Skip to main content

Asuransi Bencana Alam, Perlukah?

Tulisan ini terbit di Bisnis Indonesia.


Please visit and read https://bisnisindonesia.id/ untuk mendapatkan informasi mendalam, terkini dan terpercaya.


Setiap tahun, negara kita menghadapi bencana alam dan datangnya pun biasanya dimulai dari awal tahun. Kali ini, di tengah upaya mengatasi Pandemi Covid-19, kita juga menghadapi bencana alam di sejumlah wilayah.
Jika sepanjang 2020 telah terjadi 2.925 kejadian bencana alam, pada Januari 2021 ini, terdapat 197 bencana menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
Mayoritas kejadian merupakan bencana hidrometeorologi atau bencana yang terjadi sebagai dampak dari fenomena meteorologi (alam).
Dari data tersebut terdapat 134 kejadian bencana banjir, 31 kejadian tanah longsor, dan 24 kejadian puting beliung. 
Serangkaian bencana pada Januari ini menyebabkan 184 orang meninggal dunia, lebih dari 2.700 orang mengalami luka-luka, sembilan orang dinyatakan hilang, serta 1,9 juta orang mengungsi. 
Bahkan pada awal Februari ini pun, masyarakat dan tentunya pemerintah harus berjibaku memulihkan daerah yang terdampak bencana banjir dan longsor di beberapa tempat seperti di daerah Pantai Utara Jawa.
Sejumlah bencana itu pun mengakibatkan kerusakan tempat tinggal, fasilitas publik, dan infrastruktur jalanan di sejumlah lokasi.
Berbagai kejadian bencana alam dalam beberapa waktu terakhir tersebut menjadi terus pengingat akan pentingnya mitigasi risiko melalui asuransi.
Terlebih, Indonesia menghadapi risiko yang besar terhadap bencana alam karena berada di jalur pegunungan berapi. Risiko vulkanik dan tektonik yang berpotensi merusak properti perlu dimitigasi dengan optimal melalui asuransi.
Kami sependapat dengan para pelaku usaha bahwa risiko bencana berulang yang terus menimpa Indonesia dapat menjadi penegasan bagi pemerintah untuk segera merevisi Undang-Undang 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana. 
Dalam beleid itu, perlu dimasukkan skema asuransi bencana. Revisi ini dapat menjadi payung regulasi untuk skema transfer risiko melalui berbagi peran dengan sektor swasta.
Indonesia bisa meniru langkah Jepang, Turki, dan Taiwan yang memiliki kemiripan wilayah dan telah menjalankan skema asuransi bencana. 
Negara kita sebenarnya pernah melakukan upaya penerapan serupa, tetapi ketiadaan payung hukum membuat kebijakan asuransi kebencanaan tersebut urung dijalankan.
Pengalaman Jepang, Taiwan dan Turki setidaknya dapat menunjukkan kepada kita bahwa menggunakan mekanisme asuransi sebagai alat mitigasi akan memberikan beberapa manfaat dan nilai tambah daripada menggunakan anggaran negara untuk dana darurat dan biaya rekonstruksi rehabilitasi bagi korban bencana.
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mencatatkan bahwa dana cadangan kontingensi yang dapat digunakan untuk biaya pemulihan dari bencana dalam kurun 2000–2017 rata-rata sebesar Rp3,1 triliun.
Meskipun begitu, rata-rata dampak ekonomi langsung yang terjadi akibat bencana dalam kurun dalam kurun 2000–2006 mencapai Rp22,8 triliun. Artinya, terjadi selisih pembiayaan hingga Rp19,75 triliun yang harus ditanggung oleh uang negara.
Kerugian ekonomi yang begitu besar seharusnya bisa ditekan melalui skema keterlibatan pihak swasta dalam pertanggungan risiko bencana alam.
Langkah menuju skema asuransi komprehensif itu sebenarnya mulai terlihat dalam proteksi aset negara. 
Saat ini dari total aset negara yang perlu proteksi sebesar US$80 miliar atau sekitar Rp1.134 triliun, baru US$13 miliar atau sekitar Rp177 triliun yang terpasang asuransi melalui konsorsium asuransi barang milik negara (ABMN).
Dari sisi pelaku usaha, keberadaan asuransi kerugian dan reasuransi sebenarnya telah memadai untuk turut berperan menekan beban pertanggungan risiko. Tentu semua itu akan lebih optimal jika payung aturannya pun telah ada.
Dengan adanya regulasi yang lengkap dan skema yang tepat, kita tentu ingin melihat negara dan masyarakat tak terus terbebani dengan upaya pemulihan yang  memakan biaya dan waktu yang sangat besar.

