Prabowo Subianto dan Giant Sea Wall Jakarta

Suasana di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Rabu 10 Januari 2024 begitu ramai. Mobil berpelat dinas warna hijau begitu banyak. Ruang lantai 11 ternyata penuh sesak.


Pagi itu, ternyata banyak pejabat yang datang. Saya hadir mengikuti Seminar Nasional Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa Melalui Pembangunan Giant Sea Wall di situ.

Layar besar dipanggung menampilkan wajah-wajah yang hampir setiap hari kita lihat di televisi, spanduk, baliho, dan laiinya.

Ada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang berperan sebagai tuan rumah penyelenggara seminar, bersama Universitas Pertahanan.

Ada Prabowo Subianto, Calon Presiden yang hadir dalam kapasitas sebagai Menteri Pertahanan sekaligus Pembina Universitas Pertahanan. Tentu saja Mayor Teddy dengan baret merahnya, senantiasa mendampingi Prabowo.

Turut hadir Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Hadi Tjahjanto, Menteri Dalam Negeri M. Tito Karnavian, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono tidak hadir meski diplot jadi pembicara. Basuki  diwakili Bob Arthur Lombogia, Direktur Sungai dan Pantai, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.



Ada Pejabat Gubernur Banten Al Muktabar. PJ Gubernur DKI Heru Budi Hartono tak hadir dan hanya diwakili Afan Adriansyah Idris, Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta. Entah kenapa ya dua orang dekat pak Jokowi gak datang?

Di hari dan jam yang sama, PDIP akan menggelar perayaan HUT ke-51 di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Tapi di Kempinski memang ramai betul. Jangan tanya pejabat-pejabat lainnya yang datang. Bejibun deh.

Selepas menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Menko Airlangga pun memberikan sambutan pembuka.

Pemerintah saat ini sedang membangun Tanggul Pantai dan Tanggul Laut raksasa di wilayah Pantura Jawa. Pembangunan ini dilakukan karena adanya penurunan permukaan tanah antara 1-25 cm per tahun hingga menyebabkan banjir rob.

Airlangga mengatakan ada sejumlah skenario jangka panjang untuk memitigasinya melalui konsep pembangunan Giant Sea Wall. Pembangunan juga akan melalui beberapa tahapan yang sudah dirancang hingga 2040.

"Berdasarkan data dari Kementerian PUPR, sudah ada Project Management Office (PMO) untuk Giant Sea Wall di Kementerian PUPR," kata Airlangga.

Pembangunan tanggul pantai dan tanggul laut raksasa mulai dibahas setidaknya sejak 1994 untuk kawasan pesisir utara Jakarta, tetapi rencana itu baru dapat terwujud pada 2014. Pembangunan tanggul itu menjadi bagian dari proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) yang terbagi dalam tiga fase pengerjaan, yaitu A, B, dan C.

Program pembangunan Giant Sea Wall terdiri dari 3 tahap yakni fase A yang pembangunannya berupa tanggul dan sungai kurang lebih 120 km sampai 2030. Lanjut fase B pembangunan sisi barat 20 km mulai 2030. Sisanya fase C yang merupakan sisi timur sepanjang 12 km dibangun mulai 2040.

Untuk fase A, saat ini sudah dimulai pembangunan tanggul yang tidak mengganggu aktivitas masyarakat pesisir dan terintegrasi dengan sistem polder (drainase, kolam, retensi dan pompa) untuk melindungi Jakarta dari banjir rob. Pembangunan difokuskan pada 44,2 km lokasi kritis, di mana saat ini tersisa 33,3 km.

Tanggul laut atau lepas pantai akan dibangun jika penurunan tanah di pesisir terus terjadi. Sampai 2040 diperkirakan masih terdapat bukaan tanggul laut sebagai akses kapal dan akan ditutup jika penurunan permukaan tanah semakin parah.

Tanggul laut ini direncanakan akan diintegrasikan dengan jaringan tol dan pengembangan lahan melalui skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).

"Kalau di Jakarta tanggulnya masih terpisah-pisah atau terbuka, sehingga kalau ini disatukan mulai dari wilayah Banten sampai Cirebon, maka ini akan terintegrasi dan membuka akses langsung juga untuk dibuat jalan tol, jalan kereta api dan logistik cost kita akan semakin bersaing," ucapnya.

