kebas
Sulit untuk menyeimbangkan ucapan di mulut dengan pikiran di otak apalagi rasa di hati. Keseimbangan itu rapuh dan tak sekonsisten metronom menjaga ritme lagu. Karena itu, setidaknya bagi saya, siapa saja yang mampu menjaga konsistensi omongan dengan pikiran ideal dan perasaan , layak mendapatkan (bir) bintang.. Abang, begitu saya memanggilnya dengan logat orang (Indonesia) timur, logat yang membedakan panggilan abang dengan senior-senior saya lainnya, mungkin cukup tegar mengambil konsekuensi atas kesalahannya. Bagi wartawan, menulis itu sudah berkembang dari sekedar kesenangan, hobi ataupun mencari nafkah. Menulis yaa menulis….Berpikir, lalu ditulis atau diomongkan dan dirasakan sesuai atau tidak… kira-kira begitulah…. Satu kesalahan tidak akan menutup langkah kita untuk memulai hal yang baru. Tapi ‘Kesa’ kita satu ini, memberikan contoh bagaimana orang baik tidak selamanya enggan mengakui kesalahannya. Lagipula banyak orang yang saya kenal, emoh mengaku salah dan boro-boro memperbai...