Tahun depan libur panjang lagi?

Ada pesan yang tidak biasa dalam sidang paripurna di Istana Presiden pada Rabu 14/09. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyentil masa libur bursa efek Indonesia yang dinilai terlalu lama.

“Pasar saham kita belum buka sejak tanggal 7 September. Seminggu [lamanya diliburkan], sedangkan negara lain tutup 2-3 hari. Apa tidak terganggu aktivitas ekonomi dunia usaha,” kata Kepala Negara.

Di situs resmi Bursa Efek Indonesia mencantumkan kalender bursa tahun ini ada 16 hari libur dan 245 hari bursa. Masa libur tersebut termasuk 5 hari libur resmi terkait Hari Raya Idulfitri, tanpa memperhitungkan Sabtu dan Minggu.

Sentilan Presiden tersebut mungkin juga tak salah, kalau kita melihat kalender bursa di negara-negara yang menjadi parameter transaksi saham dunia.

New York Stock Exchange misalnya, menempatkan 9 hari libur resmi dalam kalender bursanya tahun ini. Otoritas bursa di Negara Paman Sam tersebut seakan tak mengenal istilah ‘cuti libur bersama’.

Libur Natal dan Tahun Baru yang biasanya bisa sepekan waktunya, kali ini tak menyisakan waktu luang yang banyak. NYSE menilai 31 Desember 2010 tepat hari Jumat dan bursa tetap buka seperti aturan masa libur dalam statutanya.

Di kawasan Asia, Hang Seng hanya libur 12 hari dan tetap ada perdagangan pada hari kedua setelah Natal. Tokyo Stock Exchange memiliki 16 hari libur tahun ini dan masa libur terpanjang pada Mei (3 hari berturut-turut) dan Desember ketika perayaan ulang tahun Kaisar 23 Desember dan Natal.

Perbandingan masa pakansi itu semakin menarik jika kita membandingkan dengan negara jiran Malaysia yang nota bene punya penduduk yang mayoritas Islam dan karakter yang hampir sama.

Bursa Malaysia memiliki 17 hari resmi yang dikategorikan sebagai hari libur. Bagaimana dengan libur hari raya untuk bursanya? Otoritas hanya menempatkan 10 September dan 11 September sebagai libur resmi dan praktis hanya 3 hari plus hari minggu sebagai masa libur transaksi saham.

Direktur Utama BEI Ito Warsito menegaskan keputusan libur bursa tidak ditetapkan sepihak, melainkan melalui kesepakatan seluruh pelaku pasar dan anggota bursa.

Dia menyatakan libur bursa ini tidak dipersoalkan investor ataupun pelaku pasar, karena telah mewakili kepentingan asosiasi dan mendapat persetujuan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

“Keputusan libur itu bukan tanpa pertimbangan, libur sudah ditetapkan sejak 2009. Libur sudah berdasarkan konsultasi dari pelaku pasar, asosiasi, dan anggota bursa, dan sudah disampaikan dalam RUPS,” katanya kemarin.

Mengacu kepada kalender bursa BEI, masa libur tahun ini sebenarnya tak berbeda dengan tahun sebelumnya, dan bahkan jumlah libur Hari Raya Idulfitri tetap 5 hari dalam 3 tahun terakhir.

Bahkan jika dilihat lebih jauh, jumlah hari libur bursa tahun ini yang 16 hari resmi itu lebih sedikit dibandingkan 2009 dan 2008 yang masing-masing sebanyak 20 hari.

Hari bursa

Di sisi lain, jumlah hari bursa 2010 juga lebih banyak, yaitu 245 hari dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya yang berturut-turut 243 hari dan 242 hari. Khusus 2009, memang terdapat 1 hari libur tengah pekan karena adanya Pemilihan Presiden.

Lagi pula, kata Ito, jika pelaku pasar atau broker libur tetapi pasar tetap buka, investor tidak bisa menjual atau membeli saham. “BEI kan tidak melayani investor secara langsung. Kan melalui anggota bursa (AB), dan kalau libur tidak ada perdagangan?,” ujarnya.

Namun, Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo seiya sekata dengan Presiden Yudhoyono. Menkeu menyatakan akan ada evaluasi agar penentuan jadwal libur menjadi lebih tepat

“Kebijakan 2 hari sebelum dan 2 hari setelah itu libur mungkin bisa dipersingkat, itu yang akan di-review untuk tahun depan,” kata Agus.

Menko Perekonomian Hatta Rajasa juga memberikan arahan agar ada peninjauan kembali waktu libur bursa.

“Tadi Menkeu sudah menyampaikan bahwa akan dilakukan evaluasi, 7 hari terlalu lama. Sebenarnya tidak 7 hari, 2 hari sebelum dan 2 hari sesudah lebaran, tetapi ditambah hari libur, jadi seminggu,” tuturnya.

Tapi apa iya, libur panjang dalam rangka Hari Raya Idulfitri lebih banyak mudharatnya? Analis PT Trust Securities Didi Kurniawan menilai lamanya pakansi tidak signifikan memengaruhi kinerja emiten di bursa Indonesia, terutama yang berorientasi ekspor.

Aktivitas penggalian dana seperti melalui pencatatan saham pernana (initial public offering/ IPO) diperkirakan masih berjalan seperti biasa, meski secara administratif terlambat beberapa hari.

Bagi Didi, perusahaan terbuka berorientasi ekspor tidak banyak terpengaruh pengurangan hari kerja akibat cuti bersama, karena penjualan barang ke luar negeri pada umumnya berbentuk kontrak yang dilakukan sebelum libur bursa.

Pendapat sedikit berbeda diutarakan Direktur PT Sucorinvest Central Gani Adrian Rusmana, yang mengharapkan otoritas bursa mempertimbangkan masa libur bursa disesuaikan dengan ketentuan libur bank sentral.

Ada alasan praktis dari usulan Adrian, karena dirinya menilai seluruh aktivitas transaksi pasar saham toh dilakukan melalui perbankan.

“Kalau memang bisa dibakukan waktu liburnya dan disesuaikan dengan waktu libur bank sentral tentu akan lebih baik, karena transaksi saham dilakukan melalui perbankan dan disesuaikan dengan jadwal kliring,” paparnya.

Bank Indonesia menetapkan libur perbankan 8-13 September dengan durasi lebih cepat sehari dibandingkan dengan bursa efek yang nirtransaksi pada 14 September.

Menurut Adrian belum pulihnya kegiatan kliring perbankan setelah Lebaran, dapat dijadikan pertimbangan otoritas bursa menetapkan libur lebih lama.

“Mungkin karena pertimbangan kegiatan kliring bank dibuka setengah hari, akhirnya bursa memutuskan kegiatan pasar libur sehari penuh,” tuturnya.

Semua orang pasti suka dengan hari libur, tetapi seperti kata Presiden Yudhoyono tentang state never sleep, ya boleh penduduknya sesekali rileks, tetapi negara tidak boleh berhenti dalam berikan pelayanan. (Arif Gunawan S/ Arief Setiaji)
(fahmi.achmad@bisnis.co.id)

Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh