleh kemampuan untuk menggalang dana. Rasio modal bank (capital adequacy ratio/CAR ) saat ini 16% sedangkan rasio ekuitas terhadap aset di bawah 7%.
Terkait dengan upaya penggalangan dana tersebut, Bukopin setidaknya memiliki tiga opsi yaitu PT Jamsostek menjadi pihak utama untuk menjalin kemitraan strategis dengan bank.
Lalu opsi kedua berupa datangnya tawaran dari PT Bank Rakyat Indonesia untuk mengakuisisi Bukopin untuk mendukung penetrasi BRI di wilayah perkotaan. Opsi terakhir adalah rencana manajemen untuk melakukan emisi obligasi subordinasi.
Bret Ginesky, analis CLSA Asia-Pacific Markets dalam risetnya per 8 Juli 2010 mengatakan kemungkinan opsi rights issue pada tahun ini akan mendukung kemitraan strategis dengan Jamsostek.
Kemitraan tersebut akan sangat membantu dalam membuka ikatan nilai-nilai tradisional perseroan dengan menggunakan Bukopin sebagai institusi finansial dalam bidang pembiayaan.
Jamsostek dinilai potensial karena merupakan badan usaha milik negara di sistem jaminan sosial yang memiliki nilai investasi sebesar lebih dari US$8,5 miliar dan 8,4 juta peserta aktif.
Di sisi lain, Bret menilai keberadaan Jamsostek akan mendorong institusi tersebut menempatkan dana depositonya yang bisa menolong mendapatkan pendanaan murah daripada mencari di pasar modal.
Bret juga menyebutkan meskipun matrik profitabilitas Bukopin tertinggal dibandingkan dengan peer industri, perdagangan sahamnya cukup atraktif dengan proyeksi harga buku (price to book value/PBV) pada 2011 sebesar 1,2 kali.
Sementara itu rasio harga saham terhadap laba (PE) pada 2011 diperkirakan bisa 8 kali, kondisi tersebut tak beda jauh dengan peer industri yang memiliki PBV 2,3 kali dan 11,8 kali untuk PE.
Namun demikian, valuasinya terdiskon karena terkait dengan pembukuan return on asset (ROA) yang relatif rendah dibandingkan dengan pencapaian bank lain.
“Namun, untuk investor yang mencari sebuah bank dengan kapitalisasi kecil maka BBKP merupakan pilihan yang menarik dengan katalis yang potensial,” kata Bret.
Rights issue
Dalam rencana penawaran saham terbatas (rights issue), pemegang saham Bukopin menyatakan akan menggunakan haknya untuk membeli saham baru yang diterbitkan bank tersebut.
Manajemen bank berencana melakukan rights issue pada akhir tahun ini dengan target raihan dana mencapai Rp1 triliun. Bernard Limbong, Ketua Induk Koperasi Angkatan Darat (Inkopad), salah satu pemegang saham Bukopin, mengatakan pihaknya siap menggunakan haknya dalam rights issue.
“Kami akan menyiapkan dana untuk menyerap rights issue Bank Bukopin. Mengenai jumlah dana yang disediakan tentunya mengacu kepada harga saham yang ditetapkan dalam rights issue,” ujarnya kemarin.
Namun, dia menuturkan terbuka opsi bagi manajemen untuk menunjuk pembeli siaga yang bertugas menyerap saham yang tidak dieksekusi oleh pemegang saham lainnya.
Namun, pemegang saham Bank Bukopin cenderung memilih penawaran dari PT Jamsostek. Bahkan pemegang saham di Bank Bukopin telah menegosiasikan rencana penunjukan Jamsostek sebagai pembeli siaga ketika proses rights issue berlangsung.
Sekretaris Perusahaan Bank Bukopin Tantri Wulandari mengutarakan Inkopad merupakan salah satu koperasi pendiri Bukopin. Menurut dia, ada 12 koperasi yang ikut mendirikan Bukopin, tetapi manajemen tidak bisa memastikan apakah seluruh pemegang saham pendiri itu akan menyerap seluruh haknya.
“Kami kurang tahu apakah mereka akan menyerap semua haknya. Mengenai porsi kepemilikan saham mereka saya lupa. Tapi, sepertinya kurang dari 5%,” ujarnya baru-baru ini.
Selain Inkopad, koperasi pendiri Bukopin adalah Induk Koperasi Angkatan Laut, Angkatan Udara, Kepolisian, koperasi batik, koperasi susu dan lainnya.
Per 31 Agustus 2010, kepemilikan saham pemerintah di Bank Bukopin mencapai 16,93%. Sedangkan Koperasi Pegawai Bulog Seluruh Indonesia (Kopelindo) menguasai 40,37% saham Bukopin. Selain itu, Yayasan Bina Sejahtera Warga Bulog menguasai 11,92% saham Bukopin dan Koperasi Perkayuan Apkindo MPI memiliki 6,7% saham serta sisanya publik.
Di sisi lain, BRI juga tetap memiliki asa untuk mendapatkan Bukopin. Sekretaris Perusahaan BRI Muhammad Ali menegaskan saat ini perseroan sedang mengkaji opsi akuisisi Bukopin.
“Kami masih melakukan kajian tersebut dan memang belum sounding dengan manajemen Bukopin. Secara resmi kami memang belum datang ke sana, menunggu tuntasnya hasil kajian.”
Dia mengatakan hasil kajian akuisisi Bukopin bisa menghasilkan opsi untuk melanjutkan upaya akuisisi atau menghentikan upaya akuisisi. “Hasil kajiannya bisa saja menunjukkan akuisisi dilanjutkan atau tidak. Namun, saat ini kajiannya mengarah kepada opsi akuisisi saham Bank Bukopin yang dimiliki oleh koperasi bukan masuk melalui rights issue. ”
Apalagi pada awal bulan ini, Kementerian BUMN menyatakan tidak akan memaksakan pembelian mayoritas saham Bukopin oleh BRI.
Siapapun mitra strategis Bukopin, manajemen tetap berharap pasokan dana bisa meningkatkan profil perseroan dan upaya mencapai visi misinya.
(fahmi.achmad@bisnis.co.id)
Comments