(bisnisindonesia.id)

Comments

monyet said…

ayo daftarkan diri anda di AJOQQ :D
menangkan jackpot dengan sebanyak-banyaknya :D
WA;+855969190856

Popular posts from this blog

A Story of Puang Oca & Edi Sabara Mangga Barani

Mantan Wakapolri M. Jusuf Mangga Barani mengaku serius menekuni bisnis kuliner, setelah pensiun dari institusi kepolisian pada awal 2011 silam. Keseriusan itu ditunjukan dengan membuka rumah makan seafood Puang Oca pertama di Jakarta yang terletak di Jalan Gelora Senayan, Jakarta. "Saya ini kan hobi masak sebelum masuk kepolisian. Jadi ini menyalurkan hobi, sekaligus untuk silaturahmi dengan banyak orang. Kebetulan ini ada tempat strategis," katanya 7 Desember 2011. Rumah makan Puang Oca Jakarta ini merupakan cabang dari restoran serupa yang sudah dibuka di Surabaya. Manggabarani mengatakan pada prinsinya, sebagai orang Makassar, darah sebagai saudagar Bugis sangat kental, sehingga dia lebih memilih aktif di bisnis kuliner setelah purna tugas di kepolisian. Rumah makan Puang Oca ini menawarkan menu makanan laut khas Makassar, namun dengan cita rasa Indonesia. Menurut Manggabarani, kepiting, udang dan jenis ikan lainnya juga didatangkan langsung dari Makassar untuk menjamin ke...

Preman Jakarta, antara Kei, Ambon, Flores, Banten dan Betawi

BERDIRI menelepon di pintu pagar markasnya, rumah tipe 36 di Kaveling DKI Pondok Kelapa, Jakarta Timur, Umar Ohoitenan Kei, 33 tahun, tampak gelisah. Pembicaraan terkesan keras. Menutup telepon, ia lalu menghardik, “Hei! Kenapa anak-anak belum berangkat?” Hampir setengah jam kemudian, pada sekitar pukul 09.00, pertengahan Oktober lalu itu, satu per satu pemuda berbadan gelap datang. Tempat itu mulai meriah. Rumah yang disebut mes tersebut dipimpin Hasan Basri, lelaki berkulit legam berkepala plontos. Usianya 40, beratnya sekitar 90 kilogram. Teh beraroma kayu manis langsung direbus-bukan diseduh-dan kopi rasa jahe segera disajikan. Hasan mengawali hari dengan membaca dokumen perincian utang yang harus mereka tagih hari itu. Entah apa sebabnya, tiba-tiba Hasan membentak pemuda pembawa dokumen. Yang dibentak tak menjawab, malah melengos dan masuk ke ruang dalam.Umar Kei, 33 tahun, nama kondang Umar, tampak terkejut. Tapi hanya sedetik, setelah itu terbahak. Dia tertawa sampai ...

PREMAN JAKARTA: Siapa bernyali kuat?

Saya paling suka cerita dan film tentang thriller, mirip mobster, yakuza, mafia dll. Di Indonesia juga ada yang menarik rasa penasaran seperti laporan Tempo 15 November 2010 yang berjudul GENG REMAN VAN JAKARTA. >(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/11/15/INT/mbm.20101115.INT135105.id.html) TANGANNYA menahan tusukan golok di perut. Ibu jarinya nyaris putus. Lima bacokan telah melukai kepalanya. Darah bercucuran di sekujur tubuh. "Saya lari ke atas," kata Logo Vallenberg, pria 38 tahun asal Timor, mengenang pertikaian melawan geng preman atau geng reman lawannya, di sekitar Bumi Serpong Damai, Banten, April lalu. "Anak buah saya berkumpul di lantai tiga." Pagi itu, Logo dan delapan anak buahnya menjaga kantor Koperasi Bosar Jaya, Ruko Golden Boulevard, BSD City, Banten. Mereka disewa pemilik koperasi, Burhanuddin Harahap. Mendapat warisan dari ayahnya, Baharudin Harahap, ia menguasai puluhan koperasi di berbagai kota, seperti Bandung, Semaran...