Terkait detail pendanaan masih akan terus dibahas. Sejauh ini estimasi kebutuhan anggaran pembangunan dan perlindungan Pantura Jawa untuk tanggul fase A dan B diperkirakan mencapai Rp164,1 triliun.

"Ini total cost yang diperkirakan di wilayah Pantura. Ini hanya untuk bendungnya saja, untuk tanggul. Banyak proyek yang bisa kita kembangkan dari sini. Dengan seminar ini mudah-mudahan ini skalanya bisa kita perbesar dan lebih masif lagi dan ini program yang sifatnya transformatif," tutup Airlangga.

Seusai Airlangga, giliran Prabowo yang berpidato. Awalnya dia membacakan teks tertulis di halaman awal.

Lepas itu, karakter Prabowo muncul. Dia berpidato tanpa teks. Dia bercerita kenapa Proyek Giant Sea Wall ini sangat diperlukan oleh masyarakat, terutama di Pulau Jawa.

Prabowo katakan dirinya beberapa kali mengunjungi wilayah pesisir yang pemukimannya terdampak penurunan muka tanah (land subsidence) dan kenaikan air laut. Dia mengaku miris dengan kehidupan masyarakat di sana.

“Kondisi sebagian rakyat kita yang sungguh-sungguh mengenaskan sekali dan tidak manusiawi dan tidak boleh kita anggap sebagai hal yang lumrah atau hal yang bisa kita toleransi untuk 5,10 15 tahun yang akan datang,” kata Prabowo.

“Beberapa kali saya kunjungi. Terus terang saja datang bukan kapasitas saya sebagai menteri pertahanan, tetapi kapasitas saya sebagai pemimpin politik. Tiap beberapa tahun saya kampanye dan tiap kampanye saya kunjungi daerah seperti itu dan saya melihat dari 2014 sampai sekarang, saya melihat keluarga-keluarga itu yang hidup di ruang tidurnya, ruang makannya, itu air setinggi lutut,” papar Prabowo.

“Anak-anak mereka hidup di tengah air seperti itu, di tengah lalat, di tengah nyamuk, di tengah sampah. Ini membuat saya bertanya kepada diri saya sebagai pemimpin politik, apa yang bisa saya buat untuk segera mengubah, bukan kelak kemudian hari, tetapi segera! Karena ini sama sekali tidak bisa kita terima sebagai negara Pancasila, sebagai negara G20, sebagai pemimpin Asean, yang kita harapkan sebagai pemimpin Selatan, pemimpin Nonblok. Kondisi ini seharusnya tidak boleh kita terima.”

“Karena itu saya menugaskan Universitas Pertahanan yang berada di bawah tanggung jawab saya untuk melakukan pengkajian apa yang bisa segera dilakukan dan tentunya jawaban sesungguhnya adalah konsep Giant Sea Wall ini” tegas Prabowo.

Prabowo mengatakan proyek tersebut mungkin bisa terwujud 40 tahun yang akan datang, sementara pemimpin Indonesia berganti setiap 5 tahun.

Prabowo meminta komitmen dari para pimpinan politik di Tanah Air.

"Masalah Giant Sea Wall mungkin nanti para engineer, para pakar, akan paham dan akan menyampaikan. Saya yakin masalah Giant Sea Wall ini mungkin membutuhkan waktu 40 tahun mungkin, sampai selesai, mungkin lebih," ujar Prabowo.

"Pengalaman negeri Belanda ya seperti itu 40 tahun. Nah sekarang masalahnya, adakah pemimpin-pemimpin politik yang rela fokus berpikir mengerahkan segala kemampuan dalam kurun waktu 40-50 tahun?" sambungnya.

Prabowo mengatakan biasanya para politikus akan berpikir untuk 5 tahun ke depan saat mereka menjabat. Ia mempertanyakan komitmen politikus untuk pembangunan Giant Sea Wall ini.

"Dan juga bagi politisi, politikus, biasanya berpikir dalam kurun waktu 5 tahunan kita mengerti bahwa kekuasaan ada di tangan pemimpin politik. Kita mengerti bahwa negara berjalan dalam sistem politik melalui partai-partai politik, yang partai-partai politik itu diawaki oleh politisi. Dan politisi itu berpikir lima tahunan karena dia akan berkuasa atau tidak berkuasa lima tahunan," ujarnya.

Dia mengatakan pembangunan Giant Sea Wall baru bisa dirasakan 40 tahun yang akan datang. Maka dari itu, dibutuhkan komitmen para pimpinan politik untuk melanjutkan tanggung jawab proyek yang sedang berjalan.

"Ini kewajiban kita dan mungkin seandainya, Pak Airlangga, para menteri sekalian, seandainya kita katakanlah mulai pembangunan besar-besaran dalam waktu-waktu yang akan datang, katakanlah 3, 4, 5 tahun yang akan datang, mungkin kita tidak akan lihat selesainya Giant Sea Wall Ini. Berhasilnya Giant Sea Wall ini mungkin terwujud 25 tahun, 30, bahkan 40 tahun yang akan datang. Tapi di situlah tanggung jawab kita untuk generasi yang di bawah kita," kata dia.

Prabowo meyakini pembangunan Giant Sea Wall akan berdampak untuk jangka waktu yang lama. Ia tak ingin kawasan pantai sekitar Pulau Jawa terendam lantaran permukaan air yang terus naik.

"Karena saya mengerti bahwa ini proyek tidak bisa diselesaikan dalam waktu cepat, padahal rakyat kita hidup pada kualitas hidup yang sama sekali tidak manusiawi. Jadi saya tugaskan Universitas Pertahanan untuk melakukan pilot project, membuat permukiman murah, di kawasan terendam air," imbuhnya.

Oleh karena itu, dia mengajak seluruh pihak untuk mulai bertindak dan turut serta memastikan pembangunan giant sea wall, khususnya di Pulau Jawa berjalan secara berkesinambungan.

“Untuk fase pertama saja, A, B itu Rp164 triliun, mungkin semuanya nanti seperti yang saya dengar akan makan 50–60 miliar dolar (AS), mungkin lebih. Nanti selalu akan ada yang mengatakan apakah bisa? Ini adalah bukan bisa atau tidak bisa. Ini harus atau nggak, (karena kalau tidak, masyarakat pesisir di) pantai utara tenggelam,” kata Menhan RI.

Prabowo juga punya impian untuk membangun rumah terapung untuk warga pesisir pantai. Hal ini dilakukan sebagai upaya menyikapi kawasan pesisir utara Jawa yang berpotensi tenggelam karena penurunan tanah dan ancaman abrasi.

Terkait rencana tersebut, ia menugaskan Universitas Pertahanan  untuk membuat pilot project permukiman murah di kawasan yang kemungkinan akan 'terendam' air. Nantinya akan ada 2 pola rumah yang dibuat, yaitu rumah panggung dan rumah apung.

Untuk rumah panggung, Prabowo mengatakan setidaknya dibangun setinggi 500 cm agar tidak 'tenggelam' setelah 20 tahun lamanya.

"Jadi dua pola, rumah-rumah di atas panggung yang merupakan kearifan nenek moyang kita, kan begitu ya kan. Kalau tadi 25 cm (air naik) setahun berati kalau 20 tahun berapa itu 500 cm, berarti panggung ini harus bisa di atas genangan setinggi itu. Yang kedua, polanya adalah rumah terapung, rumah murah terapung," kata Prabowo.

Sementara itu, untuk rumah terapung nantinya akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti panel surya, septic tank, dan lainnya. Prabowo menyebut pihaknya sudah memiliki representasi fisik awal terkait pembuatan rumah itu. Harga Rp 130 juta dikatakan sudah mendapat berbagai fasilitas termasuk sanitasi yang bersih.

"Kita menemukan prototipe rumah murah terapung yang nilainya Rp 130 juta 1 rumah, sudah termasuk solar panel, tenaga surya, sudah termasuk septic tank sehingga dia bisa hidup off grid tanpa tergantung PLN. Dan dia bisa hidup dengan sanitasi yang bersih dengan bioteknologi yang modern, mikroba, dan sebagainya dan ini kita sudah mulai prototipenya," kata Prabowo.

Meski dengan harga Rp 130 juta sudah mendapatkan fasilitas yang cukup baik, ia menambahkan anggaran pembuatan rumah tersebut menjadi Rp 150 juta.

