Korporasi Berburu Dana, Rights Issue hingga Private Placement
Tulisan ini terbit di Bisnis Indonesia.
Please visit and read https://bisnisindonesia.id/ untuk mendapatkan informasi mendalam, terkini dan terpercaya.
Pandemi virus Covid-19 yang menghantam perekonomian dalam beberapa bulan terakhir tak menyurutkan minat korporasi di Tanah Air untuk mencari dana guna memenuhi kebutuhan perusahaannya.
Gerak ekspansi korporasi yang terhambat sepanjang tahun ini tak mengurangi kebutuhan dana yang tinggi. Biasanya jelang tutup tahun, korporasi membutuhkan dana untuk membayar kembali (refinancing) obligasi ataupun utang yang jatuh tempo dalam jangka pendek.
Selain itu, pelaku industri juga berburu dana untuk mempertebal likuiditas. Ada harapan besar, pandemi ini akan surut dan pada tahun depan, korporasi bersiap untuk menggerakkan roda ekspansi perusahaan.
Sejumlah instrumen untuk berburu dana pun menjadi pilihan bagi korporasi. Ada yang memilih penerbitan surat utang baru untuk pasar lokal dan global, ada pula yang mengincar dana suku dan produk syariah lainnya.
Beberapa perusahaan yang sudah malang melintang di pasar modal, memilih aksi korporasi berupa penerbitan saham baru (rights issue) dan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Obligasi menjadi pilihan banyak perusahaan karena ekosistemnya lagi menguntungkan bagi perusahaan penerbit.
Pasar obligasi Indonesia kembali bergairah seiring dengan kembalinya tingkat imbal hasil (yield) ke level sebelum pandemi virus corona. Prospek penguatan yang lebih jauh berpotensi membawa kembali investor asing masuk ke pasar surat utang Indonesia.
Data dari laman World Government Bonds pada Jumat (23/10/2020) menyatakan, tingkat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun berada di posisi 6,706 persen. Level yield obligasi Indonesia telah menguat begitu besar.
Yield yang atraktif dan minat investor setidaknya membuat tiga perusahaan dalam sepekan terakhir menerbitkan surat utang untuk pasar lokal dengan total hingga Rp5 triliun.
Di sisi lain, emisi global bond juga marak dilakukan karena banyak korporasi Indonesia berhasil mempertahankan rating dari lembaga pemeringkat internasional. Apalagi bunga global saat ini relatif rendah dan biaya emisi juga melandai.
Potensi keuntungan investor di pasar surat utang Indonesia akan semakin besar apabila perekonomian global dan Indonesia kian membaik. Hal ini akan mempercepat kembalinya investor asing ke Indonesia.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun berjalan 2020 adalah sebanyak 88 emisi dari 55 emiten dengan nilai Rp71,01 triliun.
Hingga akhir Desember 2020, emisi obligasi diperkirakan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) bisa menembus nilai Rp100 triliun. Tahun depan, tren suku bunga rendah dan risiko pandemi yang menurun bisa membuat emisi obligasi berada pada kisaran Rp108 triliun - Rp148 triliun.
Namun, tren pencarian dana di pasar modal seperti menafikan kondisi likuiditas perbankan yang sebenarnya juga lagi tinggi. Fungsi intermediasi perbankan selama pandemi Covid-19 tak kunjung optimal meskipun pengumpulan dana bank meningkat signifikan.
Bisa jadi para bankir merasa serba salah. Prinsip kehati-hatian yang dipegang teguh oleh bankir membuat penyaluran kredit menjadi mampet. Bankir tak ingin pengembalian dana kredit menjadi macet karena usaha debiturnya tutup terimbas pandemi Covid-19.
Dampak lanjutannya dari turunnya loan to deposit ratio (LDR) dan penyaluran kredit yang belum maksimal, mendorong sektor perbankan pun mencari instrumen investasi guna menaruh likuiditas berlebih.
Meski begitu, kita tetap berharap dana-dana yang berlebih di perbankan nasional bisa dimanfaatkan korporasi dengan optimal. Mumpung, bunga kredit lagi murah.
Tren perburuan dana korporasi tersebut setidaknya bisa menjadi sinyal yang baik bahwa kapasitas produksi perusahaan bisa segera meningkat dan roda perekonomian nasional akan kembali berputar lebih cepat.
Comments
ayo segera bergabung dan dapatkan bonusnya :D
WA : +855969190856