Jangan Memunggungi Tol Laut
Sudah lama kita memunggungi laut, memunggungi teluk, memunggungi samudera. Padahal masa depan kita ada di sana. Padahal Poros Maritim Dunia ada di sana.
Kira-kira itu pesan yang selalu disampaikan Presiden
Joko Widodo di awal-awal masa kepemimpinannya. Sepertinya gaung pesan itu kini
melemah. Mungkin karena banyak persoalan bangsa, atau entah kenapa.
Namun, wujud dari pesan agar tidak memunggungi laut itu
bisa kita lihat dari program Tol Laut. Program ini merupakan proyek nasional
untuk optimalisasi konektivitas negeri kita yang merupakan negara kepulauan.
Sebagai salah satu wujud utama dari agenda
prioritas Pemerintahan Joko Widodo,
keberadaan Program Tol Laut digadang-gadang mampu menjadi salah satu solusi
untuk menekan disparitas harga antara wilayah barat Indonesia dan timur.
Tugas utama dibebankan kepada Kementerian
Perhubungan, Kementerian Perdagangan serta PT Pelayaran Nasional Indonesia
(Pelni) untuk menyediakan jaringan angkutan laut yang secara tetap dan teratur menjangkau
daerah terpencil hingga terluar Indonesia.
Apakah efektif menekan harga yang mahal di daerah luar
pulau Jawa?
Di awal pelaksanaan program Tol Laut, harga
kebutuhan pokok di Indonesia timur memang relatif berhasil
diturunkan.
Meski begitu, faktor efektivitas program ini belum tercapai optimal.
Kapal-kapal memang berlayar ke dua arah, barat dan
timur, tetapi efektivitasnya masih cenderung satu arah, karena
baru membawa bahan pokok dari wilayah Jawa ke kawasan Indonesia timur.
Untuk rute sebaliknya belum optimal mengangkut
barang ke wilayah Jawa, sehingga secara komersial operasional kapal tersebut
lama-kelamaan bisa menjadi tidak feasible.
Salah satu yang disoroti oleh publik adalah peran
kapal-kapal Pelni.
Pelni, BUMN yang diberi penugasan melalui Peraturan
Presiden (Perpres) No. 106/2015 tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan
Publik Untuk Angkutan Barang di Laut, awalnya telah
melayani enam trayek, sedangkan tujuh trayek lainnya kini diharapkan dilayani
oleh perusahaan angkutan laut swasta, melalui mekanisme pelelangan umum.
Kini di 2022, Pelni mendapatkan kepercayaan Pemerintah
untuk menjalankan 10 trayek tol laut, yaitu:
1. Trayek T-19 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 2 dengan rute Sorong – Depapre/Jayapura - Biak/Korido - Sorong - Pomako - Merauke - Pomako - Kokas - Sorong
2. Trayek T-15 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 3 dengan rute Tg. Perak - Makassar- Jailolo - Morotai - Tg. Perak.
3. Trayek T-3 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 4 dengan rute Tg. Priok - Patimban - Kijang - Letung - Tarempa - Pulau Laut - Natuna - Subi - Serasan - Midai - Tg. Priok
4. Trayek T-10 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 5 dengan rute Tg. Perak - Tidore - Morotai - Galela - Buli - Maba - Weda - Tg. Perak
5. Trayek H-1 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 6 dengan rute Tg. Perak - Makassar - Tahuna - Tg. Perak.
6. Trayek T-14 dilayari oleh KM Logistik Nusantara 1 dengan rute Tg. Perak - Larantuka - Lewoleba - Kalabahi - Tg. Perak
7. Trayek T-13 dilayari oleh KM Kendhaga Nusantara 11 dengan rute Tg. Perak- Rote - Sabu - Tg. Perak
8. Trayek T-9 dilayari oleh KM Kendhaga Nusantara 8 dengan rute Sorong - Oransbari - Wasior - Nabire - Serui -Waren - Sarmi - Sorong
9. Trayek T-5 dilayari oleh KM Kendhaga Nusantara 1 dengan rute Bitung - Ulusiau - Tahuna - Marore - Miangas - Marampit - Lirung/Melonguane - Mangaran - Bitung
10. Trayek T-28 dilayari oleh KM Kendhaga Nusantara 7 dengan rute Kupang - Waingapu - Labuan Bajo - Reo - Merauke - Atapupu/Wini - Kupang
Serta satu lagi adalah pengangkutan ternak yaitu Trayek RT 1 KM Caraka Nusantara 1 : Kupang - Waingapu - Tg. Priok – Kupang
Bagi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi,
efektivitas program Tol Laut yang belum maksimal tetap
jadi perhatian pemerintah.
(please visit www.bisnis.com)
Kemenhub menemukan persoalan bahwa sejumlah barang
yang telah dikirimkan dengan tol laut tersebut ternyata belum terdistribusi
sesuai harapan, sehingga kurang maksimal menekan disparitas harga.
Di situlah dibutuhkan dukungan dari
pemerintah daerah sekitar untuk dapat memetakan sejumlah komoditas yang bisa
diangkut sebagai muatan balik tersebut. Inilah yang
sangat diharapkan oleh Pelni.
Sinergi antarinstansi juga masih menjadi handicap program Tol Laut. Saat ini
kementrian teknis dan pemerintah daerah masih memiliki program prioritas
sendiri-sendiri secara eksklusif.
Karena itu, koordinasi kementerian dan pemerintah
daerah harus dapat memastikan kapal yang berangkat menuju lokasi akan kembali
dengan membawa komoditas yang sesuai dengan kekayaan daerah tersebut.
Sejauh ini muatan yang dibawa dari wilayah timur
biasanya ikan cakalang, ikan tenggiri, pala, dan
ikan asin. Belum terlalu banyak memang. Masih banyak komoditas
dari Timur yang belum terangkut.
Persoalan teknis dari program tersebut adalah beleid
yang mengatur jenis muatan yang bisa diangkut kapal Tol Laut, di mana hanya
barang kebutuhan pokok dan barang penting saja. Karena
itu ada harapan agar pemerintah merevisi beleid tol laut tersebut.
Terlepas dari itu semua, pekerjaan rumah pemerintah
tentu tak hanya merevisi Perpres 106/2015, guna perluasan jenis barang muatan
kapal.
Program Tol Laut akan semakin optimal jika
pemerintah juga menyusun rencana pembangunan infrastruktur penunjang
kemaritiman. Karena bagaimanapun Indonesia menghadapi tiga tantangan dalam
mengolah tol laut yaitu segi geografis, segi demografis, dan segi sumber daya
manusia.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah sedikitnya
galangan kapal di kawasan Indonesia Timur. Padahal, mayoritas kapal Pelni
beroperasi menuju kawasan tersebut.
Masih banyak memang yang harus dilakukan agar Program
Tol Laut ini lebih optimal dan menjadi contoh bahwa kita mampu menjadi pusat
maritim dunia.
Kita memang harus bekerja keras untuk membangkitkan
kembali budaya Maritim Nusantara, menjaga sumber daya laut, membangun
infrastruktur dan konektivitas Maritim, memperkuat Diplomasi Maritim, dan
membangun Pertahanan Maritim.
"Maka ayo ke laut. Di laut tersimpan harapan. Di
laut tersimpan kejayaan. Banyak ombak, banyak kehidupan," kata Jokowi.
(https://www.tribunnews.com/nasional/2016/04/13/presiden-jokowi-sudah-lama-kita-memunggungi-laut.)
Comments