"Perencanaan mereka bagus Rp 130 (juta) saya bikin 'sudah kau saya kasih anggaran lebih Rp 150 (juta)' daripada, kita ini sudah lama menjadi orang Indonesia ya, walaupun ada beberapa orang asing nggak apa-apa lah ya kan, budaya Indonesia ini suka mark up-mark up," tutur Prabowo.

"Sekalian saja saya kasih sepeling yang sah, jadi dia nggak usah tipu-tipu, lebih baik kita terbuka kasih sepeling, bikin yang terbaik untuk rakyat kita segera jadi. Dengan demikian, Rp 150 juta hitungan saya bisa dipakai mereka ini selama 10 tahun atau 15 tahun," paparnya.


Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono berpesan kepada Kementerian PUPR agar pembangunan Tanggul Pantai dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall) di wilayah Pantura Jawa dilakukan dengan memperhatikan aspek ekologi. Hal itu tidak boleh dikesampingkan agar pemanfaatannya betul-betul dirasakan.

"Ketika pembangunan Giant Sea Wall tidak diberikan kanal-kanal, ya tinggal tunggu waktu pasti akan ada kehancuran juga. Artinya pesan yang ingin saya sampaikan adalah membangun Giant Sea Wall harus betul diperhatikan aspek ekologi," kata Trenggono

Trenggono mencontohkan pembangunan Giant Sea Wall di Jalan Tol Semarang-Demak. Menurutnya, pembangunan itu tidak boleh ditutup semua dan harus tetap memberikan ruang laut untuk tanaman hidup seperti mangrove.

"Laut itu harus ada kanal yang masuk dan kemudian di pesisir harus tetap dibiarkan mangrove-nya hidup. Karena di situ ada yang namanya ekosistem yang memberi kehidupan kita. Pertama adalah lumpur timbul tenggelam atau tanah timbul atau sedimentasi, di situ harus hidup mangrove. Lalu kemudian dia juga akan berinteraksi dengan yang namanya seagrass atau padang lamun dan terus berinteraksi dengan koral," beber Trenggono.

"Ini satu subsistem yang jadi satu infrastruktur atau satu ekosistem yang nggak boleh diputus atau dipisah," tambahnya.

Trenggono membeberkan tantangan sektor kelautan dan perikanan di pantai utara Jawa. Tantangan tersebut yakni adanya rata-rata penurunan muka tanah di Pantura sebanyak 1-20 cm/tahun dan banjir pesisir setinggi 5-200 cm.

"Sebenarnya dari semua ini kita lupa bahwa kita selama ini tidak pernah menjaga yang namanya ekologi. Ekologinya agak sedikit diabaikan karena ngurusin ekologi adalah sesuatu yang nggak ada apa-apanya, tetapi itu sangat penting sebetulnya untuk kepentingan ekonomi," imbuhnya.

Padahal terdapat peluang yang bisa dikembangkan di Pantai Utara Jawa. Berdasarkan data KKP, Pantai Utara Jawa ini terdiri dari 5 Provinsi dan 28 Kabupaten/Kota, memiliki 1.800 km garis pantai, 43 juta total populasi, terdapat 200 ribu nelayan dan pembudidaya ikan dengan produksi perikanan mencapai 2,3 juta ton senilai Rp45 triliun.

Bayangkan begitu besar risiko land obsidence di pantai utara Jawa ini. Saya sih sependapat dengan para pejabat politik ini.

Namun, ajak dong pihak swasta untuk berpartisipasi. Dan yang terpenting, semua itu harus terwujud dalam aksi nyata, bukan sekadar janji.




https://finance.detik.com/infrastruktur/d-7134183/ini-tahapan-pembangunan-proyek-tanggul-laut-raksasa-di-pantura-jawa.

https://news.detik.com/berita/d-7133916/prabowo-giant-sea-wall-butuh-40-tahun-ada-pemimpin-pemimpin-yang-rela.

https://www.detik.com/properti/berita/d-7134595/prabowo-mau-bikin-rumah-terapung-untuk-nelayan-pantura-rp-100-juta-an

https://finance.detik.com/infrastruktur/d-7134164/tanggul-laut-raksasa-dibangun-menteri-kp-ingatkan-tak-boleh-rusak-lingkungan.

 


Comments

Popular posts from this blog

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

Dengan Vaksinasi, Ekonomi Bertumbuh, Ekonomi Tangguh